KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang penyakit diare diwilayah pesisir.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai kejadian penyakit diare.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun
ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
Kendari
, Oktober 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang................................................................................................ 1
1.2 Rumusan
Masalah .......................................................................................... 2
1.3 Tujuan
Penulisan ............................................................................................ 3
1.4
Manfaat Penulisan........................................................................................... 3
BAB I PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Diare ............................................................................................. 4
2.2 Epidemiologi
Diare ........................................................................................ 4
2.3 Etiologi
Diare ................................................................................................. 5
2.4 Patofisiologi
Diare .......................................................................................... 8
2.5 Gejala
Klinis Diare ......................................................................................... 9
2.6 Karakteristik
Diare ......................................................................................... 10
2.7 Penanggulangan
dan Pencegahan Diare ......................................................... 14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
..................................................................................................... 16
3.2 Saran
............................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan yang begitu pesat di kawasan Asia Tenggara, termasuk
Indonesia pada dekade yang lalu memang telah dapat menaikkan taraf hidup
masyarakat di segala bidang. Akan tetapi pembangunan yang berlangsung cepat
tersebut terkadang membawa dampak. Begitupun terhadap lingkungan wilayah pantai
dengan berbagai pembangunan yang dilakukan telah menimbulkan kerusakan ataupun
bencana ekolohis di kawasan pantai dan pesisir.
Pada
umumnya masalah penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis
lingkungan masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia baik
dikarenakan masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun
rendahnya perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat , dan masih banyak faktor penyebab munculnya
penyakit diare tersebut. Kebersihan lingkungan merupakan suatu yang sangat
berpengaruh terhadap kesehatan pada umumnya. Banyaknya penyakit-penyakit
lingkungan yang menyerang masyarakat karena kurang bersihnya lingkungan
disekitar ataupun kebiasaan yang buruk yang mencemari lingkungan tersebut. Hal
ini dapat menyebabkan penyakit yang dibawa oleh kotoran yang ada di lingkungan
bebas tersebut baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Diare adalah
suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau
cair bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga
kali sehari atau lebih) dalam satu hari. (Depkes RI, 2011). Sedangkan, menurut
Corwin (2009) Diare ialah peningkatan keenceran dan frekuensi feses yang mana
dapat terjadi akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap didalam feses
dan menyebabkan iritasi sehingga adanya infeksi virus atau bakteri di usus
halus distal atau usus besar. Semua kelompok usia diserang oleh diare, baik
balita, anak-anak, dan orang dewasa. Tetapi penyakit diare berat dengan
kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak balita (Zubir, 2006
dalam Ramadhan & Devi 2012)
Diare sampai
saat ini masih merupakan penyebab kematian utama di dunia, terhitung 5-10 juta
kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka
kesakitan dan kematian akibat diare. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia dan 2,2 juta diantaranya
meninggal, dan sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun. Meskipun diare
membunuh sekitar 4 juta orang/tahun di negara berkembang, ternyata diare juga
masih merupakan masalah utama di negara maju. Di Amerika, setiap anak mengalami
7-15 episode diare dengan rata-rata usia 5 tahun. Di negara berkembang
rata-rata tiap anak dibawah usia 5 tahun mengalami episode diare 3 kali
pertahun.
Sampai saat ini
kasus diare di Indonesia masih cukup tinggi dan menimbulkan banyak kematian
terutama pada bayi dan balita. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Depkes
RI, 2008) diare merupakan penyebab utama kematian pada bayi (31,4%) dan anak
balita (25,2%). Sekitar 162.000 balita meninggal akibat diare setiap tahun atau
sekitar 460 balita per hari. Sedangkan dari hasil survei kesehatan rumah tangga
(SKRT) di Indonesia dalam Depkes RI diare merupakan penyebab kematian nomor dua
pada balita, nomor tiga bagi pada bayi, dan nomor lima bagi semua umur. Setiap
anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6–2 kali pertahun (Depkes
RI, 2011).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis
tertarik untuk mengkaji permasalahan penyakit diare di wilayah pesisir.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian dari penyakit diare?
2. Bagaimana
epidemiologi dari penyakit diare?
3. Bagaimana
etiologi dari penyakit diare?
4. Bagaimana
patofisiologi penyakit diare?
5. Bagaimana
gejala klinis penyakit diare?
6. Apa
saja karakteristik penyakit diare?
7. Bagaimana
penanggulangan dan pencegahan penyakit diare?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui pengertian diare.
2. Untuk
mengetahui epidemiologi dari penyakit diare.
3. Untuk
mengetahui etiologi dari penyakit diare.
4. Untuk
mengetahui patofisiologi penyakit diare.
5. Untuk
mengetahui gejala klinis penyakit diare.
6. Untuk
mengetahui karakteristik penyakit diare.
7. Untuk
mengetahui penanggulangan dan pencegahan penyakit diare.
1.4
Manfaat
Penulisan
Hasil penulisan diharapkan memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang kesehatan. Selain itu, penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi atau
sebagai bahan kajian rujukan bagi
penulisan selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Penyakit Diare
Diare adalah penyakit yang ditandai
dengan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (lazimnya
frekuensi ini lebih dari tiga kali perhari) disertai dengan adanya perubahan
bentuk dan konsistensi tinja dari penderita, muntah, muntaber. Atau biasanya
satu kali sehari tapi ditandai dengan ingus atau darah. Diare dapat diakibatkan
oleh 2 sumber :
a)
Diare infeksi yaitu diare yang
disebabkan oleh infeksi kuman seperti bakteri, parasit, dan virus.
b) Diare
non infeksi yaitu diare yang disebabkan bukan oleh infeksi kuman tetapi
disebabkan oleh kurang gizi, alergi maupun intoleran makanan tertentu.
2.2
Epidemiologi Penyakit Diare
Penyebab diare ditinjau dari host, agent dan environment,
yang diuraikan sebagai berikut:
a. Host
Menurut Widjaja (2004), bahwa host yaitu diare lebih banyak
terjadi pada balita, dimana daya tahan tubuh yang lemah/menurun system
pencernaan dalam hal ini adalah lambung tidak dapat menghancurkan makanan
dengan baik dan kuman tidak dapat dilumpuhkan dan betah tinggal di dalam
lambung, sehingga mudah bagi kuman untuk menginfeksi saluran pencernaan. Jika
terjadi hal demikian, akan timbul berbagai macam penyakit termasuk diare.
b.
Agent
Agent merupakan penyebab terjadinya diare, sangatlah jelas
yang disebabkan oleh faktor infeksi karena faktor kuman, malabsorbsi dan faktor
makanan. Aspek yang paling banyak terjadi diare pada balita yaitu infeksi kuman
e.colli, salmonella, vibrio chorela (kolera) dan serangan bakteri lain
yang jumlahnya berlebih dan patogenik (memanfaatkan kesempatan ketika kondisi
lemah) pseudomonas. (Widjaja, 2004).
c.
Environment
Faktor lingkungan sangat menentukan dalam hubungan
interaksi antara penjamu (host) dengan faktor agent. Lingkungan dapat dibagi
menjadi dua bagian utama yaitu lingkungan biologis (flora dan fauna disekitar
manusia) yang bersifat biotik: mikroorganisme penyebab penyakit, reservoir
penyakit infeksi (binatang, tumbuhan), vector pembawa penyakit, tumbuhan dan
binatang pembawa sumber bahan makanan, obat, dan lainnya. Dan juga lingkungan
fisik, yang bersifat abiotic: yaitu udara, keadaan tanah, geografi, air dan zat
kimia. Keadaaan lingkungan yang sehat dapat ditunjang oleh sanitasi lingkungan
yang memenuhi syarat kesehatan dan kebiasaan masyarakat untuk Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS). Pencemaran lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan
agent yang berdampak pada host (penjamu) sehingga mudah untuk timbul berbagai
macam penyakit, termasuk diare.
2.3 Etiologi Penyakit diare
Etiologi diare
dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
a.
Faktor Infeksi
1.
Infeksi enteral
Infeksi
enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare
pada anak. Infeksi parenteral ini meliputi: (a) Infeksi bakteri: Vibrio,
E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan
sebagainya. (b) Infeksi virus: Enteroovirus (Virus ECHO, Coxsackie,
Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain. (c)
Infestasi parasite : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides),
protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis),
jamur (candida albicans).
2.
Infeksi parenteral
Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar
alat pencernaan, seperti Otitis Media akut (OMA), Tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat
pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
b. Faktor
Malabsorbsi
1. Malabsorbsi
karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak
yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktrosa.
2. Malabsorbsi
lemak
3. Malabsorbsi
protein
c.
Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi
terhadap makanan.
d.
Faktor psikologis: rasa takut dan cemas.
Walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.
e. Faktor
Pendidikan
Menurut
penelitian, ditemukan bahwa kelompok ibu dengan status pendidikan SLTP ke atas
mempunyai kemungkinan 1,25 kali memberikan cairan rehidrasi oral dengan baik
pada balita dibanding dengan kelompok ibu dengan status pendidikan SD ke bawah.
Diketahui juga bahwa pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
morbiditas anak balita. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, semakin
baik tingkat kesehatan yang diperoleh si anak.
f.
Faktor pekerjaan
Ayah dan ibu yang bekerja Pegawai negeri atau Swasta
rata-rata mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu yang
bekerja sebagai buruh atau petani. Jenis pekerjaan umumnya berkaitan dengan
tingkat pendidikan dan pendapatan. Tetapi ibu yang bekerja harus membiarkan
anaknya diasuh oleh orang lain, sehingga mempunyai risiko lebih besar untuk
terpapar dengan penyakit.
g.
Faktor umur balita
Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun.
Balita yang berumur 12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali
dibanding anak umur 25-59 bulan.
h.
Faktor lingkungan
Penyakit diare merupakan merupakan salah satu penyakit yang
berbasisi lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan
pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku
manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare
serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui
makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.
i.
Faktor Gizi
Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh
karena itu, pengobatan dengan makanan baik merupakan komponen utama penyembuhan
diare tersebut. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian besar meninggal
karena diare. Hal ini disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi. Faktor gizi
dilihat berdasarkan status gizi yaitu baik = 100-90, kurang = <90-70, buruk
= <70 dengan BB per TB.
j.
Faktor sosial ekonomi masyarakat
Sosial ekonomi mempunyai pengaruh langsung terhadap
faktor-faktor penyebab diare. Kebanyakan anak mudah menderita diare berasal
dari keluarga besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk,
tidak mempunyai penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan.
k.
Faktor makanan dan minuman yang dikonsumsi
Kontak antara sumber dan host dapat terjadi melalui air,
terutama air minum yang tidak dimasak dapat juga terjadi secara sewaktu mandi
dan berkumur. Kontak kuman pada kotoran dapat berlangsung ditularkan pada orang
lain apabila melekat pada tangan dan kemudian dimasukkan kemulut dipakai untuk
memegang makanan. Kontaminasi alat-alat makan dan dapur. Bakteri yang terdapat
pada saluran pencernaan adalah bakteri Etamoeba colli, salmonella, sigella.
Dan virusnya yaitu Enterovirus, rota virus, serta parasite yaitu cacing
(Ascaris, Trichuris), dan jamur (Candida albikan).
l.
Faktor terhadap Laktosa (susu kalemg)
Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama
kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI resiko untuk menderita diare lebih
besar daripada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi
berat juga lebih besar. Menggunakan botol susu ini memudahkan pencemaran oleh
kuman sehingga menyebabkan diare. Dalam ASI mengandung antibody yang dapat
melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti Sigella dan
V. Cholerae.
2.4
Patofisiologi Penyakit Diare
Gastroenteritis
akut (Diare) adalah masuknya Virus (Rotavirus, Adenovirus enteritis),
bakteri atau toksin (Salmonella. E. colli), dan parasit (Biardia,
Lambia). Beberapa mikroorganisme pathogen ini me nyebabkan infeksi pada
sel-sel, memproduksi enterotoksin atau cytotoksin Penyebab dimana merusak
sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut. Penularan
gastroenteritis bisa melalui fekal oral dari satu klien ke klien lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen dikarenakan makanan dan minuman yang
terkontaminasi.
Mekanisme
dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak
dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga
usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi
akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat
kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan
hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah
kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa
(asidosis metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output
berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi.
Sebagai
akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi: (a) Kehilangan air dan
elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan
asam-basa (asidosis metabolik, hypokalemia dan sebagainya). (b) Gangguan gizi
sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah). (c)
Hipoglikemia, (d) Gangguan sirkulasi darah.
2.5
Gejala Klinis Penyakit Diare
Penyakit diare yang hingga kini masih
merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak berumur 12 tahun ke
bawah di Indonesia. Adapun gejala-gejala klinis dari penyakit ini adalah
mula-mula anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan biasanya meninggi, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare, warna tinja makin lama
berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Gejala muntah
dapat terjadi setelah atau sebelum diare.
Apabila penderita telah banyak
kehilangan cairan dan eletrolit maka gejala dehidrasi mulai nampak, berat badan
mulai menurun, tugor kulit dan tonus otot berkurang, mata dan ubun-ubun besar
dan menjadi cekung, selaput lendir, bibir dan mulut serta kulit tampak kering
saliva jadi kental dan anak menjadi gelisah.
Berak
encer, biasanya 3X atau lebih dalam sehari, kadang-kadang disertai :
a.
Muntah
b.
Badan lesu dan lemah
c.
Tidak mau makan
d.
Panas
2.6 Karakteristik penyakit diare
Diare terbagi dua berdasarkan mula dan
lamanya yaitu :
1)
Diare akut
Diare
akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa
jam sampai 7 atau 14 hari.
a. Etiologi
Infeksi
merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri, parasit maupun virus.
Penyebab lain yang dapat menimbulkan diare akut adalah toksin dan obat, nutrisi
eteral diikuti puasa yang berlangsung lama, kemoterapi, impaksi tekal (overflow
diarrhea) atau berbagai kondisi lain.
b. Patogenesis
Diare
akibat infeksi terutama ditularkan secara fekal oral. Hal ini disebabkan
masukan minuman atau makanan yang terkontaminasi tinja ditambah dengan
ekresiyang buruk, makanan yang tidak matang, bahkan yang disajikan tanpa
dimasak. Penularannya adalah transmisi orang ke orang melalui aeorosolisasi
(Morwalk, Rotavirus), tangan yang terkontaminasi (Clostridium diffecile), atau
melalui aktivitas seksual. Faktor penentu terjadinya diare akut adalah faktror
penyebab (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu adalah kemampuan
pertahanan tubuh terhadap organisme, yaitu faktor daya tahan tubuh atau
lingkungan lumen saluran cerna, seperti keasaman lambung, motilitas lambung,
imunitas, juga mencakup lingkongan mikroflora usus. Faktor penyebab yang
mempengaruhi patogenesis antara lain daya penetrasi yang merusak sel mukosa,
kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus, serta
daya lekat kuman-kuman tersebut membentuk koloni-koloni yang dapat menginduksi
diare.
Patogenesis
diare yang disebabkan infeksi bakteri terbagi dua, yaitu:
1. Bakteri
noninvasit (enterotoksigenik)
Toksin yang diproduksi
bakteri akan terikat pada mukosa usus halus, namun tidak merusak mukosa. Toksin
meningkat kadar siklik AMP di dalam sel, menyebabkan sekresi aktif anion
klorida ke dalam lumen usus yang diikuti air, ion karbonat, kation natrium, dam
kalium.
2. Bakteri
enteroinvasif
Diare menyebabkan
kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, dan bersifat sekretorik
eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. Bakteri yang termasuk
dalam golongan ini adalah Enteroinvasive E. Coli (EIEC). S. Paratyphi B, S.
Typhimurium, S. enteriditis, S. choleraesuis, Shigela, Yersinia, dan C.
Pertringens tipe C. penyebab diare lainnya seperti parasit menyebabkan
kerusakan berupa ulkus besar (E. histolytica), kerusakan vilia yang penting
untuk penyerapan air, elektrolit, dan zat makanan (G. Lambdia)
c. Manifestasi
klinis
Secara
klinis diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1. Koleriform,
dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja
2. Disentriform,
pada diare di dapat lendir kental dan kadang-kadang darah.
d. Penatalaksanaan
Pada
orang dewasa, penata laksanaan diare akut akibat infeksi terdiri dari :
1. Rehidrasi
sebagai prioritas utama pengobatan
Empat hal penting yang
perlu diperhatikan adalah :
1) Jenis
cairan
2) Jumlah
cairan
3) Jalan
masuk atau cara pemberian cairan
4) Jadwal
pemberian cairan.
2. Identifikasi
penyebab diare akut karena infeksi
3. Terapi
simtomatik
4. Terapi
defenitif
2)
Diare kronik
Diare kronik ditetapkan berdasarkan kesepakatan,
yaitu diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu. Ketentuan ini berlaku bagi
orang dewasa, sedangkan pada bayi dan anak ditetapkan batas waktu dua minggu.
a. Etiologi
Diare kronik memiliki
penyebab yang bervariasi dan tidak seluruhnya diketahui.
b. Patofisiologi
Proses terjadinya diare
dipengaruhi dua hal pokok, yaitu konsistensi feses dan motilitas usus, umumnya
terjadi akibat pengaruh keduanya. Gangguan proses mekanik dan ensimatik,
disertai gangguan mukosa, akan mempengaruhi pertukaran air dan elektrolit,
sehingga mempengaruhi konsistensi feses yang terbentuk.
Diare kronik dibagi
tiga yaitu :
1. Diare
osmotik
Dijelaskan dengan
adanya faktor malabsorpsi akobat adanya gangguan absorpsi karbohidrat, lemak
atau protein, danb tersering adanya malabsorpsi lemak. Teses berbentuk
steatore.
2. Diare
sekretorik
Terdapat gangguan
tranpor akibat adanya perbedaan osmotif intralumen dengan mukosa yang besar
sehungga terjadi penarikan cairan dan alektrolit ke dalam lumen usus dalam
jumlah besar. Teses akan seperti air. Diare sekresi terbagi dua berdasarkan
pengaruh puasa terhadap diare :
1. Diare
sekresi yang dipengaruhi keadaan puasa berhubungan dengan proses intralumen,
dan diakibatkan oleh bahan-bahan yang tidak dapat diabsorpsi, malabsorpsi
karbohidrat, letesiensi laktosa yang mengakibatkan intolerassi laktosa.
2. Diare
cair yang tidak dipengaruhi keadaan puasa terdapat pada sidrom korsinoid, VIP
(Vasoactive Inkestinal Polypeptida) oma, karsinoma tiroid medular, adenoma
vilosa, dan diare diabetik.
3. Diare
inflamasi
Diare dengan kerusakan
kematian enterosit disertai peradangan. Fese berdarah. Klompok ini paling
sering ditemukan. Trbagi dua yaitu nonspesitik dan spesitik.
c. Penatalaksanaan
a. Simtomatis
1. Rehidrasi
2. Antipasmodik,
antikolinergik
3. Obat
anti diare
a. Obat
antimotilitas dan sekresi usus : Laperamid, ditenoksilat, kodein fosfat.
b. Aktreotid
(sadratatin)
c. Obat
anti diare yang mengeraskan tinja dan absorpsi zat toksin yaitu Arang, campura
kaolin dan mortin.
4. Antiemetik
(metoklopromid, proklorprazin, domperidon).
5. Vitamin
dan mineral, tergantung kebutuhan, yaitu:
a. Vitamin
Bie, asam, vitamin A, vitamin K
b. Preparat
besi, zinc,dan lain-lain.
6. Obat
ekstrak enzim pankreas.
7. Aluminium
hidroksida, memiliki efek konstifasi, dan mengikat asam empedu.
8. Fenotiazin
dan asam nikotinat, menghambat sekresi anion usus.
b. Kausal
Pengobatan kausal
diberikan pada infeksi maupun non infeksi Pada diare kronik dengan penyebab
infeksi, obat diberikan berdasarkan etiologinya.
2.7
Penanggulangan
dan Pencegahan Diare Cara Membuat Larutan Oralit dan LGG
1.
Penanggulangan :
a. Larutan
Oralit
Bubuk oralit 1 bungkus
dilarutka kedalam 1 gelas air masak aduk sampai semua larutan larut dalam air.
b. Larutan
Gula, Garam (LGG)
Gula 1 sendok the,
garam ¼ sendok the dilarutkan kedalam 1 gelas air masak, kemudian diaduk sampai
· Cara Memberikan Larutan Oralit
1. Minumkan
segera larutan sampai penderita tidak merasa haus lagi (pada anak balita
diasanya memerlukan 3 bungkus oralit 200 CC dalam 3 jam pertama)
2. Jika
anak muntah pemberian oralit dihentikan dulu, lau kemudian dilanjutkan lagi.
3. Bila
sampai hati ke-2 anak masih terus diare atau keadaan anak bertambah parah maka
dengan segera dibawah ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat. Selam perjalanan
pemberian oralit harus terus diberikan.
Yang Harus Diperhatikan Dalam
Pemberian Makanan dan Minuman pada Penderita Selama dan Sesudah Diare :
1.
Penderita diare dangan dipuaskan
2.
Bagi yang masih menetek, pemberian ASI
diteruskan.
3.
Berikan segera cairan Rumah tangga
seperti ait kelapa, air sayur, air buah bila penderita mulai menimbulkan gejala
Diare.
4.
Makanan pendamping ASI yang lunak
seperti bubur
5.
Teruskan pemberian makanan. Makanan
sebaiknya nudah dicerna dan tidak merangsang
6.
Sesudah diare pemberian makanan
diteruskan dan perlu ditambah.
2.
Cara
Pencegahan Penyakit Diare
1.
Pemberian ASI
Dapat
mencegah Diare karena terjamin kebersihannya serta dapat meningkatkan daya
tahan tubuh baalita.
2.
Pemberian makanan
Berilah
anak balita makanan yang bersih dan bergizi.
3.
Pemakaian air besih
Gunakan
air bersih untuk membersihkan makanan dan minuman bayi.
4.
Berak pada tempatnya
Biasakanlah
anak anda buang kotoran pada jamban (kakus)
5.
Kebersihan perorangan
Biasakanlah
mencuci tangan sebelm makam serta sesudah buang kotoran.
6.
Kebersihan makanan dan minuman
Perhatikan
kebersihan makanan dan miniman meulai daor cara-cara mencuci, memasak,
menhhidangkan dan cara menyimpan makanan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·
Diare adalah penyakit yang ditandai
dengan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (lazimnya
frekuensi ini lebih dari tiga kali perhari) disertai dengan adanya perubahan
bentuk dan konsistensi tinja dari penderita, muntah, muntaber
·
Faktor penyebab yakni faktor infeksi, faktor
malabsorbsi, makanan, jenis pekerjaan, umur balita, penyediaan air bersih,
tingkat pendidikan, faktr gizi dll.
·
Gejala klinis penyakit diare muntah, badan
lesu dan lemah, tidak mau makan,panas, demam tinggi dll.
·
Karakteristik diare meliputi diare akut
dan diare kronik.
·
Penanggulangan dan Pencegahan Diare Cara
Membuat Larutan Oralit dan LGG, pemberian ASI, pemberian makanan, pemakaian air
besih, kebersihan perorangan, kebersihan makanan dan minuman.
3.2 Saran
Pada kalangan masyarakat lebih menjaga diri dari
faktor-faktor penyebab yang ditimbulkan kejadian penyakit diare, kemudian para
pembaca dan kader kesehatan masyarakat lebih gencar memberikan pengetahuan
mengenai penyakit tersebut khususnya pada masyarakat yang berisiko besar
terjangkit penyakit tersebut seperti pada daerah wilayah pesisir.
DAFTAR
PUSTAKA
Depkes,
R. I., 2000. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta :
Ditjen
PPM dan PL. (di akses,15 Oktober 2015)
Depkes RI, 2008, Profil Program P2 Diare Tahun 2008 http://www.labkeslamsel.blogspot.com/.../program-p2-diare -tahun-2008.html, (diakses, 15 Oktober 20015)
Henny,
2003. Lingkungan Pesisir Dan Masalahnya Sebagai Daerah Aliran
BuanganLimbah.http://rudyct.com/PPS702-7134/hennypagoray.htm
(diakses, 15 Oktober 2015)
Hiswani, Diare Merupakan Salah Satu Masalah Kesehatan
Masyarakat Yang Kejadiannya Sangat Erat Dengan Keadaan Sanitasi Lingkungan. http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani7.pdf.
(diakses, 15 Oktober 2015)
0 comments:
Post a Comment