Advertiser

Favorit Song ( Marry Your Daughter)

Wednesday, March 16, 2016

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DAERAH PESISIR (DIARE)



KATA PENGANTAR

       Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang penyakit diare diwilayah pesisir.
       Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai kejadian penyakit diare. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
       Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.


Kendari , Oktober 2015



Penulis






DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i        
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii       
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii      

BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2  Rumusan Masalah .......................................................................................... 2       
1.3  Tujuan Penulisan ............................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................... 3       

BAB I PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Diare ............................................................................................. 4       
2.2  Epidemiologi Diare ........................................................................................ 4       
2.3  Etiologi Diare ................................................................................................. 5       
2.4  Patofisiologi Diare .......................................................................................... 8       
2.5  Gejala Klinis Diare ......................................................................................... 9       
2.6  Karakteristik Diare ......................................................................................... 10     
2.7  Penanggulangan dan Pencegahan Diare ......................................................... 14     
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan ..................................................................................................... 16     
3.2  Saran ............................................................................................................... 16     

DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pembangunan yang begitu pesat di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia pada dekade yang lalu memang telah dapat menaikkan taraf hidup masyarakat di segala bidang. Akan tetapi pembangunan yang berlangsung cepat tersebut terkadang membawa dampak. Begitupun terhadap lingkungan wilayah pantai dengan berbagai pembangunan yang dilakukan telah menimbulkan kerusakan ataupun bencana ekolohis di kawasan pantai dan pesisir.
Pada umumnya masalah penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia baik dikarenakan masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat  , dan masih banyak faktor penyebab munculnya penyakit diare tersebut. Kebersihan lingkungan merupakan suatu yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan pada umumnya. Banyaknya penyakit-penyakit lingkungan yang menyerang masyarakat karena kurang bersihnya lingkungan disekitar ataupun kebiasaan yang buruk yang mencemari lingkungan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan penyakit yang dibawa oleh kotoran yang ada di lingkungan bebas tersebut baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali sehari atau lebih) dalam satu hari. (Depkes RI, 2011). Sedangkan, menurut Corwin (2009) Diare ialah peningkatan keenceran dan frekuensi feses yang mana dapat terjadi akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap didalam feses dan menyebabkan iritasi sehingga adanya infeksi virus atau bakteri di usus halus distal atau usus besar. Semua kelompok usia diserang oleh diare, baik balita, anak-anak, dan orang dewasa. Tetapi penyakit diare berat dengan kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak balita (Zubir, 2006 dalam Ramadhan & Devi 2012)
Diare sampai saat ini masih merupakan penyebab kematian utama di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia dan 2,2 juta diantaranya meninggal, dan sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun. Meskipun diare membunuh sekitar 4 juta orang/tahun di negara berkembang, ternyata diare juga masih merupakan masalah utama di negara maju. Di Amerika, setiap anak mengalami 7-15 episode diare dengan rata-rata usia 5 tahun. Di negara berkembang rata-rata tiap anak dibawah usia 5 tahun mengalami episode diare 3 kali pertahun.
Sampai saat ini kasus diare di Indonesia masih cukup tinggi dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Depkes RI, 2008) diare merupakan penyebab utama kematian pada bayi (31,4%) dan anak balita (25,2%). Sekitar 162.000 balita meninggal akibat diare setiap tahun atau sekitar 460 balita per hari. Sedangkan dari hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) di Indonesia dalam Depkes RI diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita, nomor tiga bagi pada bayi, dan nomor lima bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6–2 kali pertahun (Depkes RI, 2011).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan penyakit diare di wilayah pesisir.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari penyakit diare?
2.      Bagaimana epidemiologi dari penyakit diare?
3.      Bagaimana etiologi dari penyakit diare?
4.      Bagaimana patofisiologi penyakit diare?
5.      Bagaimana gejala klinis penyakit diare?
6.      Apa saja karakteristik penyakit diare?
7.      Bagaimana penanggulangan dan pencegahan penyakit diare?

1.3  Tujuan  Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian diare.
2.      Untuk mengetahui epidemiologi dari penyakit diare.
3.      Untuk mengetahui etiologi dari penyakit diare.
4.      Untuk mengetahui patofisiologi penyakit diare.
5.      Untuk mengetahui gejala klinis penyakit diare.
6.      Untuk mengetahui karakteristik penyakit diare.
7.      Untuk mengetahui penanggulangan dan pencegahan penyakit diare.

1.4     Manfaat Penulisan
Hasil penulisan diharapkan memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan. Selain itu, penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi atau sebagai bahan kajian rujukan bagi penulisan selanjutnya.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Pengertian Penyakit Diare
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (lazimnya frekuensi ini lebih dari tiga kali perhari) disertai dengan adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita, muntah, muntaber. Atau biasanya satu kali sehari tapi ditandai dengan ingus atau darah. Diare dapat diakibatkan oleh 2 sumber :
a)        Diare infeksi yaitu diare yang disebabkan oleh infeksi kuman seperti bakteri, parasit, dan virus.
b)       Diare non infeksi yaitu diare yang disebabkan bukan oleh infeksi kuman tetapi disebabkan oleh kurang gizi, alergi maupun intoleran makanan tertentu.

2.2 Epidemiologi Penyakit Diare
Penyebab diare ditinjau dari host, agent dan environment, yang diuraikan sebagai berikut:
a.      Host
Menurut Widjaja (2004), bahwa host yaitu diare lebih banyak terjadi pada balita, dimana daya tahan tubuh yang lemah/menurun system pencernaan dalam hal ini adalah lambung tidak dapat menghancurkan makanan dengan baik dan kuman tidak dapat dilumpuhkan dan betah tinggal di dalam lambung, sehingga mudah bagi kuman untuk menginfeksi saluran pencernaan. Jika terjadi hal demikian, akan timbul berbagai macam penyakit termasuk diare.
b. Agent
Agent merupakan penyebab terjadinya diare, sangatlah jelas yang disebabkan oleh faktor infeksi karena faktor kuman, malabsorbsi dan faktor makanan. Aspek yang paling banyak terjadi diare pada balita yaitu infeksi kuman e.colli, salmonella, vibrio chorela (kolera) dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebih dan patogenik (memanfaatkan kesempatan ketika kondisi lemah) pseudomonas. (Widjaja, 2004).
c. Environment
Faktor lingkungan sangat menentukan dalam hubungan interaksi antara penjamu (host) dengan faktor agent. Lingkungan dapat dibagi menjadi dua bagian utama yaitu lingkungan biologis (flora dan fauna disekitar manusia) yang bersifat biotik: mikroorganisme penyebab penyakit, reservoir penyakit infeksi (binatang, tumbuhan), vector pembawa penyakit, tumbuhan dan binatang pembawa sumber bahan makanan, obat, dan lainnya. Dan juga lingkungan fisik, yang bersifat abiotic: yaitu udara, keadaan tanah, geografi, air dan zat kimia. Keadaaan lingkungan yang sehat dapat ditunjang oleh sanitasi lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan dan kebiasaan masyarakat untuk Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Pencemaran lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan agent yang berdampak pada host (penjamu) sehingga mudah untuk timbul berbagai macam penyakit, termasuk diare.

2.3  Etiologi Penyakit diare
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
a.       Faktor Infeksi
1.      Infeksi enteral
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi parenteral ini meliputi: (a) Infeksi bakteri: Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya. (b) Infeksi virus: Enteroovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain. (c) Infestasi parasite : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur (candida albicans).
2. Infeksi parenteral
Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti Otitis Media akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.

b.      Faktor Malabsorbsi
1.      Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktrosa.
2.      Malabsorbsi lemak
3.      Malabsorbsi protein
c.       Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d.      Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.
e. Faktor Pendidikan
Menurut penelitian, ditemukan bahwa kelompok ibu dengan status pendidikan SLTP ke atas mempunyai kemungkinan 1,25 kali memberikan cairan rehidrasi oral dengan baik pada balita dibanding dengan kelompok ibu dengan status pendidikan SD ke bawah. Diketahui juga bahwa pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap morbiditas anak balita. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, semakin baik tingkat kesehatan yang diperoleh si anak.

f. Faktor pekerjaan
Ayah dan ibu yang bekerja Pegawai negeri atau Swasta rata-rata mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu yang bekerja sebagai buruh atau petani. Jenis pekerjaan umumnya berkaitan dengan tingkat pendidikan dan pendapatan. Tetapi ibu yang bekerja harus membiarkan anaknya diasuh oleh orang lain, sehingga mempunyai risiko lebih besar untuk terpapar dengan penyakit.
g. Faktor umur balita
Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Balita yang berumur 12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali dibanding anak umur 25-59 bulan.
h. Faktor lingkungan
Penyakit diare merupakan merupakan salah satu penyakit yang berbasisi lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.
i. Faktor Gizi
Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh karena itu, pengobatan dengan makanan baik merupakan komponen utama penyembuhan diare tersebut. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian besar meninggal karena diare. Hal ini disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi. Faktor gizi dilihat berdasarkan status gizi yaitu baik = 100-90, kurang = <90-70, buruk = <70 dengan BB per TB.
j. Faktor sosial ekonomi masyarakat
Sosial ekonomi mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor-faktor penyebab diare. Kebanyakan anak mudah menderita diare berasal dari keluarga besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak mempunyai penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan.
k. Faktor makanan dan minuman yang dikonsumsi
Kontak antara sumber dan host dapat terjadi melalui air, terutama air minum yang tidak dimasak dapat juga terjadi secara sewaktu mandi dan berkumur. Kontak kuman pada kotoran dapat berlangsung ditularkan pada orang lain apabila melekat pada tangan dan kemudian dimasukkan kemulut dipakai untuk memegang makanan. Kontaminasi alat-alat makan dan dapur. Bakteri yang terdapat pada saluran pencernaan adalah bakteri Etamoeba colli, salmonella, sigella. Dan virusnya yaitu Enterovirus, rota virus, serta parasite yaitu cacing (Ascaris, Trichuris), dan jamur (Candida albikan).
l. Faktor terhadap Laktosa (susu kalemg)
Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI resiko untuk menderita diare lebih besar daripada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar. Menggunakan botol susu ini memudahkan pencemaran oleh kuman sehingga menyebabkan diare. Dalam ASI mengandung antibody yang dapat melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti Sigella dan V. Cholerae.

2.4 Patofisiologi Penyakit Diare
Gastroenteritis akut (Diare) adalah masuknya Virus (Rotavirus, Adenovirus enteritis), bakteri atau toksin (Salmonella. E. colli), dan parasit (Biardia, Lambia). Beberapa mikroorganisme pathogen ini me nyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau cytotoksin Penyebab dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut. Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal oral dari satu klien ke klien lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi.
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi: (a) Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik, hypokalemia dan sebagainya). (b) Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah). (c) Hipoglikemia, (d) Gangguan sirkulasi darah.

2.5 Gejala Klinis Penyakit Diare
Penyakit diare yang hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak berumur 12 tahun ke bawah di Indonesia. Adapun gejala-gejala klinis dari penyakit ini adalah mula-mula anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan biasanya meninggi, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare, warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Gejala muntah dapat terjadi setelah atau sebelum diare.
Apabila penderita telah banyak kehilangan cairan dan eletrolit maka gejala dehidrasi mulai nampak, berat badan mulai menurun, tugor kulit dan tonus otot berkurang, mata dan ubun-ubun besar dan menjadi cekung, selaput lendir, bibir dan mulut serta kulit tampak kering saliva jadi kental dan anak menjadi gelisah.
Berak encer, biasanya 3X atau lebih dalam sehari, kadang-kadang disertai :
a.          Muntah
b.         Badan lesu dan lemah
c.          Tidak mau makan
d.         Panas

2.6  Karakteristik penyakit diare
Diare terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya yaitu :
1)      Diare akut
Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam sampai 7 atau 14 hari.
a.       Etiologi
Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri, parasit maupun virus. Penyebab lain yang dapat menimbulkan diare akut adalah toksin dan obat, nutrisi eteral diikuti puasa yang berlangsung lama, kemoterapi, impaksi tekal (overflow diarrhea) atau berbagai kondisi lain.
b.      Patogenesis
Diare akibat infeksi terutama ditularkan secara fekal oral. Hal ini disebabkan masukan minuman atau makanan yang terkontaminasi tinja ditambah dengan ekresiyang buruk, makanan yang tidak matang, bahkan yang disajikan tanpa dimasak. Penularannya adalah transmisi orang ke orang melalui aeorosolisasi (Morwalk, Rotavirus), tangan yang terkontaminasi (Clostridium diffecile), atau melalui aktivitas seksual. Faktor penentu terjadinya diare akut adalah faktror penyebab (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu adalah kemampuan pertahanan tubuh terhadap organisme, yaitu faktor daya tahan tubuh atau lingkungan lumen saluran cerna, seperti keasaman lambung, motilitas lambung, imunitas, juga mencakup lingkongan mikroflora usus. Faktor penyebab yang mempengaruhi patogenesis antara lain daya penetrasi yang merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus, serta daya lekat kuman-kuman tersebut membentuk koloni-koloni yang dapat menginduksi diare.
Patogenesis diare yang disebabkan infeksi bakteri terbagi dua, yaitu:
1.      Bakteri noninvasit (enterotoksigenik)
Toksin yang diproduksi bakteri akan terikat pada mukosa usus halus, namun tidak merusak mukosa. Toksin meningkat kadar siklik AMP di dalam sel, menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam lumen usus yang diikuti air, ion karbonat, kation natrium, dam kalium.
2.      Bakteri enteroinvasif
Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, dan bersifat sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. Bakteri yang termasuk dalam golongan ini adalah Enteroinvasive E. Coli (EIEC). S. Paratyphi B, S. Typhimurium, S. enteriditis, S. choleraesuis, Shigela, Yersinia, dan C. Pertringens tipe C. penyebab diare lainnya seperti parasit menyebabkan kerusakan berupa ulkus besar (E. histolytica), kerusakan vilia yang penting untuk penyerapan air, elektrolit, dan zat makanan (G. Lambdia)
c.       Manifestasi klinis
Secara klinis diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1.      Koleriform, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja
2.      Disentriform, pada diare di dapat lendir kental dan kadang-kadang darah.
d.      Penatalaksanaan
Pada orang dewasa, penata laksanaan diare akut akibat infeksi terdiri dari :
1.      Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan
Empat hal penting yang perlu diperhatikan adalah :
1)      Jenis cairan
2)      Jumlah cairan
3)      Jalan masuk atau cara pemberian cairan
4)      Jadwal pemberian cairan.
2.      Identifikasi penyebab diare akut karena infeksi
3.      Terapi simtomatik
4.      Terapi defenitif

2)      Diare kronik
Diare kronik ditetapkan berdasarkan kesepakatan, yaitu diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu. Ketentuan ini berlaku bagi orang dewasa, sedangkan pada bayi dan anak ditetapkan batas waktu dua minggu.
a.       Etiologi
Diare kronik memiliki penyebab yang bervariasi dan tidak seluruhnya diketahui.
b.      Patofisiologi
Proses terjadinya diare dipengaruhi dua hal pokok, yaitu konsistensi feses dan motilitas usus, umumnya terjadi akibat pengaruh keduanya. Gangguan proses mekanik dan ensimatik, disertai gangguan mukosa, akan mempengaruhi pertukaran air dan elektrolit, sehingga mempengaruhi konsistensi feses yang terbentuk.
Diare kronik dibagi tiga yaitu :
1.      Diare osmotik
Dijelaskan dengan adanya faktor malabsorpsi akobat adanya gangguan absorpsi karbohidrat, lemak atau protein, danb tersering adanya malabsorpsi lemak. Teses berbentuk steatore.
2.      Diare sekretorik
Terdapat gangguan tranpor akibat adanya perbedaan osmotif intralumen dengan mukosa yang besar sehungga terjadi penarikan cairan dan alektrolit ke dalam lumen usus dalam jumlah besar. Teses akan seperti air. Diare sekresi terbagi dua berdasarkan pengaruh puasa terhadap diare :
1.      Diare sekresi yang dipengaruhi keadaan puasa berhubungan dengan proses intralumen, dan diakibatkan oleh bahan-bahan yang tidak dapat diabsorpsi, malabsorpsi karbohidrat, letesiensi laktosa yang mengakibatkan intolerassi laktosa.
2.      Diare cair yang tidak dipengaruhi keadaan puasa terdapat pada sidrom korsinoid, VIP (Vasoactive Inkestinal Polypeptida) oma, karsinoma tiroid medular, adenoma vilosa, dan diare diabetik.
3.      Diare inflamasi
Diare dengan kerusakan kematian enterosit disertai peradangan. Fese berdarah. Klompok ini paling sering ditemukan. Trbagi dua yaitu nonspesitik dan spesitik.
c.       Penatalaksanaan
a.       Simtomatis
1.      Rehidrasi
2.      Antipasmodik, antikolinergik
3.      Obat anti diare
a.       Obat antimotilitas dan sekresi usus : Laperamid, ditenoksilat, kodein fosfat.
b.      Aktreotid (sadratatin)
c.       Obat anti diare yang mengeraskan tinja dan absorpsi zat toksin yaitu Arang, campura kaolin dan mortin.
4.      Antiemetik (metoklopromid, proklorprazin, domperidon).
5.      Vitamin dan mineral, tergantung kebutuhan, yaitu:
a.       Vitamin Bie, asam, vitamin A, vitamin K
b.      Preparat besi, zinc,dan lain-lain.
6.      Obat ekstrak enzim pankreas.
7.      Aluminium hidroksida, memiliki efek konstifasi, dan mengikat asam empedu.
8.      Fenotiazin dan asam nikotinat, menghambat sekresi anion usus.
b.      Kausal
Pengobatan kausal diberikan pada infeksi maupun non infeksi Pada diare kronik dengan penyebab infeksi, obat diberikan berdasarkan etiologinya.
2.7     Penanggulangan dan Pencegahan Diare Cara Membuat Larutan Oralit dan LGG
1.      Penanggulangan :
a.       Larutan Oralit
Bubuk oralit 1 bungkus dilarutka kedalam 1 gelas air masak aduk sampai semua larutan larut dalam air.
b.      Larutan Gula, Garam (LGG)
Gula 1 sendok the, garam ¼ sendok the dilarutkan kedalam 1 gelas air masak, kemudian diaduk sampai

·      Cara Memberikan Larutan Oralit
1.      Minumkan segera larutan sampai penderita tidak merasa haus lagi (pada anak balita diasanya memerlukan 3 bungkus oralit 200 CC dalam 3 jam pertama)
2.      Jika anak muntah pemberian oralit dihentikan dulu, lau kemudian dilanjutkan lagi.
3.      Bila sampai hati ke-2 anak masih terus diare atau keadaan anak bertambah parah maka dengan segera dibawah ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat. Selam perjalanan pemberian oralit harus terus diberikan.

Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemberian Makanan dan Minuman pada Penderita Selama dan Sesudah Diare :
1.      Penderita diare dangan dipuaskan
2.      Bagi yang masih menetek, pemberian ASI diteruskan.
3.      Berikan segera cairan Rumah tangga seperti ait kelapa, air sayur, air buah bila penderita mulai menimbulkan gejala Diare.
4.      Makanan pendamping ASI yang lunak seperti bubur
5.      Teruskan pemberian makanan. Makanan sebaiknya nudah dicerna dan tidak merangsang
6.      Sesudah diare pemberian makanan diteruskan dan perlu ditambah.

2.      Cara Pencegahan Penyakit Diare
1.      Pemberian ASI
Dapat mencegah Diare karena terjamin kebersihannya serta dapat meningkatkan daya tahan tubuh baalita.
2.      Pemberian makanan
Berilah anak balita makanan yang bersih dan bergizi.
3.      Pemakaian air besih
Gunakan air bersih untuk membersihkan makanan dan minuman bayi.
4.      Berak pada tempatnya
Biasakanlah anak anda buang kotoran pada jamban (kakus)
5.      Kebersihan perorangan
Biasakanlah mencuci tangan sebelm makam serta sesudah buang kotoran.
6.      Kebersihan makanan dan minuman
Perhatikan kebersihan makanan dan miniman meulai daor cara-cara mencuci, memasak, menhhidangkan dan cara menyimpan makanan.


BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
·      Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (lazimnya frekuensi ini lebih dari tiga kali perhari) disertai dengan adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita, muntah, muntaber
·      Faktor penyebab yakni faktor infeksi, faktor malabsorbsi, makanan, jenis pekerjaan, umur balita, penyediaan air bersih, tingkat pendidikan, faktr gizi dll.
·      Gejala klinis penyakit diare muntah, badan lesu dan lemah, tidak mau makan,panas, demam tinggi dll.
·      Karakteristik diare meliputi diare akut dan diare kronik.
·      Penanggulangan dan Pencegahan Diare Cara Membuat Larutan Oralit dan LGG, pemberian ASI, pemberian makanan, pemakaian air besih, kebersihan perorangan, kebersihan makanan dan minuman.
3.2  Saran
Pada kalangan masyarakat lebih menjaga diri dari faktor-faktor penyebab yang ditimbulkan kejadian penyakit diare, kemudian para pembaca dan kader kesehatan masyarakat lebih gencar memberikan pengetahuan mengenai penyakit tersebut khususnya pada masyarakat yang berisiko besar terjangkit penyakit tersebut seperti pada daerah wilayah pesisir.



DAFTAR  PUSTAKA
Depkes, R. I., 2000. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta :
Ditjen PPM dan PL. (di akses,15 Oktober 2015)

Depkes RI, 2008, Profil Program P2 Diare Tahun 2008 http://www.labkeslamsel.blogspot.com/.../program-p2-diare -tahun-2008.html, (diakses, 15 Oktober 20015)


Henny, 2003. Lingkungan  Pesisir Dan Masalahnya Sebagai  Daerah Aliran BuanganLimbah.http://rudyct.com/PPS702-7134/hennypagoray.htm (diakses, 15 Oktober 2015)
Hiswani, Diare Merupakan Salah Satu Masalah Kesehatan Masyarakat Yang Kejadiannya Sangat Erat Dengan Keadaan Sanitasi Lingkungan. http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani7.pdf. (diakses, 15 Oktober 2015)

Wirawan, 2007. http://digilib.unimus.ac.id/download.  (diakses 16 Oktober 2015).

0 comments:

Post a Comment