PENYAKIT
TIDAK MENULAR
(OBESITAS)
1.
Definisi
Obesitas
Obesitas
atau kegemukan didefinisikan sebagai kelebihan akumulasi lemak tubuh sedikitnya
20 % dari berat rata-rata untuk usia, jenis kelamin dan tinggi badan. Prognosis
umum untuk peningkatan dan mempertahankan penurunan berat badan buruk.Namun keinginan untuk pola hidup lebih
sehat dan penurunan faktor resiko sehubungan dengan ancaman penyakit terhadap
hidup memotivasi beberapa orang mengikuti diet dan program penurunan berat
badan.
Obesitas
adalah sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau berlebihan yang berpeluang
menimbulkan beberapa risiko kesehatan pada individu. Obesitas adalah kondisi di
mana lemak tubuh
menumpuk sehingga bisa menimbulkan efek buruk pada kesehatan
(WHO).
Obesitas adalah refleksi
ketidakseimbangan konsumsi dan pengeluaran energi, penyebabnya ada yang
bersifat Eksogenetis dan Endogenous.Penyebab Eksogenetis misalnya kegemaran
makan secara berlebihan terutama makanan tinggi kalori tanpa diimbangi oleh
aktivitas fisik yang cukup sehingga surflus energinya disimpan sebagai lemak
tubuh (khomsan, 2004).
2.
Epidemiologi
Obesitas
A.
Host
Host
ialah semua factor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi
timbulnya serta perjalanan penyakit. Dalam hal ini, yang berperan sebagai
factor pejamu dalam timbulnya serta perjalanan penyakit obesitas yang timbul
dipengaruhi oleh banyak factor di dalamnya, antara lain yaitu :
1. Factor Genetik
Obesitas
cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetic. Tetapi anggota
keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup,
yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan
factor gaya hidup dengan factor genetic. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa
rata-rata factor genetic memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan
seseorang.
2. Umur
Obesitas
dapat terjadi pada seluruh golongan umur, baik pada anak-anak sampai pada orang
dewasa. Obesitas dapat terjadi ketika dalam tubuhnya trejadi ketidakseimbangan
antara konsumsi kalori dan kebutuhan energy, dimana konsumsi kalori (energy
intake) terlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energy
(energy expenditure). Dalam hal ini asupan energy yang berlebihan tanpa
diimbangi aktivitas fisik rata-rata per hari yang seimbang maka akan
mempermudah terjaidnya kegemukan atau obesitas pada seseorang.
3. Kurangnya aktivitas fisik
Seseorang
yang sering berolahraga atau beraktivitas maka lemak dalam tubuhnya akan di
bakar sedangkan seseorang yang tidak melakukan aktivitas fisik akan semakin
banyak timbunan lemak dalam tubuhnya sehingga kemungkinan untuk menjadi
obesitas jauh lebih besar.
4. Kebiasaan makan yang buruk
Kebiasaan
konsumsi fast foos, minuman manis maupun makanan kemasan, memiliki
kecenderungan untuk memiliki berat berlebih karena makanan tersebut merupakan
makanan yang tingi lemak dan kalori tetapi memiliki nilai gizi rendah.
5. Factor perkembangan
Penambahan
ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya
jumlah lemak yang di simpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang
menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali
lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel
lemak tidak dapat dikurangi , karena itu penurunan berat badan hanya dilakukan
dengan cara mengurangi jumlah lemak dalam setiap sel.
2.
Agent
Agent
merupakan suatu substansi atau elemen tertentu yang kehadiran atau
ketidakhadirannya dapat menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu
penyakit. Adapun agent dalam penyakit obesitas adalah factor nutrisi
yaitu kelebihan kalori terutama karbohidrat dan lemak.
3.
Enviropment
Lingkungan
yang mempengaruhi munculnya penyakit obesitas yaitu :
·
Fisik
: iklim, musim- produksi
makanan berlimpah
·
Ekonomi
: kemampuan daya beli cukup
·
Sosial : keinginan orang tua memberi.
makan kepada anak melebihi kebutuhan nutrisi.
Dalam
lingkungan termasuk pula gaya hidup atau pola makan dalam keluarga tersebut
dapat memicu munculnya penyakit obesitas.
3.
Patofisiologi Obesitas
Secara
umum obesitas dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan kalori, yang diakibatkan
asupan energy yang jauh melebihi kebutuhan tubuh.Pada bayi (infant),
penumpukan lemak terjadi akibat pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu
dini, terutama apabila makanan tersebut memiliki kandungan karbohidrat, lemak,
dan protein yang tinggi.Pada masa anak-anak dan dewasa, asupan energy
bergantung pada diet seseorang.
Obesitas
terjadi karena adanya kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan
lemak.Gangguan keseimbangan energi ini dapat disebabkan oleh faktor eksogen
(obesitas primer) sebagai akibat nutrisional (90%) dan faktor endogen (obesitas
sekunder) akibat adanya kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik (meliputi
10%). Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3
proses fisiologis, yaitu: pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi
laju pengeluaran energi, dan regulasi sekresi hormon.
Proses
dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen
(yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer
(jaringan adipose, usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat
anabolik (meningkatkan rasa lapar serta menurunkan pengeluaran energi) dan
dapat pula bersifat katabolik (anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi) dan
dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang.Sinyal pendek
mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktor
distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankan oleh
kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar.Sinyal
panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur
penyimpanan dan keseimbangan energi.
Apabila asupan energi
melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat disertai dengan
peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin kemudian merangsang
anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptide –Y
(NPY), sehingga terjadi penurunan nafsu makan.Demikian pula sebaliknya bila
kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa
berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang
menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita obesitas
terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan
penurunan nafsu makan.
4.
Etiologi
Obesitas
1. Genetik
: Anak-anak dari orangtua obes cenderung 3-8 kali menjadi obesitas dibandingkan
dari orangtua berat badan normal, walaupun mereka tidak dibesarkan oleh
orangtua kandung.
- Lingkungan : Pengaruh keluarga (ex: penggunaan makanan sebagai hadiah, tidak boleh makan makanan pencuci mulut sebelum semua makanan dipiring habis). Membantu pengembangan kebiasaan makan yang dapat menyebabkan obesitas.
- Psikologi : Makan berlebihan dapat terjadi sebagai respon terhadap kesepian, berduka/depresi, dapat merupakan respon terhadap rangsangan dari luar, ex: Iklan makanan/kenyataan bahwa ini adalah waktu makan.
- Fisiologi : Energi yang dikeluarkan menurun dengan bertambahnya usia, dan ini sering menyebabkan peningkatan berat badan pada usia pertengahan, Ex: kelainan endokrin / seperti Hipotiroidy bertanggung jawab untuk obesitas.
5. Adapun
penyebab dasarnya faktor etiologi primer dari obesitas adalah konsumsi kalori
yang berlebihan dari energy yang dibutuhkan (mary coutney moore, 1994).Kegemukan disebabkan oleh ketidak imbangan kalori yang
masuk dibanding yang keluar. Kalori diperoleh dari makanan sedangkan pengeluarannya
melalui aktivitas tubuh dan olah raga. Kalori terbanyak (60-70%) dipakai oleh
tubuh untuk kehidupan dasar seperti bernafas, jantung berdenyut dan fungsi
dasar sel. Besarnya kebutuhan kalori dasar ini ditentukan oleh genetik atau
keturunan. Namun aktifitas fisik dan olah raga dapat meningkatkan jumlah
penggunaan kalori keseluruhan.
Jadi ketidak imbangan kalori ini dapat ditentukan oleh
faktor keturunan tapi dipicu oleh pola hidup dan lingkungan. Kebiasaan hidup
santai, malas bergerak, selalu dibantu oleh orang lain (pembantu/supir) atau
alat (remote/ handphone/ eskalator/ kendaraan) dan makan berlebihan akan
meningkatkan asupan dan menurunkan luaran kalori.
5.
Klasifikasi
Obesitas digolongkan menjadi 3
kelompok:
a) Obesitas ringan : kelebihan
berat badan 20-40%
b) Obesitas sedang : kelebihan
berat badan 41-100%
c) Obesitas berat : kelebihan berat
badan >100% (Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang
yang gemuk)
Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index,
BMI)
BMI
|
Klasifikasi
|
< 18.5
|
berat badan di bawah normal
|
18.5–24.9
|
Normal
|
25.0–29.9
|
normal tinggi
|
30.0–34.9
|
Obesitas tingkat 1
|
35.0–39.9
|
Obesitas tingkat 2
|
≥ 40.0
|
Obesitas tingkat 3
|
BMI merupakan suatu pengukuran yang
menghubungkan (membandingkan) berat badan dengan tinggi badan.
6.
Faktor Resiko Obesitas
Faktor makanan ini merupakan yang
terpenting untuk terjadinya kegemukan baik sebagai penyebab tunggal maupun
penyakit lainnya. Ketidakseimbangan antara masukan kaliori dan pemakaian dapat
disebabkan banyak faktor, antara lain:
1. Aktifitas
Fisik
Pada umumnya seseorang yang gemuk
kurang aktif daripada seseorang dengan berat badan normal.Aktifitas fisik
adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran yang sangat
penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik dan mental serta memanfaatkan
kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.Aktifitas fisik secara
teratur yang dilakukan paling sedikit 30 menit/hari.Jika lebih banyak waktu
yang dipergunakan untuk beraktifitas fisik, maka manfaat yang diperoleh juga
lebih banyak (admin, 2008).
2. Meningkatnya
konsumsi zat gizi (asupan makanan)
Terutama
zat gizi makro yang menyebabkan kegemukan bila dimakan secara berlebihan, zat
gizi ini akan disimpan dalam bentuk lemak tubuh dan akan meningkatkan berat
badan secara keseluruhan. Adapun zat gizi makro yang dapat mempengaruhi
kenaikan berat badan jika dikonsumsi berlebihan antara lain:
- Karbohidrat
Karbohidrat memang merupakan peranan penting dalam
alam karena merupakan sumber energi utama bagi manusia dan hewan yang harganya
relative murah.Semua karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan. Fungsi utama
karbohidrat adalah Sumber energi pemberi rasa manis dari makanan, penghemat
protein, mengatur metabolisme lemak, membantu pengeluaran feces (altemaster,
2003).
Dalam diet seimbang, dianjurkan 50-60 % kebutuhan
kalori berasal dari karbohidrat, kegunaan utama energi.Kegunaan lainnya sebagai
energy cadangan, komponen struktur sel, dan sumber serat (Sayogo, 2006).
- Protein
Protein adalah molekul makro dan merupakan bagian
terbesar setelah air. Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino
yang terikat satu sama lain dalam ikatan peptide. Protein ini mempunyai fungsi
khusus yang tidak tergantikan oleh zat lain, yaitu membangun serta memelihara
sel-sel dan jaringan tubuh.
Kebutuhan protein remaja berkisar antara 44-59
gr/hari.Tergantung pada jenis kelamin dan umur.Protein juga menyuplai sekitar
12-14% asupan energi selama masa anak dan remaja (Suandi, 2003).
- Lemak
Lemak merupakan salah satu zat gizi makro yang
berfungsi sebagai sumber energi, lemak juga menghasilkan 9 kal/gr nya, sebagai
pelumas yaitu membantu pengeluaran sisa-sisa pencernaan dan metabolism,
memelihara suhu tubuh dan pelindung organ-organ vital. Depkes RI menganjurkan
untuk mengkonsumsi lemak kurang dari 25% total energi per hari (Sayogo, 2006).
Faktor-faktor
lain dapat dibagi menjadi tiga faktor, yaitu:
- Faktor genetik.
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga
diduga memiliki penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi
gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong
terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan
faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik
memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.
- Faktor lingkungan.
Gen merupakan faktor yang penting dalam
berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang
cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa
yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya).
Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat
mengubah pola makan dan aktivitasnya.
- Faktor psikis.
Apa yang ada di dalam pikiran seseorang
bisa mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi
terhadap emosinya dengan makan.Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi
diri yang negatif.
Gangguan ini merupakan masalah yang
serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan
kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam
pergaulan sosial.
- Faktor kesehatan.
Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas,
diantaranya:
Ø Hipotiroidisme
Ø Sindroma
Cushing
Ø Sindroma
Prader-Willi
Ø Beberapa
kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.
- Faktor obat-obatan.
Obat-obat
tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa menyebabkan
penambahan berat badan.
- Faktor perkembangan .
Penambahan
ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya
jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh.Penderita obesitas, terutama yang
menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali
lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah
sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya
dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.
- Aktivitas fisik.
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan
merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas
di tengah masyarakat yang makmur.Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih
sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan
tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas. Adapun faktor-faktor lain yang
berpengaruh dalam obesitas adalah gaya hidup dan konsumsi pangan, gaya hidup
sendetari (unsur gerak fisik sangat minim), beban mental (stress) dan
lingkungan. Seseorang dapat dikatakan obesitas
jika berat badan pada laki-laki melebihi 15% dan wanita melebihi 20% dari berat
badan ideal menurut umurnya. Pada orang yang menderita obesitas, organ-organ
tubuh harus bekerja lebih berat, karena harus membawa kelebihan berat badan
yang tidak memberikan manfaat langsung, dan karena itu akan merasa lebih gerah.
Resiko Kesehatan yang
berhubungan dengan Obesitas.
NO
|
Hal/Tipe
Masalah
|
Simtom
|
1
|
Kardiovaskuler
|
Hipertensi:
Jantung Koroner, vena varicose, sindrom pickwickian
|
2
|
Endokrin
dan reproduktif
|
Non-DM
(tergantung insulin), Amenore, Infertilitas, Pre-Eklampsia
|
3
|
Gastrointestinal
|
Kolesistitis
dan Kolelitiasis, Fatty Liver
|
4
|
Psikiatri
dan Sosial
|
Diskriminasi
|
5
|
Muskuloskeletal
& Dermis
|
Osteoarthritis,
iritasi, infeksi (lipatan kulit, striae)
|
6
|
Keganasan
|
Kanker
Kolon, Rectum, Prostat, empedu, Buah dada, Uterus, Ovarium
|
7.
Gejala Obesitas
Penimbunan
lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan
paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun
penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan.Gangguan pernafasan bisa
terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara
waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.
Obesitas
bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan
memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan
kaki).Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit.
Seseorang
yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit
dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang
secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak.Sering ditemukan
edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan
pergelangan kaki.
Kegemukan
dapat diketahui dengan mengukur jumlah lemak seluruh tubuh menggunakan alat
impedans atau mengukur ketebalan lemak di tempat-tempat tertentu menggunakan
alat kaliper. Selain itu lemak di sekitar perut dapat diukur dengan menggunakan
meteran. Secara sederhana kegemukan dapat dihitung dengan menghitung Indeks
Massa Tubuh, yaitu membagi berat badan (kg) dengan tinggi badan dikuadratkan (m2).
8.
Pencegahan
Obesitas
A. Peningkatan kesehatan (Health
Promotion)
Pada
tingkat ini dilakukan tindakan umum untuk menjaga keseimbangan proses bibit
penyakit-pejamu-lingkungan, sehingga dapat menguntungkan manusia dengan cara
meningkatkan daya tahan tubuh dan memperbaiki lingkungan. Tindakan ini
dilakukan pada seseorang yang sehat. Untuk penyakit obesitas dapat dilakukan
melalui pendidikan kesehatan tentang bahaya obesitas dan pengaturan pola
makan yang baik serta melalui olahraga secara teratur.
B. Perlindungan Khusus (Specific
Protection)
Merupakan
tindakan yang masih dimaksudkan untuk mencegah penyakit, menghentikan proses
interaksi bibit penyakit-pejamu-lingkungan dalam tahap prepatogenesis, tetapi
sudah terarah pada penyakit tertentu. Tindakan ini dilakukan pada seseorang
yang sehat tetapi memiliki risiko terkena penyakit tertentu. Untuk penyakit
obesitas dapat dilakukan melalui aktivitas fisik yang cukup sehingga terjadi
pembakaran lemak dalam tubuh.
C. Penegakkan
diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (early diagnosis and
prompt treatment)
Merupakan
tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan melakukan penatalaksanaan segera
dengan terapi yang tepat. Bagi orang yang obesitas maka dapat dilakukan melalui
pengaturan pola makan.
D. Pembatasan Kecatatan (Dissability
Limitation)
Merupakan
tindakan penatalaksanaan terapi yang adekuat pada pasien dengan penyakit yang
telah lanjut untuk mencegah penyakit menjadi lebih berat, menyembuhkan pasien,
serta mengurangi kemungkinan terjadinya kecacatan yang akan timbul. Bagi
penderita obesitas pembatasan kecatatan dapat dilakukan dengan diet atau
penggunaan obat-obatan untuk menurunkan berat badan.
E. Pemulihan Kesehatan (Rehabilitation)
Merupakan
tindakan yang dimaksudkan untuk mengembalikan pasien ke masyarakat agar mereka
dapat hidup dan bekerja secara wajar, atau agar tidak menjadi beban orang lain.
Bagi penderita obesitas tahap rehabilitasi dapat dilakukan melalui memberikan
peran sosial atau mengembalikan peran sosialnya seperti semula sehingga dia
merasa di terima oleh masyarakat.
Menurut studi dalam Archives of Disease in Childhood. Para peneliti menemukan bahwa obesitas pada anak disebabkan oleh beberapa faktor selain pola asupan makanan yang salah.
ReplyDeleteMenurut anda seperti apa? May we can share
DeleteMenurut anda seperti apa? May we can share
Delete