Advertiser

Favorit Song ( Marry Your Daughter)

Sunday, January 25, 2015

Kandungan Logam Berat (Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni) dalam sedimen di Sulawesi Tenggara, Kota Kendari perarian Teluk Wawobatu



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kawasan pesisir mempunyai keanekaragaman sumber daya yang tinggi. Sumber daya pesisir tersebut merupakan unsur-unsur hayati dan non hayati yangterdapat di wilayah laut, terdiri atas unsur hayati yang berupa ikan, kerang-kerangan, terumbu karang, padang lamun, dan biota lain beserta ekosistemnya. Sedangkan unsur non hayati terdiri atas sumberdayaa di lahan pesisir, permukaan air, di dalam airnya, dan di dasar laut seperti minyak dan gas, pasir kuarsa, timah dan karang mati (Idris, 2001).
Aktivitas manusia dalam memanfaatkan kawasan pesisir seringkali menghasilkan limbah
bahan pencemar yang dapat membahayakan kehidupan perairan laut dan secara khusus dapat menganggu perkembangan komunitas jenis kerang-kerangan. Semakin bertambahnya aktivitas manusia di berbagai sector kehidupan mengakibatkan tekanan lingkungan terhadap perairan semakin meningkat karena masuknya limbah dari berbagai kegiatan di kawasan-kawasan yang telah terbangun di wilayah pesisir tersebut, sehingga pada suatu saat dapat melampaui keseimbangan air laut yang mengakibatkan sistem perairann menjadi tercemar (Haryoto, 2004; Wiryawan et al., 1999).
Pencemaran logam berat dalam air harus mendapat perhatian yang serius, karena bila terserap dan terakumulasi dalam tubuh manusia dapat mengganggu kesehatan dan pada beberapa kasus menyebabkan kematian. Pencemaran logam berat terhadap lingkungan merupakan suatu proses yang erat hubungannya dengan penggunaan logam tersebut oleh manusia. Darmono (1995) menyebutkan bahwa toksisitas logam pada manusia menyebabkan beberapa akibat negatif, tetapi yang terutama adalah timbulnya kerusakan jaringan, terutama jaringan detoksikasi dan ekskresi (hati dan ginjal). Hasim (2003) menyebutkan bahwa akumulasi Pb pada tubuh manusia akan menimbulkan berbagai dampak yang merugikan bagi kesehatan, diantaranya kerapuhan tulang, rusaknya kelenjar reproduksi, kerusakan otak, dan keracunan akut pada sistem saraf pusat.
Adanya logam berat di perairan, berbahaya baik secara langsung terhadap kehidupan organisme, maupun efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat logam berat yaitu sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan perairan dan keberadaannya secara alami sulit terurai (dihilangkan), dapat terakumulasi dalam organisme termasukkerang dan ikan, dan akan membahayakan kesehatan manusia yang mengkomsumsi organisme tersebut (Sutamihardja, 1982 dalam Marganof, 2003).
Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki beberapa sungai besar yang tersebar di empat kabupaten dan sebagian besar bermuara ke pesisir timur Perairan Kendari dan Laut Banda. Sungai-sungai tersebut antara lain adalah Sungai Lasolo, Sungai Roraya, Sungai Sampolawa, Sungai Wandasa, Sungai Kabangka Balano dan Sungai Laeya. Aliran sungai-sungai tersebut melintasi berbagai kawasan, antara lain kawasan permukiman, pertanian dan industri/pertambangan, sehingga banyak membawa lumpur/sedimen dan kontaminan yang bersifat toksik ke Perairan Kendari. Salah satu dari kontaminan tersebut adalah logam berat.
Logam berat yang terakumulasi di perairan dapat mengkontaminasi manusia melalui rantai makanan.Logam berat dalam kadar yang rendah dibutuhkan oleh organisme perairan, namun dalam kadar tinggi yang melebih nilai ambang batas dapat bersifat racun dan mengganggu kesehatan(Malik, 2004;Rainbow, 2007).Paquin et al. (2003) dalam Bashir et al. (2012)) menyatakan bahwa limbah industri dapat menyebabkan kontaminasi logam berat pada perairan pantai atau sungai. Meng et al. (2008) dan Qin et al. (2006) melaporkan adanya kontaminasi logam berat pada perairan pantai dan estuari di Teluk Bohai Tianjin China akibat berbagai kegiatan di darat dan di perairan laut. Logam berat juga dapat berasal dari aktivitas industri, pertanian, perkotaan dan pertambangan (Duruibe et al., 2007;Srinivasa et al., 2007).
Penulisan ini bertujuan untuk membahas kandungan logam berat  di Sulawesi Tenggara, khususnya  di Kota kendari pada Perairan Wawobatu. Dengan melihat kandungan logam berat dalam sedimen terkhusus berat logam dari Pb, Cd, Cu, Zn, dan Ni. Penulisan ini di harapkan dapat memberi informasi kepada pembaca dan civitas akademika lainnya agar dapat berdaya-guna menjaga kelestarian alam demi pembangunan  Sulawesi Tenggara khususnya Kota Kendari secara berkelanjutan.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan pertanyaan penulisan sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan Logam Berat (Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni) ?
2.      Bagaimana Karakteristik Logam Berat ?
3.      Bagaimana Logam Berat dan Proses masuknya di Lingkungan Perairan ?
4.      Bagaimana Proses Sedimentasi?
5.      Bagaimana Kandungan Logam Berat (Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni)  dalam sedimen di Sulawesi Tenggara, Kota Kendari perarian Teluk Wawobatu?

1.3  Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah sebagaimana diuraikan sebelumnya, maka penulisan  ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1.      Untuk Mengetahui Logam Berat (Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni).
2.      Untuk Mengetahui Karakteristik Logam Berat.
3.      Untuk Mengetahui Logam Berat dan Proses masuknya di Lingkungan Perairan.
4.      Untuk Mengetahui Proses Sedimentasi.
5.      Untuk Mengetahui Kandungan Logam Berat (Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni)  dalam sedimen di Sulawesi Tenggara, Kota Kendari perarian Teluk Wawotabu.

1.4  Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.      Pengembangan Ilmu
Teori di yang tulis dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangan ilmu kesehatan lingkungan , lebih khusus memberi informasi  mengenai kadar logam berat Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni, sedimen di Teluk Wawobatu
2.      Penulis
Menambah pengetahuan tentang seberapa besar kandungan logam berat Pb ,  Cd, Cu, Zn dan Ni di Teluk Wawobatu
3.      Masyarakat/Pembaca
Sebagai bahan informasi bagi masyarakat mengenai kandungan logam berat Pb , Cd, Cu, Zn dan Ni di Teluk Wawobatu, Juga untuk menjaga kelestarian alam demi pembangunan  secara berkelanjutan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Logam Berat
Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan densitas lebih besar dari5g/cm3, terletak disudut kanan bawah pada system periodik unsur, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92, dari periode 4 sampai 7 (Miettinen, 1977 dalam Ernawati, 2010. Sebagian logam berat seperti Plumbum (Pb), Kadmium (Cd), dan Merkuri (Hg) merupakan zat pencemar yang sangat berbahaya. Afinitasnya yang tinggi terhadap S menyebabkan logam ini menyerang ikatan S dalam enzim, sehingga enzim yang bersangkutan menjadi tidak aktif. Gugus karboksilat (-COOH) dan amina (-NH 2) juga bereaksi dengan logam
berat. Kadmium, Plumbum, dan Tembaga terikat pada sel-sel membran yang menghambat proses transformasi melalui dinding sel. Logam berat juga mengendapkan senyawa posfat biologis atau mengkatalis penguraiannya. (Manahan1977, dalam Ernawati 2010)
Logam berat adalah unsur alami dari kerak bumi. Logam yang stabil dan tidak bisa rusak atau hancur, oleh karena itu mereka cenderung menumpuk dalam tanah dan sedimen. Banyak istilah logam berat telah diajukan, berdasarkan kepadatan, nomor atom, berat atom, sifat kimia atau racun. Logam berat yang dipantau meliputi: Lead (Pb), Cadmium (Cd), Zinc (Zn) dan Nickel (Ni).

2.1.1 Timbal (Pb)
Timbal didapatkan dari galena (PbS) dengan proses pemanggangan. Anglesite, cerussite, dan minima adalah mineral-mineral timbal yang lazim ditemukan. Timbal merupakan logam putih kebiru-biruan dengan pancaran yang terang. Ia sangat lunak, mudah dibentuk, ductile, dan bukan konduktor listrik yang baik. Ia memiliki resistasi tinggi terhadap korosi. Pipa-pipa timbal dari jaman Romawi masih digunakan sampai sekarang. Unsur ini juga digunakan dalam kontainer yang mengandung cairan korosif seperti asam sulfur dan dapat dibuat lebih kuat dengan cara mencampurnya dengan antimoni atau logam lainnya.
Timbal alami adalah campuran 4 isotop: 204Pb (1.48%), 206Pb (23.6%), 207Pb (22.6%) dan 208Pb (52.3%). Isotop-isotop timbal merupakan produk akhir dari tiga seri unsur radioaktif alami: 206Pb untuk seri uranium, 207Pb untuk seri aktinium, dan 208Pb untuk seri torium. Dua puluh tujuh isotop timbal lainnya merupakan radioaktif.
Campuran logam timbal termasuk solder dan berbagai logam antifriksi. Jumlah timbal yang banyak digunakan sebagai logam dan dioksida dalam baterai. Logam ini juga digunakan sebagai selimut kabel, pipa, amunisi dan pembuatan timbal tetraetil.
Logam ini sangat efektif sebagai penyerap suara. Ia digunakan sebagai tameng radiasi di sekeliling peralatan sinar-x dan reaktor nuklir. Juga digunakan sebagai penyerap getaran. Senyawa-senyawa timbal seperti timbal putih, karbonat, timbal putih yang tersublimasi, chrome yellow (krom kuning) digunakan secara ekstensif dalam cat. Tetapi beberapa tahun terakhir, penggunaan timbal dalam cat telah diperketat untuk mencegah bahaya bagi manusia.
Timbal yang tertimbun dalam tubuh dapat menjadi racun. Program nasional di AS telah melarang penggunaan timbal dalam campuran bensin karena berbahaya bagi lingkungan.
2.1.2 Kadmium (Cd)
 Pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuan Jerman bernama Friedric Strohmeyer pada tahun 1817. Logam Cd ini ditemukan dalam bebatuan calamine (seng karbonat). Nama Kadmium sendiri diambil dari nama latin “calamine” yaitu “cadmia”. Kadmium hampir selalu ditemukan dalam jumlah yang kecil dalam bijih-bijih Seng, seperti sphalerite (ZnS). Greenocite (CdS) merupakan mineral satu-satunya yang mengandung Kadmium. Hampir semua Kadmium diambil sebagai hasil produksi dalam persiapan bijih-bijih Seng, Tembaga dan Plumbum.
Unsur ini lunak, logam putih yang kebiru-biruan yang dapat dengan mudah dipotong dengan pisau, hampir dalam banyak hal sifatnya mirip Seng, penanganannya harus hati-hati karena uap dari Kadmium sangat berbahaya. Contohnya solder Perak. Pengekposan terhadap debu-debu Kadmium tidak boleh melewati 0.01 mg/m3 (rata-rata waktu-berat selama 8jam, 40 jam/minggu.
Konsentrasi maksimum tidak boleh melewati 0.14 mg/m3. Pengeksposan terhadap uap Kadmium oksida tidak boleh melewati 0,05 mg/m3 dan konsentrasi maksimum tidak boleh melewati 0,05 mg/m3. Nilai-nilai konsentrasi di atas sedang dievaluasi kembali dan rekomendasi sementara adalah untuk mengurangi pengeksposan terhadap Kadmium.
Kadmium merupakan komponen campuran logam yang memiliki titik lebur terendah.Unsur ini dugunakan dalam campuran logam poros dengan koefisen gesek yang rendah dan tahan lama. Logam ini juga banyak digunakan dalam aplikasi sepuhan listrik (electroplating). Kadmium digunakan juga dalam pembuatan solder, batere Ni-Cd, dan sebagai penjaga reaksi nuklir fisi. Senyawa Kadmium digunakan dalam fosfor tabung TV hitam-putih dan fosfor hijau dalam TV berwarna. Sulfat merupakan garamnya yang paling banyak ditemukan dan sulfidanya memiliki pigmen kuning. Kadmium dan solusi senyawa-senyawanya sangat beracun.
Kadmium merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya karena elemen ini beresiko tinggi terhadap pembuluh darah. Kadmium berpengaruh terhadap manusia dalam jangka waktu panjang dan dapat terakumulasi pada tubuh khususnya hati dan ginjal. Secara prinsipil pada konsentrasi rendah berefek terhadap gangguan pada paru-paru, emphysema dan renal turbular disease yang  kronis.
Bagi tubuh manusia, Kadmium sebenarnya merupakan logam asing. Tubuh sama sekali tidak memerlukannya dalam proses metabolisme. Karenanya Kadmium sangat beracun bagi manusia dan dapat diabsorbsi tubuh dalam jumlah yang tidak terbatas, karena tidak adanya mekanisme tubuh yang membatasinya. Jumlah normal Kadmium dalam tanah berada dibawah 1 ppm, tetapi angka tertinggi (1.700 ppm) pernah dijumpai pada permukaan tanah yang berada dekat pertambangan Zinkum (Zn). Kadmium lebih mudah diakumulasi oleh tanaman dibandingkan dengan ion logam berat lainnya seperti Plumbum.
Senyawa yang mengandung Kadmium juga mengakibatkan kanker. Dalam industri pertambangan logam Pb dan Zn, proses pemurniannya akan selalu diperoleh hasil samping Kadmium, yang terbuang ke alam lingkungan. Kadmium masuk kedalam tubuh manusia terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Untuk mengukur asupan Kadmium kedalam tubuh manusia perlu dilakukan pengukuran kadar Kadmium dalam makanan yang dimakan atau kandungan Kadmium dalam feses.
2.1.3 Tembaga/Kuprum (Cu)
Secara umum masuknya Tembaga kedalam tatanan lingkungan dapat terjadi secara alamiah dan dapat juga secara non alamiah. Secara alamiah tembaga masuk ke dalam tatanan lingkungan sebagai akibat dari berbagai peristiwa alam.Unsur ini dapat bersumber dari peristiwa erosi dari batuan mineral. Sumber lain adalah debu dan atau partikulat partikulat Cu yang ada dalam lapisan udara yang dibawa turun oleh air hujan. Melalui jalur non alamiah, Cu masuk kedalam tatanan lingkungan sebagai akibat dari aktifitas manusia. Jalur dari aktifitas manusia ini kedalam tatanan lingkungan ada bermacam macam pula. Sebagai contoh adalah buangan industri yang memakai Cu dalam proses produksinya, industri galangan kapal, karena Cu digunakan sebagai campuran bahan pengawet, industri pengolahan kayu,buangan rumah tangga dan lain sebagainya.
2.1.3.1 Tembaga dalam Lingkungan
Tembaga masuk kedalam tatanan lingkungan perairan dapat berasal dari peristiwa-peristiwa alamiah dan sebagai efek samping dari aktifitas yang dilakukan manusia.Dalam kondisi normal keberadaan Cu di perairan ditemukan dalam bentuk senyawa ion CuCO 3 ~ dan CuOH~. Bila dalam perairan terjadi peningkatan kelarutan Cu, sehingga melebihi ambang batas yang seharusnya. Maka akan terjadi peristiwa “biomagnifikasi” terhadap biota perairan. Peristiwa biomagnifikasi dapat diidentifikasi melalui akumulasi Cu dalam tubuh biota perairan tersebut. Akumulasi dapat terjadi sebagai akibat dari terjadinya konsumsi Cu dalam jumlah berlebihan, sehingga tidak mampu dimetabolisme oleh tubuh. Gejala yang timbul pada manusia yang keracunan Cu akut adalah: mual, muntah, sakit, perut, hemolisis, netrofisis, kejang, dan akhirnya mati. Pada keracunan kronis, Cu tertimbun dalam hati dan menyebabkan hemolisis. Hemolisis terjadi karena tertimbunnya H 2O 2 dalam sel darah merah sehingga terjadi oksidasi dari lapisan sel yang mengakibatkan sel menjadi pecah. Defisiensi suhu dapat menyebabkan anemia dan pertumbuhan terhambat (Darmono,1995).
2.1.4 Zink (Zn)
Zink dengan nomor atom 30 dan massa atom 65,38 dalam Sistem Periodik Unsur terletak pada periode 4 dan golongan IIB. Zinkum adalah logam yang putih kebiruan, logam yang mudah ditempa dan liat pada suhu antara 110- 1500C. Zinkum melebur pada suhu 4100C dan mendidih pada 9060C. Logamnya yang murni,melarut lambat sekali dalam asam dan dalam alkali. (Vogel,1979).Zinkum masuk ketatanan lingkungan perairan melalui limbah industri, pengelasan logam, patri.Zinkum merupakan unsur penting dalam banyak metaloenzim,obat luka. (Manahan, 1994).
Tubuh yang normal membutuhkan 12-15 miligram Zinkum setiap hari. Kebanyakan orang dapat mendapatkan zat tersebut secara alami melalui makanan atau minuman yang dikonsumsi. Namun jika zat Zinkum yang masuk ke dalam tubuh berlebihan, maka dapat mengakibatkan keracunan Zinkum. Usus tertekan, muntah, kram perut, diare dan mual berkepanjangan. Gejala tersebut jika tidak segera ditangani dapat menyebabkan sakit kuning, kejang, demam, dan tekanan darah rendah, bahkan kematian.
Sedangkan (Eamens dkk, 1984 dalam Darmono, 1995) menyatakan keracunan Zinkum dengan gejala-gejala: osteomalasea, kalkulirenalis, dan proteinuria. Keracunan Zinkum sering dijumpai bersamaan dengan keracunan Kadmium secara kronis.
2.1.5 Nikel (Ni)
Nikel dengan nomor atom 28 dan massa atom 58,69, dalam Sistem Periodik Unsur terletak pada periode 4, golongan VIII B.Nikel adalah logam putih perak yang keras, bersifat liat, dapat ditempa dan sangat kukuh. Logam ini melebur pada 14550C, dan bersifat sedikit magnetis. (Vogel,1979). Sumber masuk ketatanan lingkungan perairan dari aktifitas manusia berupa pencucian dinding kapal, buangan industri, dan lain sebagainya. Nikel dapat terdapat sebagai unsur bebas dan juga sebagai senyawa dimana nikel nantinya dalam bentuk ion dengan valensi 2 dan 3. Nikel dapat menyebabkan kanker walaupun dalam jumlah kecil (Agusnar,2008)
2.2 Karakteristik Logam Berat
Berdasarkan daya hantar panas dan listrik, semua unsur kimia yang terdapat dalam susunan berkala unsur-unsur dapat dibagi atas dua golongan yaitu logam dan non logam. Golongan logam mempunyai daya hantar panas dan listrik yang tinggi,sedangkan golongan non logam mempunyai daya hantar listrik yang rendah. Berdasarkan densitasnya, golongan logam dibagi atas dua golongan, yaitu golongan logam ringan dan logam berat.Golongan logam ringan (light metals) mempunyai densitas <5, sedangkan logam berat (heavy metals) mempunyai densitas >5 (Hutagalung, 2004 dalam Ernawati 2010).
Sedangkan (Palar, 2008 dalam Ernawati 2010) memberi karakteristik logam berat sebagai berikut:
1.      Memiliki spesifikasi gravitasi yang sangat besar(>4)
2.      Mempunyai nomor atom 22-34 dan 40-50 serta unsur lantanida dan aktanida
3.      Mempunyai respon biokimia yang spesifik pada organisme hidup.
Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek khusus pada makhluk hidup. Dapat dikatakan bahwa semua logam berat dapat menjadi racun bagi tubuh makhluk hidup apabila melampaui ambang batas yang diizinkan. Namun sebagian dari logam berat tersebut memang dibutuhkan oleh tubuh makhluk hidup dalam jumlah tertentu (sedikit), yang juga apabila tidak terpenuhi akan berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup dari makhluk hidup tersebut.
Salah satu polutan yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia adalah logam berat.WHO (World Health Organisation) dan FAO (Food Agriculture Organisation) merekomendasikan untuk tidak mengkonsumsi makanan laut (seafood) yang tercemar logam berat.
2.3 Logam Berat Dalam Lingkungan Air
Pencemaran logam berat meningkat sejalan dengan perkembangan industri.Pencemaran logam berat di lingkungan dikarenakan tingkat keracunannya yang sangat tinggi dalam seluruh aspek kehidupan makhluk hidup. Pada konsentrasi yang sedemikian rendah saja efek ion logam berat dapat berpengaruh langsung hingga terakumulasi pada rantai makanan. Logam berat dapat
mengganggu kehidupan biota dalam lingkungan dan akhirnya berpengaruh terhadap kesehatan manusia. (Suhendrayatna 2001, dalam Jovita, dkk, 2003)
Keberadaan logam dalam perairan terutama muara dapat berasal dari sumber alamiah dan aktifitas manusia. Masuknya logam berat kedalam muara secara alamiah dapat digolongkan sebagai berikut:
1.      Pasokan dari daerah hulu sungai karena erosi yang disebabkan oleh gerakan gelombang air.
2.      Pasokan dari laut dalam yang meliputi logam yang dilepaskan gunung berapi di laut dalam dan dari partikel atau endapan oleh adanya proses kimiawi.
3.      Pasokan yang berasal dari lingkungan dekat muara dan meliputi logam yangdiangkat kedalam atmosfer sebagai partikel debu.
Sedangkan keberadaan logam-logam berat dalam muara yang disebabkan oleh aktifitas manusia dapat berasal dari:
1.      Buangan rumah tangga.
2.      Buangan sisa industri yang tidak terkontrol,dimana logam berat ini mengalir ke sungai dan akhirnya sampai di muara dan mengendap jadi sedimen.
3.      Lumpur minyak yang kadang-kadang juga mengandung logam berat dengan konsentrasi yang tinggi yang terbuang sampai ke muara dan mengendap jadi sedimen. Pembakaran hidrokarbon dan batu bara diantaranya ada yang melepaskan senyawa logam berat ke udara kemudian bercampur dengan air hujan dan mengalir melalui sungai yang pada akhirnya sampai di muara.
2.3.1 Proses Masuknya Logam Berat Kedalam Lingkungan Perairan

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqjp7OzdRQOacUoWu6BwtOzljvl5PJMxYy39EVGEj5E5euVoN3kaRe3hXB8nBBQXJUoKLxEW2se8SxCguH3Tr48z4jaO9RzPGMw-ukk3lWcoDQWwzQ8lg1Ui-HeubdBkaG6pDoHmI-kutf/s1600/Skema+proses+akumulasi+bahan+pencemar+dalam+air+(Hutagalung,+1991).png
Gambar 2.3.1. Proses masuknya logam berat ke lingkungan perairan. ( Bahri 2003)

2.4  Proses Sedimentasi
Batu hasil pelapukan secara terus menerus diangkut ke muara oleh tenaga air,angin dan gletser. Air mengalir di permukaan tanah atau sungai membawa batuan halus baik terapung, melayang atau digeser di dasar sungai menuju tempat yang lebih rendah. Hembusan angin yang kuat juga dapat mengangkat debu, pasir, bahkan material yang lebih besar ke muara. Makin kuat hembusan angin maka daya angkutnya akan semakin kuat. Semua material batuan yang terendap dalam muara yang diangkut oleh air dan angin akan mengalami proses sedimentasi. Jadi Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan.

2.4.1        Jenis-Jenis Sedimen
1.  Lithougenus sedimen
Sedimen yang berasal dari erosi pantai dan material hasil erosi daerah up land. Material ini dapat sampai ke dasar laut melalui proses mekanik, yaitu tertransport oleh arus sungai dan atau arus laut dan akan terendapkan jika energy tertransforkan telah melemah.

2.   Biogeneuos sedimen
Sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme yang hidup seperti cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik yang mengalami dekomposisi.

3.  Hidreogenous sedimen
Sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi kimia di dalam air laut dan membentuk partikel yang tidak larut dalam air laut sehingga akan tenggelam ke dasar laut, sebagai contoh dari sedimen jenis ini adalah magnetit, phosphorit dan glaukonit.

4.  Cosmogerous sedimen
Sedimen yang berasal dari berbagai sumber dan masuk ke laut melalui jalur media udara atau angin. Sedimen jenis ini dapat bersumber dari luar angkasa, aktifitas gunung api atau berbagai partikel darat yang terbawa angin.

2.4.2  Jenis Sedimen Muara
Sungai yang mengalir dengan membawa berbagai jenis batuan akhirnya bermuara di laut, sehingga di laut terjadi proses pengendapan batuan yang paling besar. Hasil pengendapan di laut ini disebut sedimen marin. Hasil pengendapan ini biasanya berupa batu giling, batu geser, pasir, kerikil, dan lumpur yang menutupi dasar sungai. Bahkan endapan sungai ini sangat baik dimanfaatkan untuk bahan bangunan atau pengerasan jalan. Oleh karena itu tidak sedikit orang yang bermata pencaharian mencari pasir, kerikil, atau batu hasil endapan itu untuk dijual. Namun karena sedimen yang ada dimuara ini juga bersumber dari sisa sisa organisme yang hidup seperti cangkang dan rangka biota laut dan sungai serta bahan bahan organik yang mengalami dekomposisi maka sedimen ini dapat juga dikategorikan jenis Biogeneuos Sedimen.
2.5      Kandungan Logam Berat (Pb, Cd, Cu, Zn Dan Ni)  dalam Sedimen di Sulawesi Tenggara, Kota Kendari Perarian Teluk Wawobatu
Dari hasil kajian beberapa teori dan jurnal terkait dengan pengukuran kadar logam berat di Teluk wawobatu ( Pusat Penelitian Oseanografi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia).  Kandungan Pb berkisar 3,704-21,892 ppm dengan rerata 9,677 ppm. Kandungan Pb tertinggi dijumpai di stasiun 4 yakni 21,892 ppm dan terendah di Stasiun 5 yakni 3,704 ppm, Kandungan Pb rerata hasil pengamatan ini yakni 9,677 ppm relatif tinggi, Edward (2010, 2011) mendapatkan kandungan Pb rerata di perairan Maluku Tenggara yang relatif masih alami dan belum tercemar yakni di Elat 0,042 ppm, di Ngilngof, Tual 3,352 ppm, dan di Ohoimas 3,376 ppm. Kadar Pb normal di permukaan bumi <12,5 ppm (Harikumar et al., 2010; Mohiuddin et al. 2010).
Oleh karena itu kadar Pb di perairan ini termasuk kategori normal. Canadian Council of Ministers for the Environment (CCME, 2002) dan KMNLH (2010) menetapkan Nilai Ambang Batas Pb dalam sedimen untuk perlindungan biota masing-masing adalah 35 ppm dan 36,8 ppm. Hasil pengukuran kandungan logam berat dalam sedimen di perairan Teluk Wawobatu, Kendari disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan logam berat dalam sedimen di Teluk Wawobatu, Kendari


STASIUN
JENIS LOGAM BERAT
Pb
Cd
Cu
Zn
Ni
1
6.828
1.05
3.451
24.838
47.651
2
6.372
0.784
4.02
25.296
54.907
3
9.59
1.325
5.173
33.819
37.289
4
21.892
1.385
12.193
69.973
72.329
5
3.704
0.963
5.63
33.488
48.899
Min
3.704
0.784
3.451
24.838
37.289
Mak
21.892
1.385
12.193
69.973
72.329
SD
7.14
0.251
3.519
18.664
12.907
Rerata
9.677
1.101
6.093
37.482
52.215
Rerata ±
9.677±
1.101±
6.093±
37.482±
52.215±
SD
7.14
0.251
3.519
18.664
12.907
KMNLH (2010)
36,8
6,2
108
271
75*
Sumber : Ontario Sediment Guideline

Kadar Cd dalam sedimen berkisar 0,784-1,385 ppm dengan rerata 1,101 ppm. Kadar Cd tertinggi dijumpai di Stasiun 4 dan terendah di Stasiun 2, hal ini menunjukkan bahwa Stasiun 4 lebih banyak menerima masukan limbah yang mengandung Cd dibandingkan dengan dengan stasiun lain. Kadar Cd rerata ini relative tinggi, Edward (2010; 2011), mendapatkan kadar Cd rerata di perairan Maluku Tenggara yang relatif masih alami dan belum tercemar yakni di perairan Elat 0,009 ppm, di Ohoimas 0,251 ppm dan di Ngilngof 0,263 ppm. Kadar rerata Cd alami yang terdapat di lapisan permukaan bumi adalah 0,2 ppm (Mohiuddin et al., 2010). Canadian Council of Ministers for the Environment (CCME, 2002) dan KMNLH(2010) menetapkan Nilai Ambang Batas Cd dalam sedimen untuk perlindungan biota masing-masing adalah 0,6 ppm dan 6,2 ppm. Menurut Solomon dan Forstener (1984 dalam Siddique dan Aktar, 2012) kadar Cd dalam sedimen yang tidak tercemar adalah 0,11 ppm, dengan demikianmaka sedimen di perairan ini telah tercemar oleh Cd.
Kadar Cu dalam sedimen berkisar 3,451-12,193 ppm dengan rerata 6,093 ppm. Kadar Cu tertinggi dijumpai di Stasiun 4 dan terendah di Stasiun 1. Kadar Cu rerata hasil penelitian ini relatif tinggi, Edward (2011, 2010) mendapatkan kadar Cu rerata di perairan Maluku Tenggara yang relatif tidak tercemar dan masih alami yakni di Elat 0,067 ppm, di Ohoimas 0,251 ppm dan di Ngilngof 0,039 ppm. Canadian Council of Ministers for the Environment (CCME, 2002) menetapkan Nilai Ambang Batas Cu dalam sedimen untuk perlindungan biota  adalah 35,7 ppm. KMNLH (2010) menetapkan Nilai Ambang Batas Cu dalam sedimen untuk kehidupan biota adalah 108 ppm. Kadar Cu rerata alami yang terdapat di permukaan bumi adalah 70 ppm (Odat dan Alshammara, 2011), dengan demikian bila mengacu pada CCME dan KMNLH di atas maka kadar Cu masih pada ketegorinormal.
Kadar Zn dalam sedimen di perairan Kendari berkisar 24,838-69,973 ppm dengan rerata 37,482 ppm.Kadar Zn tertinggi dijumpai di stasiun 4 dan terendah di Stasiun 1. Kadar Zn rerata ini relatif masih rendah bila dibandingkan dengan kadar rerata Zn di alam yakni 95 ppm (Odat dan Alshammara, 2011). Edward (2011,2010), mendapatkan kadar Zn rerata di perairan Elat yang relatif tidak tercemar dan masih alami0,067 ppm, di Ohoimas 0,888 ppm dan di Ngilngof 14,39 ppm. Canadian Council of Ministers for the Environment (CCME, 2002) menetapkan Nilai Ambang Batas Zn dalam sedimen untuk perlindungan biota adalah 123 ppm. KMNLH (2010) menetapkan Nilai Ambang Batas Zn dalam sedimen untuk kehidupan biota adalah 271 ppm. Dengan demikian bila mengacu kepada CCME dan KMNLH di atas dapat dikatakan bahwa kadar Zn dalam sedimen di perairan ini masih normal dan belum berbahaya untuk kehidupan biota laut perairan. Kadar Ni berkisar 37,289 ppm sampai dengan 72,329 ppm dengan rerata 52,215 ppm. Kadar Ni tertinggi dijumpai di stasiun 4 dan terendah di Stasiun 3.Kadar Ni alami rerata yang terdapat di permukaan bumi adalah31 ppm (Ontario Sediment Guidelines, 2008). Edward (2010) mendapatkan kadar Ni rerata di perairan Ohoimas Maluku Tenggara yang relatif tidak tercemar dan masih alami 0,959 ppm, di Ngilngof 0,910 ppm, di Bangka Utara 7,168 ppm, di Bangka Timur 5,111 ppm, dan di Bangka Selatan 5,056 ppm (Prasetya et al., 2010). Ontario Sediment Guideline (2008) menyatakan kadar Ni dalam sedimen yang dapat membahayakan biota laut adalah 75 ppm. Berdasarkan Ontario Sediment Guideline tersebut kadar Ni rerata dalam sedimen di perairan ini belum berbahaya bagi biota laut.
Secara umum terlihat bahwa kadar Pb, Cd, Cu, Zn, dan Ni di Stasiun 4 lebih tinggi dibandingkan stasiun lain. Hal ini disebabkan karena tekstur sedimen di Stasiun 4 lebih banyak mengandung lumpur dibandingkan stasiun laindan berada di daerah muara. Keadaan yang serupa pernah dijumpai di Teluk Jakarta sebagaimana yang dilaporkan olehRochyatun et al. (2007) bahwa kandungan logam berat yang tinggi dalam sedimen dengan tekstur lumpur dibandingkan dengan sedimen yang teksturnya bukan lumpur. Umumnya lumpur kaya akan bahan organik dan mineral lempung.Logam mempunyai kapasitas yang tinggi untuk membentuk kelat/ligand dengansenyawa organik (Sardanet al., 2011). Claudia et al. (2004) menyatakan, distribusi logam berat pada sedimen laut dipengaruhi oleh tekstur, kandungan mineral lempung (clay minerals), bahan organik, oksida-oksida dari logam besi dan mangan serta kalsium karbonat. Logam-logam tersebut akan terakumulasi pada lapisan permukaan dari sedimen (Praveena et al., 2008). Espericueta et al.(2006 dalam Yang et al., 2010) menyatakan logam cenderung terikat dalam sedimen dengan butiran permukaan halus dan bahan organik. Wangersky (1986 dalam Yang et al., 2010) melaporkan pengayaan logam terjadi dalam sedimen yang kaya bahan organik, hal ini disebabkan karena adanya interaksi antara gugus fungsi senyawa organik dengan logam (Mulligan dan Yong, 2006). Nguyenet al. (2010) dalam penelitiannya di Vietnam, melaporkan adanya korelasi positif antara kandungan logam Pb, Cu dan Ni dengan kandungan bahan organik. Fukue et al. (2006) menyatakan bahwa kandungan logam yang tinggi dalam sedimen ada kaitannya dengan kandungan bahan organik yang dihasilkan oleh humus.Diduga hal ini yang menyebabkan tingginya kadar logam berat di Stasiun 4 dibandingkan stasiun lain. Secara keseluruhan kadar Ni paling tinggi dibandingkan dengan logam lain. Kadar Ni yang tinggi ini berasal dari Teluk Lasolo yang terbawa arus, masuk dan mengendap di perairanTeluk Wawobatu, mengingat di kawasan pantai Lasolo banyak beroperasi tambang nikel, disamping yang berasal dari Teluk Kendari dan aliran sungaiyang bermuara ke perairan Teluk Wawobatu.
Pada Tabel 2 berikut disajikan hasil analisis indeks dari sedimen. Dari tabel tersebut dapat dilihat factor kontaminasi (CF) Pb berkisar 0,185-1,094 dengan rerata 0,483 (<1) yang berarti bahwa sedimen termasuk kategori terkontaminasi rendah. Nilai indeks geoakumulasi (I-geo) Pb berkisar -3,018 sampai dengan -0,454 dengan rerata -1,897 (<0), yang berarti sedimen tidak tercemar oleh Pb. Faktor kontaminasi (CF) Cd berkisar 2,616-4,616 dengan rerata 4,616. Nilai ini lebih besar dari 3 dan lebih kecil dari 6, yang berarti sedimen termasuk kategori terkontaminasi cukup. Indeks geoakumulasi (I-geo) Cd berkisar 0,8-1,621 dengan rerata 1,259. Nilai ini lebih besar dari 1 dan lebih kecil dari 2, yang berarti sedimen termasuk kategori tercemar ringan.Faktor kontaminasi (CF) Cu berkisar 0,049-0,174 dengan rerata 0,086 (<1) yang berarti sedimen termasuk kategori terkontamimasi rendah. Indeks geoakumulasi (I-geo) Cu berkisar -4,965 sampai -3,107 dengan rerata -4,275 (<0), yang berarti sedimen termasuk kategori tidak tercemar oleh Cu. Faktor kontaminasi (CF) Zn berkisar 0,261-0,736 dengan rerata 0,394 (<1) yang berarti sedimen termasuk kategori terkontaminasi rendah. Indeks geoakumulasi (I-geo) Zn berkisar -4,298 sampai 1,026 dengan rerata -2,402 (< 0), yang berarti sedimen termasuk kategori tidak tercemar oleh Zn. Faktor kontaminasi (CF) Ni berkisar 0,497-0,964 dengan rerata 0,695 (<1), yang berarti sedimen termasuk kategori terkontaminasi rendah. Indeks geoakumulasi (I-geo) Ni berkisar – 1,595 sampai -0,639 dengan rerata -1,142 (<0), yang berarti sedimen termasuk kategori tidak tercemar oleh Ni.
Pada Tabel 3 berikut disajikan nilai indeks beban pencemaran (PLI) di setiap stasiun.Dari tabel tersebut dapat dilihat nilai PLI berkisar 0,391-0,909 dengan rerata 0,517, nilai ini lebih kecil dari 0 (PLI<0), yang berarti secara keseluruhan sedimen di perairan Teluk Wawobatu, Kendari ini tidak tercemar oleh logam Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni.

Tabel2. Kadar Pb (ppm), faktor kontaminasi (CF) dan indeks geoakumulasi (I-geo) dalam sedimen di Teluk Wawobatu, Kendari
STASIUN
Pb
Cd
Cu
Zn
Ni
CF
I-geo
CF
I-geo
CF
I-geo
CF
I-geo
CF
I-geo
1
0,341
-2,135
3,5
1,222
0,049
-4,965
0,261
-2,522
0,635
1,241
2
0,318
-2,235
2,613
0,800
0,057
-4,717
0,266
-4,298
0,732
-1,035
3
0,479
-1,645
4,416
1,557
0,073
-4,351
0,355
-2,077
0,497
-1,595
4
1,094
-0,454
4,616
1,621
0,174
-3,107
0,736
-1,026
0,964
-0,639
5
0,185
-3,018
3,21
1,097
0,080
-4,237
0,352
-2,089
0,651
-1,204
Min
0,185
-3,018
2,613
0,8
0,049
-4,965
0,261
-4,298
0,497
-1,595
Mak
1,094
-0,454
4,616
1,621
0,174
-3,107
0,736
-1,026
0,964
-0,639
SD
0,356
0,945
2,613
0,338
0,050
0,714
0,196
1,194
0,172
0,347
Rerata
0,483
-1,897
4,616
1,259
0,087
-4,275
0,394
-2,402
0,695
-1,142



Tabel 3. Nilai PLI logam berat dalam sedimen di perairan Teluk Wawobatu, Kendari

STASIUN
TELUK BAY
PLI (Pollution Load Index)
PENELITIAN
KONSENTERASI LOGAM BERAT
(CF PbxCFCdxCFCuxCFZnxCFNi)1/5

CF Pb
CF Cd 
CF Cu
CF Zn
CF Ni

1
0,341
3,5
0,049
0,261
0,635
0,394
2
0,318
2,613
0,057
0,266
0,732
0,391
3
0,479
4,416
0,073
0,355
0,497
0,486
4
1,094
4,616
0,174
0,736
0,964
0,909
5
0,185
3,21
0,080
0,352
0,651
0,404
Min
0,185
2,613
0,049
0,261
0,497
0,391
Max
1,094
4,616
0,174
0,736
0,964
0,909
SD
0,356
0,838
0,050
0,196
0,172
0,222
Rerata
0,483
3,671
0,087
0,394
0,685
0,517 (<1)

Secara rerata kadar Ni>Zn>Pb>Cu>Cd, data ini menunjukkan sedimen lebih banyak mengakumulasi logam Ni dibandingkan dengan yang lain. Kandungan Ni yang tinggi ini berasal dari Teluk Lasolo yang di kawasan pantainya banyak beroperasi tambang nikel. Selain itu juga berasal dari Teluk Kendari dan aliran sungai yang bermuara ke perairan Teluk Wawobatu. Kadar logam berat yang tinggi di Stasiun 4 disebabkan oleh perbedaan tekstur sedimen. Tekstur sedimen di Stasiun 4 didominasi oleh lumpur yang berwarna hitam. Kadar Pb, Cd, Zn, Cu dan Ni masih lebih rendah dari nilai ambang batas yang ditetapkan oleh Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup (2010) dan Baku Mutu Sedimen Ontario (2008). Kadar Pb, Cu dan Zn masih lebih rendah dari kadar alaminya, sedangkan Cd dan Ni lebih tinggi. Data ini menunjukkan sedimen di perairan ini telah terkontaminasi oleh Cd dan Ni. Secara keseluruhan, berdasarkan nilai PLI, sedimen di perairan Teluk Wawobatu, Kendari ini termasuk kategori tidak tercemar (PLI<1) dan belum berbahaya untuk kehidupan biota laut yang hidup dan mencari makan dalam sedimen, dan berdasarkan nilai I-geo, sedimen di perairan ini termasuk kategori tercemar sedang oleh Cd (0<I-geo<2), dantidak tercemar oleh Pb, Cu, Zn, dan Ni (I-geo<0).



BAB III
PENUTUP
3.1     Kesimpulan
Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan densitas lebih besar dari5g/cm3, terletak disudut kanan bawah pada system periodik unsur, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92, dari periode 4 sampai 7 (Miettinen, 1977 dalam Ernawati, 2010.
Logam berat adalah unsur alami dari kerak bumi. Logam yang stabil dan tidak bisa rusak atau hancur, oleh karena itu mereka cenderung menumpuk dalam tanah dan sedimen. Banyak istilah logam berat telah diajukan, berdasarkan kepadatan, nomor atom, berat atom, sifat kimia atau racun. Logam berat yang dipantau meliputi: Lead (Pb), Cadmium (Cd), Zinc (Zn) dan Nickel (Ni).
 Adapun Jenis-Jenis Sedimen adalah sebagai berikut :
1.      Lithougenus sedimen
2.      Biogeneuos sedimen
3.      Hidreogenous sedimen
4.      Cosmogerous sedimen
Secara rerata kadar Ni>Zn>Pb>Cu>Cd, data ini menunjukkan sedimen lebih banyak mengakumulasi logam Ni dibandingkan dengan yang lain. Kandungan Ni yang tinggi ini berasal dari Teluk Lasolo yang di kawasan pantainya banyak beroperasi tambang nikel. Selain itu juga berasal dari Teluk Kendari dan aliran sungai yang bermuara ke perairan Teluk Wawobatu. Kadar logam berat yang tinggi di Stasiun 4 disebabkan oleh perbedaan tekstur sedimen. Tekstur sedimen di Stasiun 4 didominasi oleh lumpur yang berwarna hitam.

3.2     Saran
Diharapkan untuk masyarakat dan civitas akademika lebih menaruh prihatin terhadap hal hal yang merusak lingkungan terkhusus pada teluk-teluk yang harusnya menjadi perhatian untuk sebuah daerah namun karena aktivitas manuisa itu sendiri berdampak pada anak cucu kedepannya.


DAFTAR PUSTAKA

Edward.2014. Pusat Penelitian Oseanografi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O-LIPI). Kadar Logam Berat Pb, Cd, Cu Dan Zn Pada Air Laut, Sedimen di Perairan  Teluk wawobatu, Sulawsi Tenggara http://heavymetals-contens-analystPb,Cu,Cd,Zn/an/sea/waters.pdf.
(diakses pada 15 Januari 2015)
Elisabeth, R, dkk. Penentuan Kandungan Logam pada Ikan Kembung dengan Metode Analisis Aktifasi newtron. [Online Jurnal]. 2008; 79 (6). http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/51082429.pdf.
(diakses pada 15 Januari 2015)
Zhou. Biomonitoring: An Appealing Tool for Assessment of Metal Pollution in the Aquatic Ecosystem. Elsevier. [Online Jurnal]. 2008; 84 (3).
(diakses pada 15 Januari 2015)  
(diakses pada 15 Januari 2015)
(diakses pada 15 Januari 2015)
(diakses pada 16 Januari 2015)
(diakses pada 16 Januari 2015)
(diakses pada 15 Januari 2015)

0 comments:

Post a Comment