Advertiser

Favorit Song ( Marry Your Daughter)

Sunday, January 25, 2015

Analisis Prilaku Manusia Dan Lingkungan (Pemasaran Sosial )



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Membahas tentang manusia berarti membahas tentang perilaku yang berhubungan dengan  kehidupan sosial dan budayanya, tentang tatanan nilai-nilai, peradaban, kebudayaan, lingkungan, sumber alam, dan segala aspek yang menyangkut manusia dan lingkungannya secara menyeluruh.
Manusia adalah mahluk hidup ciptaan tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran,  pertumbuhan, perkembangan, dan mati, dan seterusnya, serta terkait dan  berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal  balik baik itu positif maupun negatif.
 Lingkungan adalah suatu media di mana makhluk hidup tinggal, mencari, dan memiliki
karakter serta fungsi yang khas yang mana terkait secara timbal balik dengan keberadaan makhluk hidup yang menempatinya, terutama manusia yang memiliki peranan yang lebih kompleks dan riil.
Lingkungan amat penting bagi kehidupan manusia. Segala yang ada pada lingkungan dapat dimanfaatankan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, karena lingkungan memiliki daya dukung, yaitu kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Lingkungan memiliki hubungan dengan manusia. lingkungan mempengaruhi sikap dan perilaku manusia, demikian pula kehidupan manusia akan mempengaruhi lingkungan tempat hidupnya. Faktor lingkungan (tanah,iklim,topografi,sumber daya alam) dapat menjadi pra kondisi bagi sifat dan perilaku manusia. Lingkungan menjadi salah satu variabel yang mempengaruhi kehidupan manusia. Manusia pun dapat mempengaruhi lingkungan demi kemajuan dan kesejahteraan hidupnya.
Perhatian dan pengaruh manusia terhadap ligkungan makin meningkat pada zaman teknologi maju. Masa ini manusia mengubah lingkungan hidup alami menjadi lingkungan hidup binaan. Eksplotasi sumber daya alam makin meningkat untuk memenuhin bahan dasar industri. Sebaliknya hasil industri berupa asap dan limbah mulai menurunkan kualitas lingkungan hidup. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas tentang analisa prilaku dan lingkungan
1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan perilaku?
2.      Apa yang dimaksud dengan lingkungan?
3.      Apa saja prinsip-prinsip dari perilaku?
4.      Apa saja faktor-faktor determinan dari perilaku?
5.      Bagaimana hubungan perilaku manusia dengan lingkungan?
6.      Bagaimana contoh kasus hubungan perilaku manusia dengan lingkungan?

1.3 Tujuan
1.      Untuk mengetahui perilaku.
2.      Untuk mengetahui lingkungan.
3.      Untuk mengetahui prinsip-prinsip dari perilaku.
4.      Untuk mengetahui Faktor-faktor Determinan dari Perilaku.
5.      Untuk mengetahui Hubungan Perilaku Manusia dengan Lingkungan.
6.      Untuk mengetahui Contoh kasus Hubungan Perilaku manusia dengan Lingkungan.

1.4 Manfaat Penulisan
            Bagi tenaga pendidik atau pengajar dapat menjadikan bahan ajaran mengenai prilaku dan lingkungan, Sedangkan bagi mahasiswa atau pembaca.Diharapkan dapat membuka cakrawala berpikir dan menambah referensi mengenai perilaku serta unsure-unsur yang mengikuti yang berhubungan dengan lingkungan sekitar.








BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perilaku
Menurut Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya, hal ini berarti bahwa perilaku baru akan terwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan, dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu pula.
Perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dipelajari. Perilaku adalah merupakan perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya .
Perilaku mempunyai beberapa dimensi:
·         Fisik, dapat diamati, digambarkan dan dicatat baik frekuensi, durasi dan intensitasnya.
·         Ruang, suatu perilaku mempunyai dampak  kepada lingkungan (fisik maupun sosial) dimana perilaku itu  terjadi. waktu, suatu perilaku mempunyai  kaitan dengan masa lampau maupun masa yang akan datang.(Robert Y.Kwick1972).
Seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.
Benjamin Bloom (1908), seorang psikolog pendidikan, membedakan adanya tiga bidang perilaku, yakni kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Kemudian dalam perkembangannya, domain perilaku yang diklasifikasikan oleh Bloom dibagi menjadi tiga tingkat:
1.      Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya.
2.      Sikap (attitude)
Sikap merupakan respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan.
  1. Tindakan atau praktek (practice)
Tindakan ini merujuk pada perilaku yang diekspresikan dalam bentuk tindakan, yang merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang telah dimiliki.
Selain itu, Skinner (1938) juga memaparkan definisi perilaku sebagai berikut: perilaku merupakan hasil hubungan antara rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respon). Ia membedakan adanya dua bentuk tanggapan, yakni:
a.       Respondent response atau reflexive response, ialah tanggapan yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Rangsangan yang semacam ini disebut eliciting stimuli karena menimbulkan tanggapan yang relatif tetap.
b.      Operant response atau instrumental response, adalah tanggapan yang timbul dan berkembangnya sebagai akibat oleh rangsangan tertentu, yang disebut reinforcing stimuli atau reinforcer. Rangsangan tersebut dapat memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme. Oleh sebab itu, rangsangan yang demikian itu mengikuti atau memperkuat sesuatu perilaku tertentu yang telah dilakukan.
Tingkah laku menjadi satu binaan yang penting dalam bidang psikologi awal abad ke-20 dengan pengenalan paradigma yang kemudian dikenali sebagai "behaviorisme".  Behaviorisme hanya menegaskan apa yang dapat dilihat atau dimanipulasikan.
Pengertian tingkah laku secara khusus yang diutarakan oleh Mahfud  Shalahuddin adalah tingkah laku mempunyai arti konkrit daripada jiwa. Oleh Karena kekonkritan itu, maka tingkah laku lebih mudah dipelajari dari pada jiwa dan melalui tingkah laku kita akan dapat mengenal seseorang. Selain itu, yang termasuk tingkah laku disini diartikan sebagai  perbuatan-perbuatan yang terbuka maupun yang tertutup. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang dapat dilihat langsung oleh orang lain seperti makan, minum, berbicara, dan lain-lain. Sedangkan tingkha laku terbuka adalah tingkah laku yang hanya dapat diketahui secara tidak langsung melalui alat-alat atau metode khusus, seperti  berfikir, sedih, berkhayal, bermimpi, takut,  dan sebagainya. Dalam psikologi masa kini, kedua jenis tingkah laku tersebut sama pentingnya, tetapi dahulu ada aliran-aliran yang hanya mementingkan tingkah laku yang terbuka saja, misalnya “Behaviourism”, dan ada pula yang mengutamakan tingkah laku yang tertutup saja, seperti aliran “Psikologi introspeksi” .
Tingkah laku/ perbuatan mempunyai pengertian yang luas sekali. Yaitu tidak hanya mencakup kegiatan motoris saja seperti berbicara, berjalan,  lari-lari,  berolah raga, bergerak  dan lain-lain, akan tetapi juga membahas macam-macam fungsi seperti melihat, mendengar, mengingat, berfikir, fantasi, pengenalan kembali, penampilan emosi-emosi dalam bentuk tangis, atau senyum dan seterusnya.
2.2 Lingkungan
            Lingkungan adalah tempat dimana suatu makhluk hidup itu tumbuh dimana meliputi unsur unsur penting seperti tanah, air, dan udara. Lingkungan sendiri memiliki arti penting dalam kehidupan setiap makhluk hidup, misalnya lingkungan hutan dimana setiap tumbuhan dan hewan bisa hidup dengan bebas untuk mencari makan. Selain itu, ada pula lingkungan perkotaan dimana unsur  bangunan sangat kental di dalamnya, dalam hal ini sikap manusia mengenai lingkungan dan dampak dari kegiatan manusia sangat tidak terurus dan terpikirkan, saat lingkungan rusak dan ekosistem hancur maka keseimbangan antara kehidupan dan dengan kehidupan lainnya akan berubah, hal ini memberikan dampak negatif bagi setiap makhluk hidup yang ada di sekitarnya. Contoh nyata dari lingkungan yang telah rusak adalah  perkotaan, dimana sungai sebagai unsur air dan unsur kehidupan telah tercemar sehingga mengakibatkan matinya kehidupan di air, ikan yang semula bisa bertahan hidup di air yang jernih ini tidak bisa dijumpai lagi karena lingkungan tempatnya hidup sudah tidak mendukung untuk kelangsungannya, selain itu hancurnya lingkungan berdampak  juga bagi kehidupan manusia dengan berkurangnya sumber air bersih.
            Untuk mencegahnya maka perlu segera dilakukannya tindakan  prefentif agar dampaknya tidak berlarut larut. Lingkungan pada umunya sudah ditentukan oleh sang pencipta seperti ini namun sudah menjadi kewajiban setiap manusia untuk menjaga dan melestarikanya,Dalam tahapan perkembangan teknologi dan informasi semoga masalah mengenai hancurnya lingkungan tempat kita tinggal bisa segera diatasi, dan juga semoga para  pemimpin kita diberikan kesadaran akan pentingnya tempat kita hidup daripada hanya memikirkan uang.
2.3 Prinsip-Prinsip Perilaku
            Dasar- dasar manusia bertingkah laku:
·         Tingkah laku atau perbuatan manusia tidak terjadi secara spontan (timbul dan hilang disaat-saat tertentu), tetapi selalu ada kelangsungan antara satu perbuatan dengan perbuatan berikutnya.
·         Tingkah laku manusia disesuaikan dengan harapan dan pandangan orang lain.
·         Tiap-tiap tingkah laku manusia selalu mengarah pada suatu tugas tertentu.
Beberapa istilah yang digunakan dalam prinsip-prinsip perilaku :
·         S : Stimulus atau rangsangan yang mendorong terjadinya perilaku, misal situasi, kejadian, orang atau benda.
·         R : Respon (behavior) merupakan tanggapan terhadap stimulus.
·         C : Conditioning adalah proses dipelajarinya suatu  perilaku.
·         CR : Conditioned response adalah respon atau perilaku yang didasarkan oleh hasil belajar atau pengalaman.
·         UCR :unconditioned response merupakan innate reaction  atau perilaku yang tidak didasari          oleh pengalaman.
·         UCS : unconditioned stimulus merupakan stimulus yang   belum pernah dipelajari.
·         NS : netral stimulus yaitu stimulus yang tidak atau sedikit pengaruhnya terhadap perilaku.          
Beberapa unsur yang menjadi ciri-ciri dari setiap perubahan tingkah laku, yaitu:
1.      Tingkah laku dimotivasi, yaitu seseorang mau berbuat sesuatu karena adanya tujuan yang hendak dicapai. Perubahan tingkah laku dimulai dari dalam organism yang bermotivasi, dan keadaan ini timbul berkat kebutuhan pada organism tersebut.
2.      Tingkah laku yang bermotivasi adalah tingkah laku ynag sedang terarah pada tujuan. Motivasi mengandung dua aspek, yaitu ada nya keadaan tegang atau ketidakpuasan dalam diri seseorang, dan kesadaran  bahwa tercapainya tujuan akan mengurangi ketegangan itu. Artinya, pencapaian tujuan adalah pengurangan ketegangan dan pemuasan kebutuhan seseorang.
3.      Tujuan yang didasari oleh seseorang mempengaruhi tingkah lakunya dalam mencapai tujuan tersebut. Konsekuensinya ialah tingkah laku bersifat selektif dan regulatif. Seseorang memilih perbuatan atu tindakan yang hanya mengacu kearah pencapaian tujuan yang dapat memuaskan kebutuhannya.
4.      Lingkungan menyediakan kesempatan untuk bertingkah laku tertentu dan/ atau  mambatasi tingkah laku seseorang. Artinya, lingkungan sebagai situasi stimulus dalam satu sisi dapat memuaskan kebutuhan dan disi lainnya dapat membatasi pemuasan kebutuhan dengan cara tertentu.
5.      Tingkah laku dipengaruhi oleh proses-proses dalam organism. Persepsi, pengalaman, dan konsepsiyang dimiliki seseorang mempengaruhi tingkah laku terhadap aspek-aspek tertentu dari lingkungannya, misalnya sikap terhadap orang lain.
6.      Tingkah laku ditentukan oleh kapasitas dalam diri organism manusia. Kapasitas itu berupa intelegensi  dan abilitas sesuai dengan tingkat perkembangannya. Seseorang mampu melakukan sutau perbutan sesuai dengan tingkat kapasitasnya sendiri.
2.4 Faktor-Faktor Determinan Perilaku
   Determinan perilaku adalah sebagai berikut:
1.       Behavioral Intention: adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan obyek atau stimulus di luar dirinya. Semakin besar niat seseorang, maka semakin besar pula kemungkinan bahwa orang itu akan melakukan tindakan atau perilaku tertentu.
2.      Social Support: perilaku seseorang cenderung memerlukan pengakuan dari masyarakat di sekitarnya. Semakin besar dukungan dari masyarakat, maka kemungkinan bahwa suatu perilaku dilakukan akan menjadi semakin besar pula.
3.      Accessibility: ketersediaan informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil oleh seseorang. Informasi yang memadai akan mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan.
4.      Situational factors: adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan untuk terjadinya suatu tindakan. Kondisi ini bisa diukur dengan melihat ketersediaan fasilitas untuk melakukan tindakan tertentu.
Walaupun penelitian ini hanya akan menggunakan konsepsi Kar, terdapat pula beberapa pemikiran lain mengenai faktor-faktor yang menjadi latar belakang terjadinya perilaku. Katz (1960) menyatakan bahwa perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Katz menyatakan bahwa perilaku memiliki fungsi instrumental yaitu, perilaku sebagai bentuk pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. Individu sebagai penerima objek (rangsangan) kemudian memberikan arti dari objek tersebut, sehingga menimbulkan ekspresi dari diri seseorang dalam menanggapi suatu situasi.
Selain itu, Lawrence Green (1991) menyatakan bahwa perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama, yakni:
1.      Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor-faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya.
2.      Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan.
3.      Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.
Faktor-faktor di atas terkait dengan faktor yang diungkapkan oleh Kar. Hal ini dapat dilihat, faktor-faktor oleh Green merupakan penguat pengaruh yang diberikan pada keempat faktor Kar terhadap perilaku.
Dari konsep-konsep faktor determinan perilaku yang telah diuraikan, penelitian ini lebih mengacu pada konsep determinan perilaku yang diutarakan oleh Kar. Konsep ini dipilih karena dapat mencakup aspek-aspek yang bersifat internal (individu) dan eksternal (faktor sosial) sehingga dapat dijelaskan secara sosiologis.
Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organism (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respons tiap-tiap orang berbeda.
Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.      Faktor internal, yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jeniskelamin, dan sebagainya.
2.      Faktor eksternal, yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan factor yang dominan mewarnai perilaku seseorang.(Notoatmodjo,2003:120-121).
2.5   Hubungan Perilaku dan Lingkungan
Manusia sebagaimana makhluk lainnya memiliki keterkaitan dan ketergantungan terhadap lingkungannya. Manusia tidak akan pernah  bisa hidup tanpa adanya dukungan dari lingkungannya. Relasi manusia dan lingkungan merupakan hubungan yang saling timbal balik karena manusia hidup di alam lingkungan hidup dan alam sebagai lingkungan hidup juga membutuhkan manusia untuk pelestariannya. Jadi, manusia  butuh alam untuk kehidupannya dan alam juga membutuhkan manusia untuk pelestariannya.
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya dibanding makhluk-makhluk hidup lainya karena manusia secara kodrati diberi akal budi yang memungkinkan adanya kebudayaan. Lingkungan dapat dibagi 3 yaitu lingkungan biotik, abiotik dan lingkungan buatan. Manusia menjadi objek dan sekaligus subjek dan lingkungan karena manusia hidup dan berkembang dilingkungan masing-masing, mengolah sumber-sumber alam dan sosial yang ada dilingkungan tersebut serta memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan hidupnya.Berbeda denngan makhluk hidup lainya, bukan dalam hal memenuhi kebutuhan hidupnya melainkan perilaku manusia dalam memanfaatkan kebutuhan itulah yang berbeda dengan makhluk hidup lainya, misalnya hewan. Selain butuh makan dan minum, manusia butuh tempat tinggal yang layak bila tidak berarti tidak manusiawi, butuh  pendidikan butuh pakaian dan butuh berfilsafat tentang hakekat dirinya sebagai pribadi dalam hubungannya dengan manusia lain dan martabatnya alam dan Tuhan sang Pencipta segalanya yang ada di Jagad Raya yang termuat dalam ajaran agama.
 Manusia sedikit demi sedikit mulai menyesuaikan diri pada alam lingkungan hidupnya maupun komunitas biologis di tempat mereka hidup. Perubahan alam lingkungan hidup manusia tampak jelas di kota-kota, dibanding dengan pelosok dimana penduduknya masih sedikit dan  primitif.
Perubahan alam lingkungan hidup manusia akan berpengaruh  baik secara positif ataupun negatif. Berpengaruh bagi manusia karena manusia mendapatkan keuntungan dari perubahan tersebut, dan  berpengaruh tidak baik karena dapat dapat mengurangi kemampuan alam lingkungan hidupnya untuk menyokong kehidupannya.
Manusia merupakan komponen biotik lingkungan yang memiliki kemampuan berfikir dan penalaran yang tinggi. Disamping itu manusia memiliki budaya, pranata sosial dan pengetahuan serta teknologi yang makin berkembang. Peranan manusia dalam lingkungan ada yang  bersifat positif dan ada yang bersifat negatif. Peranan manusia yang  bersifat negatif adalah peranan yang merugikan lingkungan. Kerugian ini secara langsung atau pun tidak langsung timbul akibat kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, peranan manusia yang bersifat  positif adalah peranan yang berakibat menguntungkan lingkungan karena dapat menjaga dan melestarikan daya dukung lingkungan.
Peranan Manusia yang bersifat negatif terhadap lingkungan antara lain sebagai  berikut:
1.      Eksploitasi yang melampaui batas sehingga persediaan Sumber Daya Alam makin menciut (depletion).
2.      Punah atau merosotnya jumlah keanekaan jenis biota.
3.      Berubahnya ekosistem alami yang mantap dan seimbang menjadi ekosistem binaan yang tidak mantap karena terus menerus memerlukan subsidi energy.
4.      Berubahnya profil permukaan bumi yang dapat mengganggu kestabilan tanah hingga menimbulkan longsor.
5.      Masuknya energi bahan atau senyawa tertentu ke dalam lingkungan yang menimbulkan pencemaran air, udara, dan tanah. hal ini  berakibat menurunnya kualitas lingkungan hidup. Pencemaran dapat menimbulkan dampak negatif pada lingkungan dan terhadap manusia itu sendiri.
 Peranan Manusia yang menguntungkan lingkungan antara lain:
a.       Melakukan eksploitasi Sumber Daya Alam secara tepat dan  bijaksana terutama SDA yang tidak dapat diperbaharui.
b.      Mengadakan penghijauan dan reboisasi untuk menjaga kelestarian keaneka jenis flora serta untuk mencegah terjadinya erosi dan banjir.
c.       Melakukan proses daur ulang serta pengolahan limbah agar kadar  bahan pencemar yang terbuang ke dalam lingkungan tidak melampaui nilai ambang batasnya.
d.      Melakukan sistem pertanian secara tumpang sari atau multi kultur untuk menjaga kesuburan tanah. Untuk tanah pertanian yang miring dibuat sengkedan guna mencegah derasnya erosi serta terhanyutnya lapisan tanah yang mengandung humus.
e.       Membuat peraturan, organisasi atau undang-undang untuk melindungi lingkungan dan keanekaan jenis makhluk hidup.
2.5 Contoh Kasus Hubungan Perilaku dan Lingkungan
Seorang Ibu mempunyai 2 orang anak.Putranya masih menduduki kelas 3 SD sedangkan Putrinya Kelas 6 SD.Perubahan ini terlihat berawal dari kepindahannya di sebuah perumahan komples,anaknya baru berusia 5- 3 tahun dimana dengan usia seperti itu masih terbilang masanya anak-anak untuk bermain dan mengenal dunia luar.
Namun tidak untuk mereka, karena keadaan rumah yang memang tidak mendukung untuk berexplor lebih diluar sana.Ini dikarenakan faktor kedua orangtua mereka yang pekerja setiap hari terkecuali minggu dan sabtu. mereka hanya tinggal bertiga dengan pembantu saja.Alhasil ruang lingkup mereka untuk lebih mengenal dunia luar dan hal baru makin sedikit karena mereka pun jarang sekali untuk bermain dengan teman sebayanya.Disana tidak teralalu banyak anak anak yang bermain dan keluar rumah, kalaupun ada hanya pada sore hari saja dengan waktu yang terbatas. Seperti hal yang lumrah diketahui penghuni komplek rata-rata mereka individualistic, kalaupun kenal hanya sebatas sebatas kenal dan tidak lebih.
SebenarNya kedua anak ini ingin sekali bermain diluar apalagi bila waktu sore datang namun mereka hanya melihat dari jendela atau sebatas pagar dalam rumah saja.Terkadang mereka keluar namun tidak pernah sering bisa dibilang jarang. Alhasil mereka hanya main berdua saja, adanya kecemburuan sosial antara mereka dan anak lain sangat Nampak pada saat itu. Sifat-sifat itu mulai muncul dan merekapun lebih tertutup dengan kehadiran orang baru, malu tampil didepan umum atau orang banyak, hidup kadang tidak bergairah, dan suka sekali mencari perhatian orangtua mereka ketika dirumah (sedikit rewel).
Sampai suatu ketika si Ibu memutuskan untuk membangun rumah sendiri, tidak jauh dari tempat tingal sebelumnya. Rumah itu masuk kedaerah pemukiman warga yang cukup ramai karena disitu masi ada tanah kosong yang ditanami pohon 2 besar, secara udara lebih bagus tempat tinggal yang sekarang. Walaupun ramai tapi tidak brisik dan tetap nyaman untuk di huni. seiring dengan pertambahan usia kedua anak itu. Perbedaan yang jelas sangat terlihat pada mereka. Satu per satu ia memiliki teman, dan lama kelaman teman mereka makin bertambah.
Berdasarkan contoh Kasus diatas ada beberapa Teori yang Berpendapat
Ø  Teori-teori Perilaku
Semua ahli psikologi yang mendukung pandangan perilaku berpendapat, bahwa mereka yang meneliti belajar hendaknya mendasarkan kesimpulan-kesimpulan mereka atas observasi-observasi tentang perilaku eksternal dan terbuka dari organisma-organisma. Tetapi mereka berbeda dalam dua hal, yaitu dalam bagaimana mereka meneliti belajar, dan dalam bentuk-bentuk belajar yang mereka analisis.
Studi secara ilmiah tentang belajar baru dimulai pada akhir abad ke-19. Dengan menggunakan teknik-teknik dari sains (physical sciences), para ahli mulai melakukan eksperimen-eksperimen untuk memahami bagaiman manusia dan hewan belajar
Ø  Teori Belajar Sosial
Teori belajar sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional. Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1969). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teori-teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada efek-efek dari isyarat-isyarat pada perilaku, dan pada proaea-proses mental internal.
Dalam pandangan belajar sosial “manusia itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam dan juga tidak dipukul oleh stimulus-stimulus lingkungan. Tetapi, fungsi psikologi diterangkan sebagai interaksi yang kontinu dan timbale balik dari determinan-determinan pribadi dan determinan-determinan lingkungan”. (Bandura, 1977, hal 11-12)
Teori belajar sosial menekankan, bahwa lingkungan-lingkungan yang dihadapkan pada seseorang, tidak random; lingkungan-lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya. Suatu perspektif belajar sosial menganalisis hubungan kontinu antara variable-variabel lingkungan, ciri-ciri pribadi, dan perilaku terbuka dan tertutup seseorang
Kesimpulan:  Dari contoh kasus diatas dapat disimpulkan bahwa ada Pengaruh lingkungan  terhadap pembentukan perilaku, bedasarkan Contoh nya pengaruh ini masuk kedalam yang bertujuan Positif. Membentuk prilaku yang awalnya kaku menjadi lebih Aktiv untuk beradaptasi dengan lingkungan. tetapi kita tidak boleh juga menyalahkan peran  lingkungan  Sosial yang apabila membentuk Prilaku yang Negatif. karna bagaimana pun yang dapat mengetahui diri kita, mau seperti apa kita, apa yang kita lakukan, apa yang kita pikirkan dan sapa kita, itu adalah hanya diri kita seorang.  karena Motivator terhebat adalah diri kita sendiri.















BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian tingkah laku secara khusus adalah tingkah laku mempunyai arti konkrit daripada jiwa. Oleh Karena kekonkritan itu, maka tingkah laku lebih mudah dipelajari dari pada jiwa dan melalui tingkah laku kita akan dapat mengenal seseorang. Selain itu, yang termasuk tingkah laku disini diartikan sebagai  perbuatan-perbuatan yang terbuka maupun yang tertutup. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang dapat dilihat langsung oleh orang lain seperti makan, minum, berbicara, dan lain-lain. Sedangkan tingkha laku terbuka adalah tingkah laku ynag hanya dapat diketahui secara tidak langsung melalui alat-alat atau metode khusus, seperti berfikir, sedih, berkhayal, bermimpi, takut,  dan sebagainya.
Manusia bertingkah laku  ada dua pendekatan yang digunakan untuk menjawabnya, yaitu pendekatan organismik (internal) dan pendekatan lingkungan (eksternal). Pembicaraan tentang motif dan/atau motivasi merupakan yang akan ditinjau secara khusus dalam bagian ini, yang berarti uraian bagian ini menitik beratkan bahwa motif itu merupakan faktor pendorong manusia bertingkah laku.

3.2 Saran
            Kepada pembaca yang telah membaca dan memahami makalah ini sangat di harapkan sudah dapat menjaga dan melestarikan lingkungannya, yang mana itu manusia harus mampu menjaga eksistensinya dalam sosialisasi dengan manusia lain di lingkungannya, dimana ia memiliki problema dalam kehidupannya sehingga ia dituntut untuk mampu menangani problema tersebut.
 Kemampuan kita untuk menyadari hal tersebut akan menentukan bagaimana hubungan kita sebagai manusia dan lingkungan kita. Hal ini memerlukan pembiasaan diri yang dapat membuat kita menyadari hubungan manusia dengan lingkungan.




DAFTAR PUSTAKA

Bambang S. Mintargo. 1986.  Manusia dan Nilai Budaya. Jakarta: Universitas Trisakti

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia
(Diakses pada 19 September 2014)

(Diakses pada 19 September 2014)

(Diakses pada 19 September 2014)

(Diakses pada 20 September 2014)

http:///U%20S%20E%20R/Downloads/digital_126237-S-5263-Analisis%20perilaku-Literatur.pdf
(Diakses pada 20 September 2014)

http://lukmaulam.blogspot.com.manusia%20dan%20lingkungan_files/conversion_server_004.html.
(Diakses pada 21 September 2014)

(Diakses pada 21 September 2014)

0 comments:

Post a Comment