BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Membahas tentang manusia
berarti membahas tentang perilaku yang berhubungan dengan kehidupan sosial dan budayanya, tentang tatanan
nilai-nilai, peradaban, kebudayaan, lingkungan, sumber alam, dan segala aspek
yang menyangkut manusia dan lingkungannya secara menyeluruh.
Manusia
adalah mahluk hidup ciptaan tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang
tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan,
perkembangan, dan mati, dan seterusnya, serta terkait dan berinteraksi
dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik baik itu
positif maupun negatif.
Lingkungan adalah suatu media di mana makhluk
hidup tinggal, mencari, dan memiliki
karakter serta fungsi yang khas yang mana
terkait secara timbal balik dengan keberadaan makhluk hidup yang menempatinya,
terutama manusia yang memiliki peranan yang lebih kompleks dan riil.
Lingkungan
amat penting bagi kehidupan manusia. Segala yang ada pada lingkungan dapat
dimanfaatankan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, karena
lingkungan memiliki daya dukung, yaitu kemampuan lingkungan untuk mendukung
perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Lingkungan memiliki hubungan
dengan manusia. lingkungan mempengaruhi sikap dan perilaku manusia, demikian
pula kehidupan manusia akan mempengaruhi lingkungan tempat hidupnya. Faktor
lingkungan (tanah,iklim,topografi,sumber daya alam) dapat menjadi pra kondisi
bagi sifat dan perilaku manusia. Lingkungan menjadi salah satu variabel yang
mempengaruhi kehidupan manusia. Manusia pun dapat mempengaruhi lingkungan demi
kemajuan dan kesejahteraan hidupnya.
Perhatian
dan pengaruh manusia terhadap ligkungan makin meningkat pada zaman teknologi
maju. Masa ini manusia mengubah lingkungan hidup alami menjadi lingkungan hidup
binaan. Eksplotasi sumber daya alam makin meningkat untuk memenuhin bahan dasar
industri. Sebaliknya hasil industri berupa asap dan limbah mulai menurunkan
kualitas lingkungan hidup. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas
tentang analisa prilaku dan lingkungan
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan perilaku?
2.
Apa
yang dimaksud dengan lingkungan?
3.
Apa
saja prinsip-prinsip dari perilaku?
4.
Apa
saja faktor-faktor determinan dari perilaku?
5.
Bagaimana
hubungan perilaku manusia dengan lingkungan?
6.
Bagaimana
contoh kasus hubungan perilaku manusia dengan lingkungan?
1.3 Tujuan
1.
Untuk
mengetahui perilaku.
2.
Untuk
mengetahui lingkungan.
3.
Untuk
mengetahui prinsip-prinsip dari perilaku.
4.
Untuk
mengetahui Faktor-faktor Determinan dari Perilaku.
5.
Untuk
mengetahui Hubungan Perilaku Manusia dengan Lingkungan.
6.
Untuk
mengetahui Contoh kasus Hubungan Perilaku manusia dengan Lingkungan.
1.4 Manfaat Penulisan
Bagi
tenaga pendidik atau pengajar dapat menjadikan bahan ajaran mengenai prilaku
dan lingkungan, Sedangkan bagi mahasiswa atau pembaca.Diharapkan dapat membuka
cakrawala berpikir dan menambah referensi mengenai perilaku serta unsure-unsur
yang mengikuti yang berhubungan dengan lingkungan sekitar.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Perilaku
Menurut
Ensiklopedi Amerika, perilaku
diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya, hal
ini berarti bahwa perilaku baru akan terwujud bila ada sesuatu yang diperlukan
untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan, dengan demikian maka suatu
rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu pula.
Perilaku adalah
tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan
dipelajari.
Perilaku adalah
merupakan perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya dapat
diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang
melakukannya .
Perilaku
mempunyai beberapa dimensi:
·
Fisik, dapat
diamati, digambarkan dan dicatat baik frekuensi, durasi dan intensitasnya.
·
Ruang, suatu
perilaku mempunyai dampak kepada
lingkungan (fisik maupun sosial) dimana perilaku itu terjadi. waktu, suatu perilaku mempunyai kaitan dengan masa lampau maupun masa yang
akan datang.(Robert
Y.Kwick1972).
Seperti yang
dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon
atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena
perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan
kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori
“S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.
Benjamin Bloom (1908), seorang psikolog pendidikan,
membedakan adanya tiga bidang perilaku, yakni kognitif (cognitive),
afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Kemudian dalam
perkembangannya, domain perilaku yang diklasifikasikan oleh Bloom dibagi
menjadi tiga tingkat:
1.
Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau
hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya.
2.
Sikap (attitude)
Sikap merupakan respons tertutup seseorang terhadap
stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi
yang bersangkutan.
- Tindakan atau praktek (practice)
Tindakan ini merujuk pada perilaku
yang diekspresikan dalam bentuk tindakan, yang merupakan bentuk nyata dari
pengetahuan dan sikap yang telah dimiliki.
Selain
itu, Skinner (1938) juga memaparkan
definisi perilaku sebagai berikut: perilaku merupakan hasil hubungan antara
rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respon). Ia membedakan adanya dua bentuk
tanggapan, yakni:
a.
Respondent
response atau reflexive response, ialah tanggapan yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan tertentu. Rangsangan yang semacam ini disebut eliciting stimuli karena menimbulkan
tanggapan yang relatif tetap.
b. Operant response
atau instrumental response, adalah
tanggapan yang timbul dan berkembangnya sebagai akibat oleh rangsangan
tertentu, yang disebut reinforcing
stimuli atau reinforcer.
Rangsangan tersebut dapat memperkuat respons yang telah dilakukan oleh
organisme. Oleh sebab itu, rangsangan yang demikian itu mengikuti atau
memperkuat sesuatu perilaku tertentu yang telah dilakukan.
Tingkah
laku menjadi satu binaan yang penting dalam bidang psikologi awal abad ke-20 dengan pengenalan paradigma yang kemudian dikenali sebagai
"behaviorisme". Behaviorisme hanya menegaskan apa yang dapat
dilihat atau dimanipulasikan.
Pengertian tingkah laku secara
khusus yang diutarakan oleh Mahfud
Shalahuddin adalah tingkah laku mempunyai arti konkrit daripada jiwa.
Oleh Karena kekonkritan itu, maka tingkah laku lebih mudah dipelajari dari pada
jiwa dan melalui tingkah laku kita akan dapat mengenal seseorang. Selain itu,
yang termasuk tingkah laku disini diartikan sebagai perbuatan-perbuatan yang terbuka maupun yang
tertutup. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang dapat dilihat langsung
oleh orang lain seperti makan, minum, berbicara, dan lain-lain. Sedangkan
tingkha laku terbuka adalah tingkah laku yang hanya dapat diketahui secara
tidak langsung melalui alat-alat atau metode khusus, seperti berfikir, sedih, berkhayal, bermimpi,
takut, dan sebagainya. Dalam psikologi
masa kini, kedua jenis tingkah laku tersebut sama pentingnya, tetapi dahulu ada
aliran-aliran yang hanya mementingkan tingkah laku yang terbuka saja, misalnya
“Behaviourism”, dan ada pula yang mengutamakan tingkah laku yang tertutup saja,
seperti aliran “Psikologi introspeksi” .
Tingkah
laku/ perbuatan mempunyai pengertian yang luas sekali. Yaitu tidak hanya
mencakup kegiatan motoris saja seperti berbicara, berjalan, lari-lari,
berolah raga, bergerak dan
lain-lain, akan tetapi juga membahas macam-macam fungsi seperti melihat, mendengar,
mengingat, berfikir, fantasi, pengenalan kembali, penampilan emosi-emosi dalam
bentuk tangis, atau senyum dan seterusnya.
2.2 Lingkungan
Lingkungan
adalah tempat dimana suatu makhluk hidup
itu tumbuh dimana meliputi unsur unsur
penting seperti tanah, air, dan udara. Lingkungan sendiri memiliki arti penting
dalam kehidupan setiap makhluk hidup, misalnya lingkungan hutan dimana setiap
tumbuhan dan hewan bisa hidup dengan bebas untuk mencari makan. Selain itu,
ada pula
lingkungan perkotaan dimana
unsur bangunan
sangat kental di dalamnya, dalam hal ini sikap manusia mengenai lingkungan dan
dampak dari kegiatan manusia sangat tidak terurus dan terpikirkan, saat
lingkungan rusak dan ekosistem hancur maka keseimbangan antara kehidupan dan
dengan kehidupan lainnya akan berubah, hal ini memberikan dampak negatif bagi
setiap makhluk hidup yang ada di sekitarnya. Contoh nyata dari lingkungan yang
telah rusak adalah perkotaan, dimana sungai sebagai unsur air dan unsur
kehidupan telah tercemar sehingga mengakibatkan matinya kehidupan di air, ikan
yang semula bisa bertahan hidup di air yang jernih ini tidak bisa dijumpai lagi
karena lingkungan tempatnya hidup sudah tidak mendukung untuk kelangsungannya,
selain itu hancurnya lingkungan berdampak juga bagi kehidupan manusia
dengan berkurangnya sumber air bersih.
Untuk
mencegahnya maka perlu segera dilakukannya tindakan prefentif agar
dampaknya tidak berlarut larut. Lingkungan pada umunya sudah ditentukan oleh sang
pencipta seperti ini namun sudah menjadi kewajiban setiap manusia untuk menjaga
dan melestarikanya,Dalam tahapan perkembangan teknologi dan informasi semoga
masalah mengenai hancurnya lingkungan tempat kita tinggal bisa segera diatasi,
dan juga semoga para pemimpin kita diberikan kesadaran akan pentingnya
tempat kita hidup daripada hanya memikirkan uang.
2.3 Prinsip-Prinsip Perilaku
Dasar- dasar manusia bertingkah
laku:
·
Tingkah laku atau perbuatan manusia
tidak terjadi secara spontan (timbul dan hilang disaat-saat tertentu), tetapi
selalu ada kelangsungan antara satu perbuatan dengan perbuatan berikutnya.
·
Tingkah
laku manusia disesuaikan dengan harapan dan pandangan orang lain.
·
Tiap-tiap
tingkah laku manusia selalu mengarah pada suatu tugas tertentu.
Beberapa istilah yang digunakan
dalam prinsip-prinsip perilaku :
·
S
: Stimulus atau rangsangan yang mendorong terjadinya perilaku, misal situasi,
kejadian, orang atau benda.
·
R
: Respon (behavior) merupakan tanggapan terhadap stimulus.
·
C
: Conditioning adalah proses dipelajarinya suatu perilaku.
·
CR
: Conditioned response adalah respon atau perilaku yang didasarkan oleh hasil
belajar atau pengalaman.
·
UCR
:unconditioned response merupakan innate reaction atau perilaku yang tidak didasari oleh pengalaman.
·
UCS
: unconditioned stimulus merupakan stimulus yang belum pernah dipelajari.
·
NS
: netral stimulus yaitu stimulus yang tidak atau sedikit pengaruhnya terhadap
perilaku.
Beberapa unsur yang menjadi ciri-ciri dari setiap perubahan
tingkah laku, yaitu:
1. Tingkah laku dimotivasi, yaitu
seseorang mau berbuat sesuatu karena adanya tujuan yang hendak dicapai.
Perubahan tingkah laku dimulai dari dalam organism yang bermotivasi, dan
keadaan ini timbul berkat kebutuhan pada organism tersebut.
2. Tingkah laku yang bermotivasi adalah
tingkah laku ynag sedang terarah pada tujuan. Motivasi mengandung dua aspek,
yaitu ada nya keadaan tegang atau ketidakpuasan dalam diri seseorang, dan
kesadaran bahwa tercapainya tujuan akan
mengurangi ketegangan itu. Artinya, pencapaian tujuan adalah pengurangan
ketegangan dan pemuasan kebutuhan seseorang.
3. Tujuan yang didasari oleh seseorang
mempengaruhi tingkah lakunya dalam mencapai tujuan tersebut. Konsekuensinya
ialah tingkah laku bersifat selektif dan regulatif. Seseorang memilih perbuatan
atu tindakan yang hanya mengacu kearah pencapaian tujuan yang dapat memuaskan
kebutuhannya.
4. Lingkungan menyediakan kesempatan
untuk bertingkah laku tertentu dan/ atau
mambatasi tingkah laku seseorang. Artinya, lingkungan sebagai situasi
stimulus dalam satu sisi dapat memuaskan kebutuhan dan disi lainnya dapat
membatasi pemuasan kebutuhan dengan cara tertentu.
5. Tingkah laku dipengaruhi oleh
proses-proses dalam organism. Persepsi, pengalaman, dan konsepsiyang dimiliki
seseorang mempengaruhi tingkah laku terhadap aspek-aspek tertentu dari
lingkungannya, misalnya sikap terhadap orang lain.
6. Tingkah laku ditentukan oleh
kapasitas dalam diri organism manusia. Kapasitas itu berupa intelegensi dan abilitas sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Seseorang mampu melakukan sutau perbutan sesuai dengan tingkat kapasitasnya
sendiri.
2.4 Faktor-Faktor Determinan
Perilaku
Determinan
perilaku adalah sebagai berikut:
1. Behavioral Intention:
adanya niat (intention) seseorang
untuk bertindak sehubungan dengan obyek atau stimulus di luar dirinya. Semakin besar niat seseorang, maka semakin besar pula
kemungkinan bahwa orang itu akan melakukan tindakan atau perilaku tertentu.
2. Social
Support: perilaku
seseorang cenderung memerlukan pengakuan dari masyarakat di sekitarnya. Semakin besar dukungan dari masyarakat, maka kemungkinan
bahwa suatu perilaku dilakukan akan menjadi semakin besar pula.
3. Accessibility: ketersediaan informasi-informasi terkait dengan
tindakan yang akan diambil oleh seseorang. Informasi yang memadai akan mendorong seseorang untuk
melakukan suatu tindakan.
4.
Situational factors: adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan untuk
terjadinya suatu tindakan. Kondisi ini bisa diukur dengan melihat ketersediaan fasilitas
untuk melakukan tindakan tertentu.
Walaupun
penelitian ini hanya akan menggunakan konsepsi Kar, terdapat pula beberapa
pemikiran lain mengenai faktor-faktor yang menjadi latar belakang terjadinya
perilaku. Katz (1960) menyatakan
bahwa perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Katz
menyatakan bahwa perilaku memiliki fungsi instrumental yaitu, perilaku sebagai
bentuk pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. Individu sebagai
penerima objek (rangsangan) kemudian memberikan arti dari objek tersebut,
sehingga menimbulkan ekspresi dari diri seseorang dalam menanggapi suatu
situasi.
Selain itu, Lawrence Green (1991) menyatakan bahwa
perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama, yakni:
1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors),
yaitu faktor-faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang, antara lain
pengetahuan, sikap keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan
sebagainya.
2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors),
adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau
tindakan.
3.
Faktor-faktor
penguat (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat
terjadinya perilaku.
Faktor-faktor
di atas terkait dengan faktor yang diungkapkan oleh Kar. Hal ini dapat dilihat,
faktor-faktor oleh Green merupakan penguat pengaruh yang diberikan pada keempat
faktor Kar terhadap perilaku.
Dari konsep-konsep faktor
determinan perilaku yang telah diuraikan, penelitian ini lebih mengacu pada
konsep determinan perilaku yang diutarakan oleh Kar. Konsep ini dipilih karena dapat mencakup aspek-aspek yang
bersifat internal (individu) dan eksternal (faktor sosial) sehingga dapat
dijelaskan secara sosiologis.
Meskipun
perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan
dari luar organism (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung
pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini
berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respons tiap-tiap
orang berbeda.
Determinan
perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Faktor internal, yaitu karakteristik
orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat
emosional, jeniskelamin, dan sebagainya.
2. Faktor eksternal, yaitu lingkungan, baik
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan
ini sering merupakan factor yang dominan mewarnai perilaku seseorang.(Notoatmodjo,2003:120-121).
2.5 Hubungan Perilaku dan Lingkungan
Manusia sebagaimana
makhluk lainnya memiliki keterkaitan dan ketergantungan terhadap lingkungannya.
Manusia tidak akan pernah bisa hidup tanpa adanya dukungan dari
lingkungannya. Relasi manusia dan lingkungan
merupakan hubungan yang saling timbal balik
karena manusia hidup di alam lingkungan
hidup dan alam sebagai lingkungan hidup juga membutuhkan manusia untuk
pelestariannya. Jadi, manusia butuh alam untuk kehidupannya dan alam juga
membutuhkan manusia untuk pelestariannya.
Sebagai makhluk ciptaan
Tuhan yang paling tinggi derajatnya dibanding makhluk-makhluk hidup lainya
karena manusia secara kodrati diberi akal budi yang memungkinkan adanya
kebudayaan. Lingkungan dapat dibagi 3 yaitu lingkungan biotik, abiotik dan lingkungan
buatan. Manusia menjadi objek dan sekaligus subjek dan lingkungan karena
manusia hidup dan berkembang dilingkungan masing-masing, mengolah sumber-sumber
alam dan sosial yang ada dilingkungan tersebut serta memanfaatkannya sesuai
dengan kebutuhan hidupnya.Berbeda denngan makhluk hidup lainya, bukan dalam hal
memenuhi kebutuhan hidupnya melainkan perilaku manusia dalam memanfaatkan
kebutuhan itulah yang berbeda dengan makhluk hidup lainya, misalnya hewan.
Selain butuh makan dan minum, manusia butuh tempat tinggal yang layak bila
tidak berarti tidak manusiawi, butuh pendidikan butuh pakaian dan butuh
berfilsafat tentang hakekat dirinya sebagai pribadi dalam hubungannya dengan
manusia lain dan martabatnya alam dan Tuhan sang Pencipta segalanya yang ada di
Jagad Raya yang termuat dalam ajaran agama.
Manusia sedikit demi sedikit mulai
menyesuaikan diri pada alam lingkungan hidupnya maupun komunitas biologis di
tempat mereka hidup. Perubahan alam lingkungan hidup manusia tampak jelas di
kota-kota, dibanding dengan pelosok dimana penduduknya masih sedikit dan
primitif.
Perubahan alam
lingkungan hidup manusia akan berpengaruh baik secara positif ataupun
negatif. Berpengaruh bagi manusia karena manusia mendapatkan keuntungan dari
perubahan tersebut, dan berpengaruh tidak baik karena dapat dapat mengurangi
kemampuan alam lingkungan hidupnya untuk menyokong kehidupannya.
Manusia merupakan
komponen biotik lingkungan yang memiliki kemampuan berfikir dan penalaran yang
tinggi. Disamping itu manusia memiliki budaya, pranata sosial dan pengetahuan
serta teknologi yang makin berkembang. Peranan manusia dalam lingkungan ada
yang bersifat positif dan ada yang bersifat negatif. Peranan manusia yang
bersifat negatif adalah peranan yang merugikan lingkungan. Kerugian ini
secara langsung atau pun tidak langsung timbul akibat kegiatan manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, peranan manusia yang bersifat positif adalah
peranan yang berakibat menguntungkan lingkungan karena dapat menjaga dan
melestarikan daya dukung lingkungan.
Peranan Manusia yang
bersifat negatif terhadap lingkungan
antara lain sebagai berikut:
1. Eksploitasi yang melampaui batas
sehingga persediaan Sumber Daya Alam makin menciut (depletion).
2. Punah atau merosotnya jumlah
keanekaan jenis biota.
3. Berubahnya ekosistem alami yang
mantap dan seimbang menjadi ekosistem binaan yang tidak mantap karena terus
menerus memerlukan subsidi energy.
4. Berubahnya profil permukaan bumi
yang dapat mengganggu kestabilan tanah hingga menimbulkan longsor.
5. Masuknya energi bahan atau senyawa
tertentu ke dalam lingkungan yang menimbulkan pencemaran air, udara, dan tanah.
hal ini berakibat menurunnya kualitas lingkungan hidup. Pencemaran dapat
menimbulkan dampak negatif pada lingkungan dan terhadap manusia itu sendiri.
Peranan Manusia yang
menguntungkan lingkungan antara lain:
a. Melakukan eksploitasi Sumber Daya
Alam secara tepat dan bijaksana terutama SDA yang tidak dapat
diperbaharui.
b. Mengadakan penghijauan dan reboisasi
untuk menjaga kelestarian keaneka jenis flora serta untuk mencegah terjadinya
erosi dan banjir.
c. Melakukan proses daur ulang serta
pengolahan limbah agar kadar bahan pencemar yang terbuang ke dalam
lingkungan tidak melampaui nilai ambang batasnya.
d. Melakukan sistem pertanian secara
tumpang sari atau multi kultur untuk menjaga kesuburan tanah. Untuk tanah
pertanian yang miring dibuat sengkedan guna mencegah derasnya erosi serta
terhanyutnya lapisan tanah yang mengandung humus.
e. Membuat peraturan, organisasi atau
undang-undang untuk melindungi lingkungan dan keanekaan jenis makhluk hidup.
2.5 Contoh Kasus Hubungan Perilaku
dan Lingkungan
Seorang Ibu mempunyai 2 orang
anak.Putranya masih menduduki kelas 3 SD sedangkan Putrinya Kelas 6
SD.Perubahan ini terlihat berawal dari kepindahannya di sebuah perumahan
komples,anaknya baru berusia 5- 3 tahun dimana dengan usia seperti itu masih
terbilang masanya anak-anak untuk bermain dan mengenal dunia luar.
Namun tidak untuk mereka, karena
keadaan rumah yang memang tidak mendukung untuk berexplor lebih diluar sana.Ini
dikarenakan faktor kedua orangtua mereka yang pekerja setiap hari terkecuali
minggu dan sabtu. mereka hanya tinggal bertiga dengan pembantu saja.Alhasil
ruang lingkup mereka untuk lebih mengenal dunia luar dan hal baru makin sedikit
karena mereka pun jarang sekali untuk bermain dengan teman sebayanya.Disana
tidak teralalu banyak anak anak yang bermain dan keluar rumah, kalaupun ada hanya
pada sore hari saja dengan waktu yang terbatas. Seperti hal yang lumrah
diketahui penghuni komplek rata-rata mereka individualistic, kalaupun kenal
hanya sebatas sebatas kenal dan tidak lebih.
SebenarNya kedua anak ini ingin
sekali bermain diluar apalagi bila waktu sore datang namun mereka hanya melihat
dari jendela atau sebatas pagar dalam rumah saja.Terkadang mereka keluar namun
tidak pernah sering bisa dibilang jarang. Alhasil mereka hanya main berdua
saja, adanya kecemburuan sosial antara mereka dan anak lain sangat Nampak pada
saat itu. Sifat-sifat itu mulai muncul dan merekapun lebih tertutup dengan
kehadiran orang baru, malu tampil didepan umum atau orang banyak, hidup kadang
tidak bergairah, dan suka sekali mencari perhatian orangtua mereka ketika
dirumah (sedikit rewel).
Sampai suatu ketika si Ibu
memutuskan untuk membangun rumah sendiri, tidak jauh dari tempat tingal
sebelumnya. Rumah itu masuk kedaerah pemukiman warga yang cukup ramai karena
disitu masi ada tanah kosong yang ditanami pohon 2 besar, secara udara lebih
bagus tempat tinggal yang sekarang. Walaupun ramai tapi tidak brisik dan tetap
nyaman untuk di huni. seiring dengan pertambahan usia kedua anak itu. Perbedaan
yang jelas sangat terlihat pada mereka. Satu per satu ia memiliki teman, dan
lama kelaman teman mereka makin bertambah.
Berdasarkan contoh Kasus diatas ada beberapa Teori yang
Berpendapat
Ø Teori-teori Perilaku
Semua ahli psikologi yang mendukung
pandangan perilaku berpendapat, bahwa mereka yang meneliti belajar hendaknya
mendasarkan kesimpulan-kesimpulan mereka atas observasi-observasi tentang
perilaku eksternal dan terbuka dari organisma-organisma. Tetapi mereka berbeda
dalam dua hal, yaitu dalam bagaimana mereka meneliti belajar, dan dalam
bentuk-bentuk belajar yang mereka analisis.
Studi secara ilmiah tentang belajar
baru dimulai pada akhir abad ke-19. Dengan menggunakan teknik-teknik dari sains
(physical sciences), para ahli mulai melakukan eksperimen-eksperimen untuk
memahami bagaiman manusia dan hewan belajar
Ø Teori Belajar Sosial
Teori belajar sosial merupakan
perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional. Teori ini dikembangkan
oleh Albert Bandura (1969). Teori ini menerima sebagian besar dari
prinsip-prinsip teori-teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak
penekanan pada efek-efek dari isyarat-isyarat pada perilaku, dan pada
proaea-proses mental internal.
Dalam pandangan belajar sosial
“manusia itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam dan juga tidak
dipukul oleh stimulus-stimulus lingkungan. Tetapi, fungsi psikologi diterangkan
sebagai interaksi yang kontinu dan timbale balik dari determinan-determinan
pribadi dan determinan-determinan lingkungan”. (Bandura, 1977, hal 11-12)
Teori belajar sosial menekankan,
bahwa lingkungan-lingkungan yang dihadapkan pada seseorang, tidak random;
lingkungan-lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui
perilakunya. Suatu perspektif belajar sosial menganalisis hubungan kontinu
antara variable-variabel lingkungan, ciri-ciri pribadi, dan perilaku terbuka
dan tertutup seseorang
Kesimpulan: Dari
contoh kasus diatas dapat disimpulkan bahwa ada Pengaruh lingkungan
terhadap pembentukan perilaku, bedasarkan Contoh nya pengaruh ini masuk kedalam
yang bertujuan Positif. Membentuk prilaku yang awalnya kaku menjadi lebih Aktiv
untuk beradaptasi dengan lingkungan. tetapi kita tidak boleh juga menyalahkan
peran lingkungan Sosial yang apabila membentuk Prilaku yang
Negatif. karna bagaimana pun yang dapat mengetahui diri kita, mau seperti apa
kita, apa yang kita lakukan, apa yang kita pikirkan dan sapa kita, itu adalah
hanya diri kita seorang. karena Motivator terhebat adalah diri kita
sendiri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian tingkah laku secara
khusus adalah tingkah laku mempunyai arti konkrit daripada jiwa. Oleh Karena
kekonkritan itu, maka tingkah laku lebih mudah dipelajari dari pada jiwa dan
melalui tingkah laku kita akan dapat mengenal seseorang. Selain itu, yang
termasuk tingkah laku disini diartikan sebagai
perbuatan-perbuatan yang terbuka maupun yang tertutup. Tingkah laku
terbuka adalah tingkah laku yang dapat dilihat langsung oleh orang lain seperti
makan, minum, berbicara, dan lain-lain. Sedangkan tingkha laku terbuka adalah
tingkah laku ynag hanya dapat diketahui secara tidak langsung melalui alat-alat
atau metode khusus, seperti berfikir, sedih, berkhayal, bermimpi, takut, dan sebagainya.
Manusia bertingkah laku ada dua pendekatan yang digunakan untuk
menjawabnya, yaitu pendekatan organismik (internal) dan pendekatan lingkungan
(eksternal). Pembicaraan tentang motif dan/atau motivasi merupakan yang
akan ditinjau secara khusus dalam bagian ini, yang berarti uraian bagian ini
menitik beratkan bahwa motif itu merupakan faktor pendorong manusia bertingkah
laku.
3.2 Saran
Kepada
pembaca yang telah membaca dan memahami makalah ini sangat di harapkan sudah
dapat menjaga dan melestarikan lingkungannya, yang mana itu manusia harus mampu
menjaga eksistensinya dalam sosialisasi dengan manusia lain di lingkungannya,
dimana ia memiliki problema dalam kehidupannya sehingga ia dituntut untuk mampu
menangani problema tersebut.
Kemampuan kita untuk menyadari hal tersebut
akan menentukan bagaimana hubungan kita sebagai manusia dan lingkungan kita.
Hal ini memerlukan pembiasaan diri yang dapat membuat kita menyadari hubungan
manusia dengan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang S. Mintargo. 1986. Manusia dan Nilai Budaya.
Jakarta: Universitas Trisakti
Desmita. 2009.
Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia
(Diakses pada 19 September 2014)
(Diakses pada 19 September 2014)
(Diakses pada 19 September 2014)
(Diakses pada 20 September 2014)
http:///U%20S%20E%20R/Downloads/digital_126237-S-5263-Analisis%20perilaku-Literatur.pdf
(Diakses pada 20 September 2014)
http://lukmaulam.blogspot.com.manusia%20dan%20lingkungan_files/conversion_server_004.html.
(Diakses pada 21 September 2014)
(http://afand.abatasa.com/post/detail/2405/lingkungan-hidup
kerusakan-
lingkungan-pengertian-kerusakan-linkungan-dan- pelestarian-.htm).
(Diakses pada 21 September 2014)
0 comments:
Post a Comment