BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kawasan pesisir
mempunyai keanekaragaman sumber daya yang tinggi. Sumber daya pesisir tersebut
merupakan unsur-unsur hayati dan non hayati yangterdapat di wilayah laut,
terdiri atas unsur hayati yang berupa ikan, kerang-kerangan, terumbu karang,
padang lamun, dan biota lain beserta ekosistemnya. Sedangkan unsur non hayati
terdiri atas sumberdayaa di lahan pesisir, permukaan air, di dalam airnya, dan
di dasar laut seperti minyak dan gas, pasir kuarsa, timah dan karang mati
(Idris, 2001).
Aktivitas manusia dalam
memanfaatkan kawasan pesisir seringkali menghasilkan limbah
bahan pencemar yang
dapat membahayakan kehidupan perairan laut dan secara khusus dapat menganggu
perkembangan komunitas jenis kerang-kerangan. Semakin bertambahnya aktivitas
manusia di berbagai sector kehidupan mengakibatkan tekanan lingkungan terhadap
perairan semakin meningkat karena masuknya limbah dari berbagai kegiatan di
kawasan-kawasan yang telah terbangun di wilayah pesisir tersebut, sehingga pada
suatu saat dapat melampaui keseimbangan air laut yang mengakibatkan sistem
perairann menjadi tercemar (Haryoto, 2004; Wiryawan et al., 1999).
Pencemaran logam berat
dalam air harus mendapat perhatian yang serius, karena bila terserap dan
terakumulasi dalam tubuh manusia dapat mengganggu kesehatan dan pada beberapa
kasus menyebabkan kematian. Pencemaran logam berat terhadap lingkungan
merupakan suatu proses yang erat hubungannya dengan penggunaan logam tersebut
oleh manusia. Darmono (1995) menyebutkan bahwa toksisitas logam pada manusia
menyebabkan beberapa akibat negatif, tetapi yang terutama adalah timbulnya
kerusakan jaringan, terutama jaringan detoksikasi dan ekskresi (hati dan
ginjal). Hasim (2003) menyebutkan bahwa akumulasi Pb pada tubuh manusia akan
menimbulkan berbagai dampak yang merugikan bagi kesehatan, diantaranya
kerapuhan tulang, rusaknya kelenjar reproduksi, kerusakan otak, dan keracunan
akut pada sistem saraf pusat.
Adanya logam berat di
perairan, berbahaya baik secara langsung terhadap kehidupan organisme, maupun
efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Hal ini berkaitan
dengan sifat-sifat logam berat yaitu sulit didegradasi, sehingga mudah
terakumulasi dalam lingkungan perairan dan keberadaannya secara alami sulit
terurai (dihilangkan), dapat terakumulasi dalam organisme termasukkerang dan
ikan, dan akan membahayakan kesehatan manusia yang mengkomsumsi organisme
tersebut (Sutamihardja, 1982 dalam Marganof, 2003).
Provinsi Sulawesi
Tenggara memiliki beberapa sungai besar yang tersebar di empat kabupaten dan
sebagian besar bermuara ke pesisir timur Perairan Kendari dan Laut Banda.
Sungai-sungai tersebut antara lain adalah Sungai Lasolo, Sungai Roraya, Sungai
Sampolawa, Sungai Wandasa, Sungai Kabangka Balano dan Sungai Laeya. Aliran
sungai-sungai tersebut melintasi berbagai kawasan, antara lain kawasan
permukiman, pertanian dan industri/pertambangan, sehingga banyak membawa
lumpur/sedimen dan kontaminan yang bersifat toksik ke Perairan Kendari. Salah
satu dari kontaminan tersebut adalah logam berat.
Logam berat yang
terakumulasi di perairan dapat mengkontaminasi manusia melalui rantai
makanan.Logam berat dalam kadar yang rendah dibutuhkan oleh organisme perairan,
namun dalam kadar tinggi yang melebih nilai ambang batas dapat bersifat racun
dan mengganggu kesehatan(Malik, 2004;Rainbow, 2007).Paquin et al. (2003)
dalam Bashir et al. (2012)) menyatakan bahwa limbah industri dapat
menyebabkan kontaminasi logam berat pada perairan pantai atau sungai. Meng et
al. (2008) dan Qin et al. (2006) melaporkan adanya kontaminasi logam
berat pada perairan pantai dan estuari di Teluk Bohai Tianjin China akibat
berbagai kegiatan di darat dan di perairan laut. Logam berat juga dapat berasal
dari aktivitas industri, pertanian, perkotaan dan pertambangan (Duruibe et
al., 2007;Srinivasa et al., 2007).
Penulisan
ini bertujuan untuk membahas kandungan logam berat di Sulawesi Tenggara, khususnya di Kota kendari pada Perairan Wawobatu.
Dengan melihat kandungan logam berat dalam sedimen terkhusus berat logam dari
Pb, Cd, Cu, Zn, dan Ni. Penulisan ini di harapkan dapat memberi informasi
kepada pembaca dan civitas akademika lainnya agar dapat berdaya-guna menjaga
kelestarian alam demi pembangunan Sulawesi
Tenggara khususnya Kota Kendari secara berkelanjutan.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan pertanyaan penulisan sebagai
berikut :
1.
Apa
yang dimaksud dengan Logam Berat (Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni) ?
2.
Bagaimana
Karakteristik Logam Berat ?
3.
Bagaimana
Logam Berat dan Proses masuknya di Lingkungan Perairan ?
4.
Bagaimana
Proses Sedimentasi?
5.
Bagaimana
Kandungan Logam Berat (Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni)
dalam sedimen di Sulawesi
Tenggara, Kota Kendari perarian Teluk Wawobatu?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar
belakang dan perumusan masalah sebagaimana diuraikan sebelumnya, maka
penulisan ini dilakukan dengan tujuan
sebagai berikut :
1. Untuk
Mengetahui Logam Berat (Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni).
2. Untuk Mengetahui Karakteristik
Logam Berat.
3. Untuk
Mengetahui Logam Berat dan Proses masuknya di Lingkungan Perairan.
4. Untuk
Mengetahui Proses Sedimentasi.
5.
Untuk Mengetahui Kandungan Logam Berat
(Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni) dalam sedimen di Sulawesi Tenggara, Kota
Kendari perarian Teluk Wawotabu.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat
dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.
Pengembangan Ilmu
Teori
di yang tulis dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangan ilmu kesehatan
lingkungan , lebih khusus memberi informasi
mengenai kadar logam berat Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni, sedimen di Teluk Wawobatu
2.
Penulis
Menambah
pengetahuan tentang seberapa besar kandungan logam berat Pb , Cd, Cu, Zn dan Ni di Teluk Wawobatu
3.
Masyarakat/Pembaca
Sebagai bahan
informasi bagi masyarakat mengenai kandungan logam berat Pb , Cd, Cu, Zn dan Ni
di Teluk Wawobatu, Juga untuk menjaga kelestarian alam demi pembangunan secara berkelanjutan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Logam Berat
Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan densitas lebih besar
dari5g/cm3, terletak disudut kanan bawah pada system periodik unsur, mempunyai
afinitas yang tinggi terhadap S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92, dari
periode 4 sampai 7 (Miettinen, 1977 dalam Ernawati, 2010. Sebagian logam berat
seperti Plumbum (Pb), Kadmium (Cd), dan Merkuri (Hg) merupakan zat pencemar
yang sangat berbahaya. Afinitasnya yang tinggi terhadap S menyebabkan logam ini
menyerang ikatan S dalam enzim, sehingga enzim yang bersangkutan menjadi tidak
aktif. Gugus karboksilat (-COOH) dan amina (-NH 2) juga bereaksi dengan logam
berat. Kadmium,
Plumbum, dan Tembaga terikat pada sel-sel membran yang menghambat proses
transformasi melalui dinding sel. Logam berat juga mengendapkan senyawa posfat
biologis atau mengkatalis penguraiannya. (Manahan1977, dalam Ernawati 2010)
Logam berat adalah unsur alami dari kerak bumi. Logam yang stabil
dan tidak bisa rusak atau hancur, oleh karena itu mereka cenderung menumpuk
dalam tanah dan sedimen. Banyak istilah logam berat telah diajukan, berdasarkan
kepadatan, nomor atom, berat atom, sifat kimia atau racun. Logam berat yang
dipantau meliputi: Lead (Pb), Cadmium (Cd), Zinc (Zn) dan Nickel (Ni).
2.1.1 Timbal (Pb)
Timbal
didapatkan dari galena (PbS) dengan proses pemanggangan. Anglesite, cerussite,
dan minima adalah mineral-mineral timbal yang lazim ditemukan. Timbal
merupakan logam putih kebiru-biruan dengan pancaran yang terang. Ia sangat
lunak, mudah dibentuk, ductile, dan bukan konduktor listrik yang baik.
Ia memiliki resistasi tinggi terhadap korosi. Pipa-pipa timbal dari jaman
Romawi masih digunakan sampai sekarang. Unsur ini juga digunakan dalam
kontainer yang mengandung cairan korosif seperti asam sulfur dan dapat dibuat
lebih kuat dengan cara mencampurnya dengan antimoni atau logam lainnya.
Timbal
alami adalah campuran 4 isotop: 204Pb (1.48%), 206Pb
(23.6%), 207Pb (22.6%) dan 208Pb (52.3%). Isotop-isotop
timbal merupakan produk akhir dari tiga seri unsur radioaktif alami: 206Pb
untuk seri uranium, 207Pb untuk seri aktinium, dan 208Pb
untuk seri torium. Dua puluh tujuh isotop timbal lainnya merupakan radioaktif.
Campuran
logam timbal termasuk solder dan berbagai logam antifriksi. Jumlah timbal yang
banyak digunakan sebagai logam dan dioksida dalam baterai. Logam ini juga
digunakan sebagai selimut kabel, pipa, amunisi dan pembuatan timbal tetraetil.
Logam
ini sangat efektif sebagai penyerap suara. Ia digunakan sebagai tameng radiasi
di sekeliling peralatan sinar-x dan reaktor nuklir. Juga digunakan sebagai
penyerap getaran. Senyawa-senyawa timbal seperti timbal putih, karbonat, timbal
putih yang tersublimasi, chrome yellow (krom kuning) digunakan secara
ekstensif dalam cat. Tetapi beberapa tahun terakhir, penggunaan timbal dalam
cat telah diperketat untuk mencegah bahaya bagi manusia.
Timbal yang tertimbun dalam tubuh dapat
menjadi racun. Program nasional di AS telah melarang penggunaan timbal dalam
campuran bensin karena berbahaya bagi lingkungan.
2.1.2
Kadmium (Cd)
Pertama kali ditemukan oleh
seorang ilmuan Jerman bernama Friedric Strohmeyer pada tahun 1817. Logam Cd ini
ditemukan dalam bebatuan calamine (seng karbonat). Nama Kadmium sendiri diambil
dari nama latin “calamine” yaitu “cadmia”. Kadmium hampir selalu ditemukan
dalam jumlah yang kecil dalam bijih-bijih Seng, seperti sphalerite (ZnS).
Greenocite (CdS) merupakan mineral satu-satunya yang mengandung Kadmium. Hampir
semua Kadmium diambil sebagai hasil produksi dalam persiapan bijih-bijih Seng,
Tembaga dan Plumbum.
Unsur ini lunak, logam putih yang kebiru-biruan yang dapat dengan
mudah dipotong dengan pisau, hampir dalam banyak hal sifatnya mirip Seng,
penanganannya harus hati-hati karena uap dari Kadmium sangat berbahaya.
Contohnya solder Perak. Pengekposan terhadap debu-debu Kadmium tidak boleh
melewati 0.01 mg/m3 (rata-rata waktu-berat selama 8jam, 40 jam/minggu.
Konsentrasi maksimum tidak boleh melewati 0.14 mg/m3. Pengeksposan
terhadap uap Kadmium oksida tidak boleh melewati 0,05 mg/m3 dan konsentrasi
maksimum tidak boleh melewati 0,05 mg/m3. Nilai-nilai konsentrasi di atas
sedang dievaluasi kembali dan rekomendasi sementara adalah untuk mengurangi
pengeksposan terhadap Kadmium.
Kadmium merupakan komponen campuran logam yang memiliki titik
lebur terendah.Unsur ini dugunakan dalam campuran logam poros dengan koefisen
gesek yang rendah dan tahan lama. Logam ini juga banyak digunakan dalam aplikasi
sepuhan listrik (electroplating). Kadmium digunakan juga dalam pembuatan
solder, batere Ni-Cd, dan sebagai penjaga reaksi nuklir fisi. Senyawa Kadmium
digunakan dalam fosfor tabung TV hitam-putih dan fosfor hijau dalam TV
berwarna. Sulfat merupakan garamnya yang paling banyak ditemukan dan sulfidanya
memiliki pigmen kuning. Kadmium dan solusi senyawa-senyawanya sangat beracun.
Kadmium merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya
karena elemen ini beresiko tinggi terhadap pembuluh darah. Kadmium berpengaruh
terhadap manusia dalam jangka waktu panjang dan dapat terakumulasi pada tubuh
khususnya hati dan ginjal. Secara prinsipil pada konsentrasi rendah berefek
terhadap gangguan pada paru-paru, emphysema dan renal turbular disease yang kronis.
Bagi tubuh manusia, Kadmium sebenarnya merupakan logam asing.
Tubuh sama sekali tidak memerlukannya dalam proses metabolisme. Karenanya
Kadmium sangat beracun bagi manusia dan dapat diabsorbsi tubuh dalam jumlah
yang tidak terbatas, karena tidak adanya mekanisme tubuh yang membatasinya.
Jumlah normal Kadmium dalam tanah berada dibawah 1 ppm, tetapi angka tertinggi
(1.700 ppm) pernah dijumpai pada permukaan tanah yang berada dekat pertambangan
Zinkum (Zn). Kadmium lebih mudah diakumulasi oleh tanaman dibandingkan dengan
ion logam berat lainnya seperti Plumbum.
Senyawa yang mengandung
Kadmium juga mengakibatkan kanker. Dalam industri pertambangan logam Pb dan Zn,
proses pemurniannya akan selalu diperoleh hasil samping Kadmium, yang terbuang
ke alam lingkungan. Kadmium masuk kedalam tubuh manusia terjadi melalui makanan
dan minuman yang terkontaminasi. Untuk mengukur asupan Kadmium kedalam tubuh
manusia perlu dilakukan pengukuran kadar Kadmium dalam makanan yang dimakan
atau kandungan Kadmium dalam feses.
2.1.3 Tembaga/Kuprum (Cu)
Secara umum masuknya Tembaga
kedalam tatanan lingkungan dapat terjadi secara alamiah dan dapat juga secara
non alamiah. Secara alamiah tembaga masuk ke dalam tatanan lingkungan sebagai
akibat dari berbagai peristiwa alam.Unsur ini dapat bersumber dari peristiwa
erosi dari batuan mineral. Sumber lain adalah debu dan atau partikulat
partikulat Cu yang ada dalam lapisan udara yang dibawa turun oleh air hujan.
Melalui jalur non alamiah, Cu masuk kedalam tatanan lingkungan sebagai akibat dari
aktifitas manusia. Jalur dari aktifitas manusia ini kedalam tatanan lingkungan
ada bermacam macam pula. Sebagai contoh adalah buangan industri yang memakai Cu
dalam proses produksinya, industri galangan kapal, karena Cu digunakan sebagai
campuran bahan pengawet, industri pengolahan kayu,buangan rumah tangga dan lain
sebagainya.
2.1.3.1 Tembaga dalam
Lingkungan
Tembaga masuk kedalam
tatanan lingkungan perairan dapat berasal dari peristiwa-peristiwa alamiah dan
sebagai efek samping dari aktifitas yang dilakukan manusia.Dalam kondisi normal
keberadaan Cu di perairan ditemukan dalam bentuk senyawa ion CuCO 3 ~ dan
CuOH~. Bila dalam perairan terjadi peningkatan kelarutan Cu, sehingga melebihi
ambang batas yang seharusnya. Maka akan terjadi peristiwa “biomagnifikasi”
terhadap biota perairan. Peristiwa biomagnifikasi dapat diidentifikasi melalui
akumulasi Cu dalam tubuh biota perairan tersebut. Akumulasi dapat terjadi
sebagai akibat dari terjadinya konsumsi Cu dalam jumlah berlebihan, sehingga
tidak mampu dimetabolisme oleh tubuh. Gejala yang timbul pada manusia yang
keracunan Cu akut adalah: mual, muntah, sakit, perut, hemolisis, netrofisis,
kejang, dan akhirnya mati. Pada keracunan kronis, Cu tertimbun dalam hati dan
menyebabkan hemolisis. Hemolisis terjadi karena tertimbunnya H 2O 2 dalam sel
darah merah sehingga terjadi oksidasi dari lapisan sel yang mengakibatkan sel
menjadi pecah. Defisiensi suhu dapat menyebabkan anemia dan pertumbuhan
terhambat (Darmono,1995).
2.1.4 Zink (Zn)
Zink dengan nomor atom 30 dan massa atom 65,38 dalam Sistem
Periodik Unsur terletak pada periode 4 dan golongan IIB. Zinkum adalah logam
yang putih kebiruan, logam yang mudah ditempa dan liat pada suhu antara 110-
1500C. Zinkum melebur pada suhu 4100C dan mendidih pada 9060C. Logamnya yang
murni,melarut lambat sekali dalam asam dan dalam alkali. (Vogel,1979).Zinkum
masuk ketatanan lingkungan perairan melalui limbah industri, pengelasan logam,
patri.Zinkum merupakan unsur penting dalam banyak metaloenzim,obat luka.
(Manahan, 1994).
Tubuh yang normal membutuhkan 12-15 miligram Zinkum setiap hari.
Kebanyakan orang dapat mendapatkan zat tersebut secara alami melalui makanan
atau minuman yang dikonsumsi. Namun jika zat Zinkum yang masuk ke dalam tubuh
berlebihan, maka dapat mengakibatkan keracunan Zinkum. Usus tertekan, muntah,
kram perut, diare dan mual berkepanjangan. Gejala tersebut jika tidak segera
ditangani dapat menyebabkan sakit kuning, kejang, demam, dan tekanan darah
rendah, bahkan kematian.
Sedangkan (Eamens dkk, 1984
dalam Darmono, 1995) menyatakan keracunan Zinkum dengan gejala-gejala:
osteomalasea, kalkulirenalis, dan proteinuria. Keracunan Zinkum sering dijumpai
bersamaan dengan keracunan Kadmium secara kronis.
2.1.5 Nikel (Ni)
Nikel dengan nomor atom 28
dan massa atom 58,69, dalam Sistem Periodik Unsur terletak pada periode 4,
golongan VIII B.Nikel adalah logam putih perak yang keras, bersifat liat, dapat
ditempa dan sangat kukuh. Logam ini melebur pada 14550C, dan bersifat sedikit
magnetis. (Vogel,1979). Sumber masuk ketatanan lingkungan perairan dari
aktifitas manusia berupa pencucian dinding kapal, buangan industri, dan lain
sebagainya. Nikel dapat terdapat sebagai unsur bebas dan juga sebagai senyawa
dimana nikel nantinya dalam bentuk ion dengan valensi 2 dan 3. Nikel dapat
menyebabkan kanker walaupun dalam jumlah kecil (Agusnar,2008)
2.2 Karakteristik Logam Berat
Berdasarkan daya hantar panas dan listrik, semua unsur kimia yang
terdapat dalam susunan berkala unsur-unsur dapat dibagi atas dua golongan yaitu
logam dan non logam. Golongan logam mempunyai daya hantar panas dan listrik
yang tinggi,sedangkan golongan non logam mempunyai daya hantar listrik yang
rendah. Berdasarkan densitasnya, golongan logam dibagi atas dua golongan, yaitu
golongan logam ringan dan logam berat.Golongan logam ringan (light metals)
mempunyai densitas <5, sedangkan logam berat (heavy metals) mempunyai
densitas >5 (Hutagalung, 2004 dalam Ernawati 2010).
Sedangkan (Palar, 2008 dalam Ernawati 2010) memberi karakteristik
logam berat sebagai berikut:
1. Memiliki spesifikasi gravitasi yang sangat besar(>4)
2.
Mempunyai nomor atom 22-34
dan 40-50 serta unsur lantanida dan aktanida
3. Mempunyai respon biokimia yang spesifik pada organisme hidup.
Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek
khusus pada makhluk hidup. Dapat dikatakan bahwa semua logam berat dapat
menjadi racun bagi tubuh makhluk hidup apabila melampaui ambang batas yang
diizinkan. Namun sebagian dari logam berat tersebut memang dibutuhkan oleh
tubuh makhluk hidup dalam jumlah tertentu (sedikit), yang juga apabila tidak
terpenuhi akan berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup dari makhluk hidup
tersebut.
Salah satu polutan yang
sangat berbahaya bagi kesehatan manusia adalah logam berat.WHO (World Health
Organisation) dan FAO (Food Agriculture Organisation)
merekomendasikan untuk tidak mengkonsumsi makanan laut (seafood) yang
tercemar logam berat.
2.3 Logam Berat Dalam Lingkungan Air
Pencemaran logam berat meningkat sejalan dengan perkembangan
industri.Pencemaran logam berat di lingkungan dikarenakan tingkat keracunannya
yang sangat tinggi dalam seluruh aspek kehidupan makhluk hidup. Pada
konsentrasi yang sedemikian rendah saja efek ion logam berat dapat berpengaruh
langsung hingga terakumulasi pada rantai makanan. Logam berat dapat
mengganggu
kehidupan biota dalam lingkungan dan akhirnya berpengaruh terhadap kesehatan
manusia. (Suhendrayatna 2001, dalam Jovita, dkk, 2003)
Keberadaan logam dalam perairan terutama muara dapat berasal dari
sumber alamiah dan aktifitas manusia. Masuknya logam berat kedalam muara secara
alamiah dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Pasokan dari daerah hulu sungai karena erosi yang disebabkan oleh
gerakan gelombang air.
2.
Pasokan dari laut dalam yang
meliputi logam yang dilepaskan gunung berapi di laut dalam dan dari partikel
atau endapan oleh adanya proses kimiawi.
3. Pasokan yang berasal dari lingkungan dekat muara dan meliputi
logam yangdiangkat kedalam atmosfer sebagai partikel debu.
Sedangkan keberadaan
logam-logam berat dalam muara yang disebabkan oleh aktifitas manusia dapat
berasal dari:
1. Buangan rumah tangga.
2.
Buangan sisa industri yang
tidak terkontrol,dimana logam berat ini mengalir ke sungai dan akhirnya sampai
di muara dan mengendap jadi sedimen.
3.
Lumpur minyak yang
kadang-kadang juga mengandung logam berat dengan konsentrasi yang tinggi yang
terbuang sampai ke muara dan mengendap jadi sedimen. Pembakaran hidrokarbon dan
batu bara diantaranya ada yang melepaskan senyawa logam berat ke udara kemudian
bercampur dengan air hujan dan mengalir melalui sungai yang pada akhirnya
sampai di muara.
2.3.1 Proses Masuknya
Logam Berat Kedalam Lingkungan Perairan

Gambar
2.3.1. Proses masuknya logam berat ke lingkungan perairan. ( Bahri 2003)
2.4 Proses Sedimentasi
Batu hasil pelapukan secara terus menerus diangkut ke muara oleh
tenaga air,angin dan gletser. Air mengalir di permukaan tanah atau sungai
membawa batuan halus baik terapung, melayang atau digeser di dasar sungai
menuju tempat yang lebih rendah. Hembusan angin yang kuat juga dapat mengangkat
debu, pasir, bahkan material yang lebih besar ke muara. Makin kuat hembusan
angin maka daya angkutnya akan semakin kuat. Semua material batuan yang
terendap dalam muara yang diangkut oleh air dan angin akan mengalami proses
sedimentasi. Jadi Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang
ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan.
2.4.1
Jenis-Jenis Sedimen
1. Lithougenus sedimen
Sedimen yang berasal dari erosi pantai dan material hasil erosi
daerah up land. Material ini dapat sampai ke dasar laut melalui proses
mekanik, yaitu tertransport oleh arus sungai dan atau arus laut dan akan
terendapkan jika energy tertransforkan telah melemah.
2. Biogeneuos sedimen
Sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme yang hidup seperti
cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik yang mengalami
dekomposisi.
3. Hidreogenous sedimen
Sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi kimia di dalam air
laut dan membentuk partikel yang tidak larut dalam air laut sehingga akan
tenggelam ke dasar laut, sebagai contoh dari sedimen jenis ini adalah magnetit,
phosphorit dan glaukonit.
4. Cosmogerous sedimen
Sedimen yang berasal dari berbagai sumber dan masuk ke laut
melalui jalur media udara atau angin. Sedimen jenis ini dapat bersumber dari
luar angkasa, aktifitas gunung api atau berbagai partikel darat yang terbawa
angin.
2.4.2 Jenis Sedimen Muara
Sungai yang mengalir dengan
membawa berbagai jenis batuan akhirnya bermuara di laut, sehingga di laut
terjadi proses pengendapan batuan yang paling besar. Hasil pengendapan di laut
ini disebut sedimen marin. Hasil pengendapan ini biasanya berupa batu giling,
batu geser, pasir, kerikil, dan lumpur yang menutupi dasar sungai. Bahkan
endapan sungai ini sangat baik dimanfaatkan untuk bahan bangunan atau
pengerasan jalan. Oleh karena itu tidak sedikit orang yang bermata pencaharian
mencari pasir, kerikil, atau batu hasil endapan itu untuk dijual. Namun karena
sedimen yang ada dimuara ini juga bersumber dari sisa sisa organisme yang hidup
seperti cangkang dan rangka biota laut dan sungai serta bahan bahan organik
yang mengalami dekomposisi maka sedimen ini dapat juga dikategorikan jenis
Biogeneuos Sedimen.
2.5
Kandungan
Logam Berat (Pb, Cd, Cu, Zn Dan Ni) dalam Sedimen di Sulawesi Tenggara, Kota
Kendari Perarian Teluk Wawobatu
Dari hasil kajian beberapa teori dan jurnal terkait
dengan pengukuran kadar logam berat di Teluk wawobatu ( Pusat Penelitian Oseanografi-Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia). Kandungan
Pb berkisar 3,704-21,892 ppm dengan rerata 9,677 ppm. Kandungan Pb tertinggi
dijumpai di stasiun 4 yakni 21,892 ppm dan terendah di Stasiun 5 yakni 3,704
ppm, Kandungan Pb rerata hasil pengamatan ini yakni 9,677 ppm relatif tinggi,
Edward (2010, 2011) mendapatkan kandungan Pb rerata di perairan Maluku Tenggara
yang relatif masih alami dan belum tercemar yakni di Elat 0,042 ppm, di
Ngilngof, Tual 3,352 ppm, dan di Ohoimas 3,376 ppm. Kadar Pb normal di permukaan
bumi <12,5 ppm (Harikumar et al., 2010; Mohiuddin et al.
2010).
Oleh
karena itu kadar Pb di perairan ini termasuk kategori normal. Canadian
Council of Ministers for the Environment (CCME, 2002) dan KMNLH (2010)
menetapkan Nilai Ambang Batas Pb dalam sedimen untuk perlindungan biota
masing-masing adalah 35 ppm dan 36,8 ppm. Hasil pengukuran kandungan logam
berat dalam sedimen di perairan Teluk Wawobatu, Kendari disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan logam berat dalam sedimen di Teluk Wawobatu, Kendari
STASIUN
|
JENIS LOGAM BERAT
|
||||
Pb
|
Cd
|
Cu
|
Zn
|
Ni
|
|
1
|
6.828
|
1.05
|
3.451
|
24.838
|
47.651
|
2
|
6.372
|
0.784
|
4.02
|
25.296
|
54.907
|
3
|
9.59
|
1.325
|
5.173
|
33.819
|
37.289
|
4
|
21.892
|
1.385
|
12.193
|
69.973
|
72.329
|
5
|
3.704
|
0.963
|
5.63
|
33.488
|
48.899
|
Min
|
3.704
|
0.784
|
3.451
|
24.838
|
37.289
|
Mak
|
21.892
|
1.385
|
12.193
|
69.973
|
72.329
|
SD
|
7.14
|
0.251
|
3.519
|
18.664
|
12.907
|
Rerata
|
9.677
|
1.101
|
6.093
|
37.482
|
52.215
|
Rerata ±
|
9.677±
|
1.101±
|
6.093±
|
37.482±
|
52.215±
|
SD
|
7.14
|
0.251
|
3.519
|
18.664
|
12.907
|
KMNLH (2010)
|
36,8
|
6,2
|
108
|
271
|
75*
|
Sumber : Ontario Sediment
Guideline
Kadar Cd dalam sedimen berkisar 0,784-1,385 ppm dengan rerata
1,101 ppm. Kadar Cd tertinggi dijumpai di Stasiun 4 dan terendah di Stasiun 2,
hal ini menunjukkan bahwa Stasiun 4 lebih banyak menerima masukan limbah yang
mengandung Cd dibandingkan dengan dengan stasiun lain. Kadar Cd rerata ini relative
tinggi, Edward (2010; 2011), mendapatkan kadar Cd rerata di perairan Maluku
Tenggara yang relatif masih alami dan belum tercemar yakni di perairan Elat 0,009
ppm, di Ohoimas 0,251 ppm dan di Ngilngof 0,263 ppm. Kadar rerata Cd alami yang
terdapat di lapisan permukaan bumi adalah 0,2 ppm (Mohiuddin et al.,
2010). Canadian Council of Ministers for the Environment (CCME, 2002)
dan KMNLH(2010) menetapkan Nilai Ambang Batas Cd dalam sedimen untuk
perlindungan biota masing-masing adalah 0,6 ppm dan 6,2 ppm. Menurut Solomon
dan Forstener (1984 dalam Siddique dan Aktar, 2012) kadar Cd dalam
sedimen yang tidak tercemar adalah 0,11 ppm, dengan demikianmaka sedimen di
perairan ini telah tercemar oleh Cd.
Kadar Cu dalam sedimen berkisar 3,451-12,193 ppm dengan rerata
6,093 ppm. Kadar Cu tertinggi dijumpai di Stasiun 4 dan terendah di Stasiun 1.
Kadar Cu rerata hasil penelitian ini relatif tinggi, Edward (2011, 2010) mendapatkan
kadar Cu rerata di perairan Maluku Tenggara yang relatif tidak tercemar dan
masih alami yakni di Elat 0,067 ppm, di Ohoimas 0,251 ppm dan di Ngilngof 0,039
ppm. Canadian Council of Ministers for the Environment (CCME,
2002) menetapkan Nilai Ambang Batas Cu dalam sedimen untuk perlindungan
biota adalah 35,7 ppm. KMNLH (2010)
menetapkan Nilai Ambang Batas Cu dalam sedimen untuk kehidupan biota adalah 108
ppm. Kadar Cu rerata alami yang terdapat di permukaan bumi adalah 70 ppm (Odat
dan Alshammara, 2011), dengan demikian bila mengacu pada CCME dan KMNLH di atas
maka kadar Cu masih pada ketegorinormal.
Kadar Zn dalam sedimen di perairan Kendari berkisar 24,838-69,973
ppm dengan rerata 37,482 ppm.Kadar Zn tertinggi dijumpai di stasiun 4 dan
terendah di Stasiun 1. Kadar Zn rerata ini relatif masih rendah bila
dibandingkan dengan kadar rerata Zn di alam yakni 95 ppm (Odat dan Alshammara,
2011). Edward (2011,2010), mendapatkan kadar Zn rerata di perairan Elat yang
relatif tidak tercemar dan masih alami0,067 ppm, di Ohoimas 0,888 ppm dan di
Ngilngof 14,39 ppm. Canadian Council of Ministers for the Environment
(CCME, 2002) menetapkan Nilai Ambang Batas Zn dalam sedimen untuk perlindungan
biota adalah 123 ppm. KMNLH (2010) menetapkan Nilai Ambang Batas Zn dalam
sedimen untuk kehidupan biota adalah 271 ppm. Dengan demikian bila mengacu
kepada CCME dan KMNLH di atas dapat dikatakan bahwa kadar Zn dalam sedimen di
perairan ini masih normal dan belum berbahaya untuk kehidupan biota laut
perairan. Kadar Ni berkisar 37,289 ppm sampai dengan 72,329 ppm dengan rerata
52,215 ppm. Kadar Ni tertinggi dijumpai di stasiun 4 dan terendah di Stasiun
3.Kadar Ni alami rerata yang terdapat di permukaan bumi adalah31 ppm (Ontario
Sediment Guidelines, 2008). Edward (2010) mendapatkan kadar Ni rerata di
perairan Ohoimas Maluku Tenggara yang relatif tidak tercemar dan masih alami
0,959 ppm, di Ngilngof 0,910 ppm, di Bangka Utara 7,168 ppm, di Bangka Timur
5,111 ppm, dan di Bangka Selatan 5,056 ppm (Prasetya et al., 2010).
Ontario Sediment Guideline (2008) menyatakan kadar Ni dalam sedimen yang
dapat membahayakan biota laut adalah 75 ppm. Berdasarkan Ontario Sediment
Guideline tersebut kadar Ni rerata dalam sedimen di perairan ini belum
berbahaya bagi biota laut.
Secara umum terlihat bahwa kadar Pb, Cd, Cu, Zn, dan Ni di Stasiun
4 lebih tinggi dibandingkan stasiun lain. Hal ini disebabkan karena tekstur
sedimen di Stasiun 4 lebih banyak mengandung lumpur dibandingkan stasiun
laindan berada di daerah muara. Keadaan yang serupa pernah dijumpai di Teluk
Jakarta sebagaimana yang dilaporkan olehRochyatun et al. (2007) bahwa
kandungan logam berat yang tinggi dalam sedimen dengan tekstur lumpur
dibandingkan dengan sedimen yang teksturnya bukan lumpur. Umumnya lumpur kaya
akan bahan organik dan mineral lempung.Logam mempunyai kapasitas yang tinggi
untuk membentuk kelat/ligand dengansenyawa organik (Sardanet al., 2011).
Claudia et al. (2004) menyatakan, distribusi logam berat pada sedimen
laut dipengaruhi oleh tekstur, kandungan mineral lempung (clay minerals),
bahan organik, oksida-oksida dari logam besi dan mangan serta kalsium karbonat.
Logam-logam tersebut akan terakumulasi pada lapisan permukaan dari sedimen
(Praveena et al., 2008). Espericueta et al.(2006 dalam
Yang et al., 2010) menyatakan logam cenderung terikat dalam sedimen
dengan butiran permukaan halus dan bahan organik. Wangersky (1986
dalam Yang et al., 2010) melaporkan pengayaan logam terjadi dalam
sedimen yang kaya bahan organik, hal ini disebabkan karena adanya
interaksi antara gugus fungsi senyawa organik dengan logam (Mulligan dan
Yong, 2006). Nguyenet al. (2010) dalam penelitiannya di Vietnam,
melaporkan adanya korelasi positif antara kandungan logam Pb, Cu dan Ni
dengan kandungan bahan organik. Fukue et al. (2006) menyatakan
bahwa kandungan logam yang tinggi dalam sedimen ada kaitannya dengan kandungan
bahan organik yang dihasilkan oleh humus.Diduga hal ini yang menyebabkan
tingginya kadar logam berat di Stasiun 4 dibandingkan stasiun lain.
Secara keseluruhan kadar Ni paling tinggi dibandingkan dengan logam lain. Kadar
Ni yang tinggi ini berasal dari Teluk Lasolo yang terbawa arus, masuk
dan mengendap di perairanTeluk Wawobatu, mengingat di kawasan pantai
Lasolo banyak beroperasi tambang nikel, disamping yang berasal dari Teluk
Kendari dan aliran sungaiyang bermuara ke perairan Teluk Wawobatu.
Pada Tabel 2 berikut disajikan hasil analisis indeks dari sedimen.
Dari tabel tersebut dapat dilihat factor kontaminasi (CF) Pb berkisar
0,185-1,094 dengan rerata 0,483 (<1) yang berarti bahwa sedimen termasuk
kategori terkontaminasi rendah. Nilai indeks geoakumulasi (I-geo) Pb berkisar
-3,018 sampai dengan -0,454 dengan rerata -1,897 (<0), yang berarti sedimen
tidak tercemar oleh Pb. Faktor kontaminasi (CF) Cd berkisar 2,616-4,616 dengan
rerata 4,616. Nilai ini lebih besar dari 3 dan lebih kecil dari 6, yang berarti
sedimen termasuk kategori terkontaminasi cukup. Indeks geoakumulasi (I-geo) Cd
berkisar 0,8-1,621 dengan rerata 1,259. Nilai ini lebih besar dari 1 dan lebih
kecil dari 2, yang berarti sedimen termasuk kategori tercemar ringan.Faktor kontaminasi
(CF) Cu berkisar 0,049-0,174 dengan rerata 0,086 (<1) yang berarti sedimen
termasuk kategori terkontamimasi rendah. Indeks geoakumulasi (I-geo) Cu
berkisar -4,965 sampai -3,107 dengan rerata -4,275 (<0), yang berarti
sedimen termasuk kategori tidak tercemar oleh Cu. Faktor kontaminasi (CF) Zn
berkisar 0,261-0,736 dengan rerata 0,394 (<1) yang berarti sedimen termasuk
kategori terkontaminasi rendah. Indeks geoakumulasi (I-geo) Zn berkisar -4,298
sampai 1,026 dengan rerata -2,402 (< 0), yang berarti sedimen termasuk
kategori tidak tercemar oleh Zn. Faktor kontaminasi (CF) Ni berkisar
0,497-0,964 dengan rerata 0,695 (<1), yang berarti sedimen termasuk kategori
terkontaminasi rendah. Indeks geoakumulasi (I-geo) Ni berkisar – 1,595 sampai
-0,639 dengan rerata -1,142 (<0), yang berarti sedimen termasuk kategori
tidak tercemar oleh Ni.
Pada Tabel 3 berikut disajikan nilai indeks beban pencemaran (PLI)
di setiap stasiun.Dari tabel tersebut dapat dilihat nilai PLI berkisar
0,391-0,909 dengan rerata 0,517, nilai ini lebih kecil dari 0 (PLI<0), yang
berarti secara keseluruhan sedimen di perairan Teluk Wawobatu, Kendari ini
tidak tercemar oleh logam Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni.
Tabel2. Kadar Pb (ppm), faktor kontaminasi (CF) dan indeks
geoakumulasi (I-geo) dalam sedimen di Teluk Wawobatu, Kendari
STASIUN
|
Pb
|
Cd
|
Cu
|
Zn
|
Ni
|
|||||
CF
|
I-geo
|
CF
|
I-geo
|
CF
|
I-geo
|
CF
|
I-geo
|
CF
|
I-geo
|
|
1
|
0,341
|
-2,135
|
3,5
|
1,222
|
0,049
|
-4,965
|
0,261
|
-2,522
|
0,635
|
1,241
|
2
|
0,318
|
-2,235
|
2,613
|
0,800
|
0,057
|
-4,717
|
0,266
|
-4,298
|
0,732
|
-1,035
|
3
|
0,479
|
-1,645
|
4,416
|
1,557
|
0,073
|
-4,351
|
0,355
|
-2,077
|
0,497
|
-1,595
|
4
|
1,094
|
-0,454
|
4,616
|
1,621
|
0,174
|
-3,107
|
0,736
|
-1,026
|
0,964
|
-0,639
|
5
|
0,185
|
-3,018
|
3,21
|
1,097
|
0,080
|
-4,237
|
0,352
|
-2,089
|
0,651
|
-1,204
|
Min
|
0,185
|
-3,018
|
2,613
|
0,8
|
0,049
|
-4,965
|
0,261
|
-4,298
|
0,497
|
-1,595
|
Mak
|
1,094
|
-0,454
|
4,616
|
1,621
|
0,174
|
-3,107
|
0,736
|
-1,026
|
0,964
|
-0,639
|
SD
|
0,356
|
0,945
|
2,613
|
0,338
|
0,050
|
0,714
|
0,196
|
1,194
|
0,172
|
0,347
|
Rerata
|
0,483
|
-1,897
|
4,616
|
1,259
|
0,087
|
-4,275
|
0,394
|
-2,402
|
0,695
|
-1,142
|
Tabel 3. Nilai PLI logam berat dalam sedimen di perairan Teluk
Wawobatu, Kendari
STASIUN
|
TELUK BAY
|
PLI (Pollution Load Index)
|
||||
PENELITIAN
|
KONSENTERASI LOGAM BERAT
|
(CF PbxCFCdxCFCuxCFZnxCFNi)1/5
|
||||
|
CF Pb
|
CF Cd
|
CF Cu
|
CF Zn
|
CF Ni
|
|
1
|
0,341
|
3,5
|
0,049
|
0,261
|
0,635
|
0,394
|
2
|
0,318
|
2,613
|
0,057
|
0,266
|
0,732
|
0,391
|
3
|
0,479
|
4,416
|
0,073
|
0,355
|
0,497
|
0,486
|
4
|
1,094
|
4,616
|
0,174
|
0,736
|
0,964
|
0,909
|
5
|
0,185
|
3,21
|
0,080
|
0,352
|
0,651
|
0,404
|
Min
|
0,185
|
2,613
|
0,049
|
0,261
|
0,497
|
0,391
|
Max
|
1,094
|
4,616
|
0,174
|
0,736
|
0,964
|
0,909
|
SD
|
0,356
|
0,838
|
0,050
|
0,196
|
0,172
|
0,222
|
Rerata
|
0,483
|
3,671
|
0,087
|
0,394
|
0,685
|
0,517 (<1)
|
Secara rerata kadar Ni>Zn>Pb>Cu>Cd, data ini menunjukkan
sedimen lebih banyak mengakumulasi logam Ni dibandingkan dengan yang lain.
Kandungan Ni yang tinggi ini berasal dari Teluk Lasolo yang di kawasan
pantainya banyak beroperasi tambang nikel. Selain itu juga berasal dari Teluk
Kendari dan aliran sungai yang bermuara ke perairan Teluk Wawobatu. Kadar logam
berat yang tinggi di Stasiun 4 disebabkan oleh perbedaan tekstur sedimen.
Tekstur sedimen di Stasiun 4 didominasi oleh lumpur yang berwarna hitam. Kadar
Pb, Cd, Zn, Cu dan Ni masih lebih rendah dari nilai ambang batas yang
ditetapkan oleh Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup (2010) dan Baku Mutu
Sedimen Ontario (2008). Kadar Pb, Cu dan Zn masih lebih rendah dari kadar
alaminya, sedangkan Cd dan Ni lebih tinggi. Data ini menunjukkan sedimen di perairan
ini telah terkontaminasi oleh Cd dan Ni. Secara keseluruhan, berdasarkan nilai
PLI, sedimen di perairan Teluk Wawobatu, Kendari ini termasuk kategori tidak
tercemar (PLI<1) dan belum berbahaya untuk kehidupan biota laut yang hidup
dan mencari makan dalam sedimen, dan berdasarkan nilai I-geo, sedimen di
perairan ini termasuk kategori tercemar sedang oleh Cd (0<I-geo<2),
dantidak tercemar oleh Pb, Cu, Zn, dan Ni (I-geo<0).
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan densitas lebih besar
dari5g/cm3, terletak disudut kanan bawah pada system periodik unsur, mempunyai
afinitas yang tinggi terhadap S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92, dari
periode 4 sampai 7 (Miettinen, 1977 dalam Ernawati, 2010.
Logam berat adalah unsur alami dari kerak bumi. Logam yang stabil
dan tidak bisa rusak atau hancur, oleh karena itu mereka cenderung menumpuk
dalam tanah dan sedimen. Banyak istilah logam berat telah diajukan, berdasarkan
kepadatan, nomor atom, berat atom, sifat kimia atau racun. Logam berat yang
dipantau meliputi: Lead (Pb), Cadmium (Cd), Zinc (Zn) dan Nickel (Ni).
Adapun Jenis-Jenis Sedimen adalah
sebagai berikut :
1.
Lithougenus sedimen
2.
Biogeneuos sedimen
3.
Hidreogenous sedimen
4.
Cosmogerous sedimen
Secara rerata kadar Ni>Zn>Pb>Cu>Cd, data ini
menunjukkan sedimen lebih banyak mengakumulasi logam Ni dibandingkan dengan
yang lain. Kandungan Ni yang tinggi ini berasal dari Teluk Lasolo yang di
kawasan pantainya banyak beroperasi tambang nikel. Selain itu juga berasal dari
Teluk Kendari dan aliran sungai yang bermuara ke perairan Teluk Wawobatu. Kadar
logam berat yang tinggi di Stasiun 4 disebabkan oleh perbedaan tekstur sedimen.
Tekstur sedimen di Stasiun 4 didominasi oleh lumpur yang berwarna hitam.
3.2
Saran
Diharapkan
untuk masyarakat dan civitas akademika lebih menaruh prihatin terhadap hal hal
yang merusak lingkungan terkhusus pada teluk-teluk yang harusnya menjadi
perhatian untuk sebuah daerah namun karena aktivitas manuisa itu sendiri berdampak
pada anak cucu kedepannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Edward.2014.
Pusat Penelitian Oseanografi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O-LIPI). Kadar Logam Berat Pb, Cd, Cu Dan Zn Pada Air Laut, Sedimen
di Perairan Teluk wawobatu, Sulawsi
Tenggara http://heavymetals-contens-analystPb,Cu,Cd,Zn/an/sea/waters.pdf.
(diakses pada 15 Januari 2015)
Elisabeth,
R, dkk. Penentuan Kandungan Logam pada Ikan Kembung dengan Metode Analisis Aktifasi
newtron. [Online Jurnal]. 2008; 79 (6). http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/51082429.pdf.
(diakses pada 15 Januari 2015)
Zhou. Biomonitoring: An Appealing Tool for Assessment of Metal
Pollution in the Aquatic Ecosystem. Elsevier. [Online Jurnal]. 2008; 84 (3).
(diakses pada 15 Januari 2015)
(diakses pada 15
Januari 2015)
(diakses pada 15
Januari 2015)
(diakses pada 16
Januari 2015)
(diakses pada 16
Januari 2015)
(diakses pada 15
Januari 2015)
0 comments:
Post a Comment