HAKIKAT
KEHIDUPAN
Pada hakikatnya eksistensi manusia
dalam kehidupan dunia ini adalah untuk melaksanakan kekhalifahan, yaitu
membangun dan mengelola dunia tempat hidupnya ini., sesuai dengan kehendak
Penciptanya.
Menurut Jalaluddin (2003: 31) peran yang dilakonkan
oleh manusia menurut statusnya sebagai khalifah Allah setidak-tidaknya terdiri
dari dua jalur, yaitu jalur horizontal dan jalur vertikal.Peran dalam jalur
horizontal mengacu kepada bagaimana manusia mengatur hubungan yang baik dengan
sesama manusia dan alam sekitarnya. Sedangkan peran dalam jalur vertikal
menggambarkan bagaimana manusia berperan sebagai mandataris Allah. Dalam peran
ini manusia penting menyadari bahwa kemampuan yang dimilikinya untuk menguasai
alam dan sesama manusia adalah karena penegasan dari Penciptanya.
Hakikat kehidupan adalah untuk
meraih cintaNya. Jalannya adalah berupaya mencintai Allah dan RasulNya dengan
menjadi muslim yang berakhlakul karimah, muslim yang ihsan, muslim yang
bermakrifat yakni muslim yang menyaksikan Allah dengan hati (ain
bashiroh).
Hakikat
kehidupan dunia yang kedua adalah sebagai ujian. Sehat – sakit, untung – rugi
merupakan ujian yang diciptakan Allah bagi manusia. Bagaimana menghadapi ujian?
Mari kita amati bagaimana siswa sekolah menghadapi ujian. Ia akan memposisikan
dirinya serius dalam menghadapinya. Dahinya mengkerut karena konsentrasi,
sikapnya tegap, panca inderanya tertuju kepada soal, otaknya berfikir serius
mencari jawaban, matanya memperhatikan soal demi soal. Tidak bisa ia bersikap
santai, seperti selonjor kaki dan tiduran. Karena waktunya terbatas. Itulah kondisi ujian.
Orang
yang mengenal inti dunia ini menjadikan dimensi kehidupannya sebagai ujian.
Sejak lahir ketika diketahui dirinya keturunan ‘darah biru’, hal itu dianggap
ujian. Apakah ia merasa sombong atau tidak. Allah beri nikmat, ia anggap ujian
sebab di balik kenikmatan banyak yang lupa diri. Allah beri sakit atau
bangkrut, apakah ia menyalahkan Allah atau tidak, putus asa atau tidak. Semua
hidup dan kehidupan bagi orang yang mengenal inti dunia adalah sebagai ujian.
Ia selalu merasakan dirinya diberi warning (peringatan) ‘Awas! Hati-hati!’
Sebab ia merasakan sedang diuji oleh Allah, sedang mengisi soal-soal ujian dan
harus menjawab dengan tepat dan benar.
Jika
hari ini mendapat keberuntungan, hal itu adalah ujian yang menuntut dirinya
apakah sikap batinnya bersyukur kepada Allah. Ingatkah ia kepada zakat, infaq,
wakaf, atau amal kebajikan lainnya.
Peristiwa
yang dilewatinya hari demi hari selalu dijadikannya sebagai ujian. Sehingga ia
bersungguh-sungguh, bekerja keras, serius dalam menjalani kehidupan ini. Sebab
jika ia salah mengisi jawabannya tidak akan lulus di sisi Allah.
Orang
yang mengenal hakikat kehidupan ini menjadikan arena kehidupan ini sebagai
ujian bagi dirinya, sehingga ia selalu waspada, berhati-hati, serius untuk
memberikan jawaban dengan tepat dan benar.
Sesungguhnya
seseorang baru akan menikmati kebahagiaan demi kebahagiaan jika ia mengetahui
hakikat kehidupan sebenarnya sehingga menjadikan dunia ini sebagai alat beribadah
dan ujian bagi dirinya.
Marilah
renungkan bagaimana ukuran kenikmatan materi fisik (kebendaan) itu diibaratkan.
Ia seperti menikmati hidangan makan di waktu lapar dengan menu spesial.
Kenikmatannya hanya dirasakan sekian menit saja, tapi efek ketidaknyamanan
akibat kekenyangan dirasakan selama berjam-jam.
Begitu
pula kenikmatan akan kebendaan seperti ketika dibelikan HP baru, terasa senang
dan bahagia. Dipamer-pamer (show) kepada orang lain, karena senang menggunakan
dan memilikinya. Namun setelah waktu demi waktu berlalu, setahun memilikinya
dirasakan biasa saja, bahkan dianggap jadul. Itulah kenikmatan materi (madhiyah)
yang bersifat sementara.
Adapun
kenikmatan ruhiyyah kebalikannya, bersifat hakiki dan kekal hingga kepada
akhirat. Nikmat ini ditangkap oleh ruhani. Nikmat ruhiyyah adalah nikmat di
balik ibadah. Misalnya ketika makan ia syukuri. Dapat bersyukur itu adalah
kenikmatan ruhiyyah.
Diberikan
kemampuan untuk mensyukuri nikmat, hati melaksanakan ibadah, memberikan
sedekah. Kenikmatan Ruhiyyah ditangkap ruhani, yang hanya dapat dicapai apabila
hati serius menghadapinya, tidak asal-asalan. Hati-lah yang merasakan
kenikmatan dan kebahagiaan dalam setiap ibadah.
Rasa
manis dalam beribadah [wajada halawatal iimaan], adalah merasakan
kenikmatan dan kebahagiaan dalam setiap ketaatan yang dilakukannya. Jika kita
ingin mencapai kenikmatan dalam ibadah tersebut, maka perlu mengetahui istilah maqoomaat
dan haalaat.
Manusia dgn makhluk Allah lainnya
sangat berbeda apalagi manusia memiliki kelebihan-kelebihan yg tidak dimiliki
oleh makhluk yg lain salah satunya manusia diciptakan dgn sebaik-baik bentuk
penciptaan namun kemuliaan manusia bukan terletak pada penciptaannya yg baik
tetapi tergantung pada; apakah dia bisa menjalankan tugas dan peran yg telah
digariskan. Paling kurang ada 3 tugas dan peran yg harus dimainkan oleh manusia
Dalam menjalankan hakikat kehidupan.Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk
menjadi manusia yang sempurna dengan hakikat kehidupan yang baik,yaitu sebagai
berikut:
1. Lakukan
segala sesuatu dgn niat yang ikhlas. Keikhlasan merupakan salah satu kunci yang
akan berdampak sangat positif bagi manusia yg melaksanakan suatu amal krn
meskipun apa yangg harus dilaksanakannya itu berat ia tidak merasakannya
sebagai sesuatu yg berat apalagi amal yg memang sudah ringan. Sebaliknya tanpa
keikhlasan amal yg ringan sekalipun akan terasa menjadi berat apalagi amal yg
jelas-jelas berat utk dilaksanakan tentu akan menjadi amal yg terasa sangat
berat utk mengamalkannya.
2. Lakukan
segala sesuatu dengan cara yg benar bukan membenarkan segala cara
3. Lakukan segala sesuatu dengan tujuan mengharap
ridha Tuhan YME. dan ini akan membuat manusia hanya punya satu kepentingan
yakni ridha-Nya. Bila ini yg terjadi maka upaya menegakkan kebaikan dan kebenaran
tidak akan menghadapi kesulitan terutama kesulitan dari dalam diri para
penegaknya hal ini krn hambatan-hambatan itu seringkali terjadi karena manusia
memiliki kepentingan-kepentingan lain yg justru bertentangan dgn ridha Tuhan
YME.
Untuk bisa menjalankan fungsi
khalifah manusia harus menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan serta
menyiarkan kebaikan dan kemaslahatan ini merupakan perkara yg sangat mendasar
utk bisa diterapkan. Tanpa kebenaran dan keadilan serta kebaikan dan
kemaslahatan tidak mungkin tatanan kehidupan umat manusia bisa diwujudkan
karenanya ini menjadi persyaratan utama bagi manusia untuk menjalankan fungsi
khalifah pada dirinya. Untuk bisa memperoleh kehidupan yg baik di dunia ini
salah satu yg menjadi penopang utamanya adalah penegakkan hukum secara adil
sehingga siapa pun yg bersalah akan dikenai hukuman sesuai dgn tingkat.
Dari keterangan di atas menjadi
jelas bagi kita bahwa kemuliaan manusia sangat tergantung pada apakah ia bisa
menjalankan tugas dan perannya dgn baik atau tidak bila tidak maka kemuliaannya
sebagai manusia akan jatuh ke derajat yg serendah-rendah dan ia akan kembali
kepada-NYA dengan kehinaan yg sangat memalukan dan di akhirat ia menjadi hamba yg
mengalami kerugiaan yg tidak terbayangkan.
Sumber
:
Abdul Mukti Ro’uf. 2008. Manusia Super. Pontianak:
STAIN Pontianak Press. Abuddin Nata. 1997.
Filsafat Pendidikan Islam, hal. 29
Abuddin Nata. 1997. Filsafat Pendidikan Islam.
Jakarta: Logos Wacana Ilmu.hal.31
0 comments:
Post a Comment