Advertiser

Favorit Song ( Marry Your Daughter)

Wednesday, March 16, 2016

POLA MAKSIMAL MINIMAL MALARIA



BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang masih memiliki angka kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular dan keracunan yang cukup tinggi. Kondisi ini menyebabkan perlunya peningkatan sistem kewaspadaan dini dan respon terhadap KLB tersebut dengan langkah-langkah yang terprogram dan akurat, sehingga proses penanggulangannya menjadi lebih cepat dan akurat pula. Untuk dapat mewujudkan respon KLB yang cepat, diperlukan bekal pengetahuan dan keterampilan yang cukup dari para petugas yang diterjunkan ke lapangan.
Kenyataan tersebut mendorong kebutuhan para petugas di lapangan untuk memiliki pedoman penyelidikan dan penanggulangan KLB yang terstruktur, sehingga memudahkan kinerja para petugas mengambil langkah-langkah dalam rangka melakukan respon KLB. (Depkes RI, 2013).
Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium melalui perantaraan gigitan nyamuk Anopheles betina. Kasus  malaria kebanyakan berada di daerah tropis (Achmadi, 2013). Gejala klinis yang ditimbulkan oleh penyakit malaria adalah demam (suhu antara 37,50 C sampai 400 C), menggigil, berkeringat, gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot atau pegal-pegal, pucat pada orang dewasa (Anies, 2006).
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang cukup berbahaya di dunia yang mengenai hampir 170 juta orang tiap tahunnya. Menurut The World Health Organization (WHO), sekitar 41% penduduk dunia atau 2,3 miliyar penduduk tinggal di daerah endemis yang berisiko terinfeksi malaria, sebanyak 300-500 juta diantaranya terinfeksi malaria setiap tahunnya atau diperkirakan 1,5-2,7 juta meninggal per tahun (Depkes RI, 2007).
Malaria masih tergolong penyakit menular yang masih bermasalah, penyakit ini berjangkit mulai dari dataran rendah hingga dataran  tinggi baik kota maupun di desa. Kasus malaria klinis tahun 2014 di Indonesia dilaporkan sebanyak 1.143.024 kasus sebesar 75,5% dari kasus tersebut diperiksa sediaan darahnya, dan dihasilkan 23,1% sediaan darah yang positif. Indikator untuk upaya penemuan penderita di wilayah Jawa-Bali menggunakan Annual Parasite Incidence (API) atau Angka Parasit Malaria per 1.000 penduduk. Pada tahun 2014 API Jawa-Bali sebesar 0,17 per 1.000 penduduk. Upaya pengendalian malaria untuk wilayah di luar Jawa-Bali menggunakan  Annual Malaria Incidence (AMI). Pada tahun 2013 AMI di luar Jawa-Bali sebesar 24,75 per 1.000 penduduk. Tahun 2014 sebesar 12,27 per 1.000 penduduk (Kemenkes, 2010).
Salah satu daerah sebaran  malaria adalah di wilayah Kecamatan Abeli. Data Puskesmas Abeli jumlah penderita malaria cukup banyak, walaupun dari tahun ke tahun angka kejadian penyakit malaria sudah mulai menunjukan penurunan. Tahun 2012 tercatat angka kejadian penyakit malaria sebesar 237 kasus. Tahun 2013 tercatat angka kejadian penyakit malaria sebesar 528 kasus. Tahun 2014 tercatat angka kejadian penyakit malaria sebesar 202 kasus (Puskesmas Abeli, 2015). 
Berdasarkan dengan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan identifikasi pada Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Malaria di wilayah kerja Pusksmas Abeli tahun 2013-2014 dengan menggunakan pola maksimal minimal.
B.        Tujuan
1.      Tujuan umum
Mengidentifikasi Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Malaria di wilayah kerja Pusksmas Abeli tahun 2013-2014 dengan menggunakan pola maksimal minimal.

2.      Tujuan khusus
a.       Mengetahui kejadian malaria menurut orang, waktu dan tempat.
b.      Mengetahui terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit Malaria dengan pendekatan pola maksimal minimal.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.    Tinjauan tentang Penyakit Malaria
a.    Pengertian
Penyakit malaria merupakan penyakit yang sampai saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di dunia dan Indonesia khususnya yang belum bisa ditangani secara tuntas. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi parasit Plasmodium sp yang disebarkan oleh nyamuk betina Anopheles sp dan ditularkan dari orang sakit ke orang yang sehat melalui gigitan nyamuk tersebut sebagai vektor malaria. Tercatat ada 4 spesies parasit penyebab malaria yaitu Plasmodium ovale, Plasmodium malariae, Plasmodium vivax dan Plasmodium falciparum. Terakhir yang paling ganas dapat menyebabkan kematian, terutama pada anak-anak dibawah usia lima tahun. Parasit yang ditularkan lewat nyamuk biasanya masuk ke hati dan berubah menjadi merozoites, masuk ke aliran darah, menginfeksi sel darah merah dan berkembang biak (Nurhayati, 2006).
b.   Faktor-Faktor yang mempengaruhi malaria berdasarkan trias epidemiologi
Penyebaran penyakit malaria ditentukan oleh faktor host, agent, dan environment yakni sebagai berikut:
a.     Pejamu (Host)
1.    Manusia (Host intermediate)
Pada dasarnya setiap orang bisa terinfeksi oleh agen atau penyebab penyakit dan tempat berkembang biaknya agent (parasit plasmodium). Bagi pejamu ada beberapa faktor intrinsik yang mempengaruhi manusia sebagai penjamu pada penyakit malaria, yaitu usia, jenis kelamin, ras, sosial ekonomi, status perkawinan, riwayat penyakit sebelumnya, cara hidup, keturunan, status gizi dan tingkat imunitas.
2.    Nyamuk Anopheles (Host difinitive)
Nyamuk Anopheles memerlukan tempat hidup untuk kelangsungan hidupnya, hubungan antara tempat hidup tersebut sebagai tempat berkembang biak. Tempat istirahat dan tempat mencari darah. Nyamuk Anopheles biasanya aktif mencari darah pada malam hari, ada yang mulai senja sampai tengah malam, ada yang mulai tengah malam sampai menjelang pagi hari (Depkes RI, 1999).
b.      Agent (Parasit)
            Agent penyebab malaria adalah genus Plasmodium, Famili Plasmodiidae dari ordo Coccidiidae. Parasit malaria memerlukan dua macam fase untuk kelangsungan hidupnya. Fase malaria dalam badan manusia disebut fase aseksual yang terdiri atas fase di luar sel darah merah dan fase dalam sel darah merah yang terbagi dalam:
1.         Fase sisogoni yang menimbulkan demam.
2.         Fase gametomi yang menyebabkan seseorang menjadi sumber penular  penyakit bagi nyamuk malaria.
c.       Lingkungan (Environment)
 Lingkungan adalah dimana manusia dan nyamuk berada. Nyamuk berkembang biak dengan baik bila lingkungannya sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan oleh nyamuk untuk berkembang biak. Lingkungan dapat dikelompokkan ke dalam 4 (empat) kelompok yaitu:
1.      Lingkungan fisik
Suhu udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus atau masa inkubasi ekstrinsik, terutama curah hujan.  Hujan yang berselang-seling dengan panas, berhubungan langsung dengan perkembangan larva nyamuk. Tersedianya air yang terus-menerus memungkinkan nyamuk bertelur dan berkembang biak.
2.      Lingkungan biologi
Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai tumbuhan lainnya dapat mempengaruhi kehidupan larva karena dapat menghalangi sinar matahari atau melindungi  dari serangan mahluk hidup lainnya. Adanya berbagai macam ikan pemakan seperti ikan kepala timah (panchas sp), gambusia, nila, mujair dan lain-lain akan mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah.
3.      Lingkungan kimiawi
Lingkungan kimia yang sampai saat ini baru diketahui pengaruhnya adalah kadar garam ditempat perindukan, misalnya Anopheles Sundaicus berkembang optimal di daerah air payau yang kadar garamnya berkisar antara 12% sampai 18% dan tidak berkembang biak pada kadar garam lebih 40%. Walaupun dibeberapa tempat seperti di Sumatera utara Anopheles Sundaicus ditemukan pada air tawar sedangkan Anopheles letifer dapat hidup di tempat dengan kadar asam/ pH rendah.
4.      Lingkungan sosial budaya
Faktor ini kadang-kadang besar sekali pengaruhnya dibanding dengan faktor lingkungan yang lain seperti yang telah diuraikan pada faktor yang dominan pada status kesehatan. Kebiasaan untuk berada di luar rumah sampai larut malam yang vektornya lebih bersifat eksofilik dan eksofagik akan memperbesar jumlah frekuensi gigitan nyamuk. Penggunaan kelambu, kawat kasa, kondisi rumah dan penggunaan zat penolak nyamuk yang intesitasnya berbeda akan mempengaruhi angka kesakitan malaria (Depkes RI, 1999).
c.    Penyebab penyakit malaria
 Di Indonesia dikenal 4 jenis penyebab penyakit malaria, yaitu Plasmodium vivax, P. malariae, P. ovale, dan P. falciparum. Gejala dan intensitas serangan ke- 4 plasmodium tersebut pada garis besarnya sama. Namun, setiap plasmodium tersebut memberikan karakteristik tersendiri.
1.  Plasmodium vivax
 Plasmodium vivax akan memberikan intensitas serangan dalam bentuk demam setiap 3 hari sekali, sehingga sering dikenal dengan istilah malaria tertiana. Jenis malaria ini tersebar hampir diseluruh kepulauan di Indonesia dan merupakan jenis malaria terbanyak  yang dijumpai di daerah pesisir. Masa inkubasi  malaria tertiana  berkisar antara 12-17 hari, yang diawali dengan gejala nyeri kepala, nyeri pinggang, mual, muntah, dan badan terasa lesu. Pada awalnya timbul demam yang tidak teratur kemudian disusul dengan demam teratur setiap 48 jam sekali diwaktu siang dan sore hari. Suhu badan dapat mencapai 410C. Keadaan ini dapat diikuti dengan pembengkakan  limpa dan timbul cacar herpes pada bibir, pusing, dan rasa mengantuk.  Kondisi tersebut terjadi  karena ada gangguan pada otak.
2.  Plasmodium malariae
Plasmodium malariae akan  menyebabkan  serangan demam setiap 4 hari sekali sehingga sering dikenal dengan istilah malaria quartana. Jenis malaria ini dapat tumbuh subur di daerah tropik, baik di dataran rendah maupun tinggi.  Masa  inkubasi  Plasmodium ini antara 18-40 hari. Gejala serangannya menyerupai  Plasmodium vivax. Namun, demam dirasakan pada sore hari dengan frekuensi  yang teratur. Plasmodium malariae dapat menyebabkan gangguan pada ginjal yang bersifat menahun.
3. Plasmodium ovale.
Plasmodium ovale banyak dijumpai di Indonesia bagian timur, terutama di Papua. Gejalanya mirip dengan serangan Plasmodium vivax. Malaria yang disebabkan parasit jenis ini relatif  jarang kambuh dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.
4.  Plasmodium falciparum.
Penyakit malaria yang disebabkan oleh plasmodium falciparum banyak dijumpai diseluruh kepulauan Indonesia. Penyakit malaria jenis ini termasuk malaria ganas dengan masa inkubasi 9-14 hari. Serangan dari Plasmodium jenis ini diawali dengan rasa nyeri kepala, pegal linu, dan nyeri pinggang yang dilanjutkan dengan rasa mual serta muntah. Bila keadaan ini tidak segara diobati, intensitas serangan semakin berat, bahkan dapat menyerang limpa dan hati. Apabila hati sudah terkena, akan timbul gejala tambahan yang menyerupai penyakit kuning. Selain itu, penderita merasa gelisah dan kadang-kadang mengigau diikuti dengan keluarnya keringat dingin dan disertai dengan peningkatan frekuensi denyut nadi serta pernapasan.
Penyakit ini dapat menyerang ginjal yang ditandai warna air kencing menjadi keruh dan menghitam. Gejala selanjutnya mata membengkak dan penderita tidak dapat mengeluarkan air kencing dengan baik. Akibat paling buruk akan terjadi bila Plasmodium tersebut sudah menyerang otak sehingga menyebabkan gumpalan darah pada pembuluh darah. Akibat lebih lanjut dapat menyebabkan proses kelumpuhan, menurunnya kesadaran, dan akhirnya penderita tersebut meninggal.  Serangan dari Plasmodium jenis ini memberikan gejala yang paling berat sehingga proses pengobatan perlu dilakukan dengan takaran yang tinggi. Selain itu, perlu diberikan tambahan obat-obatan yang lain untuk mengurangi gejala yang ditimbulkan (Depkes, 2003).
d.   Gejala malaria
Gejala klasik malaria ditemukan pada penderita yang berasal dari daerah non endemis malaria atau belum mempunyai kekebalan (imunitas). Penderita demikian baru pertama kali menderita, terdiri atas tiga stadium yang berurutan.
1.    Menggigil (selama 15-60 menit), terjadi setelah pecahnya skizon dalam eritrosit dan keluar zat-zat antigenik, demam (selama 2-6 jam), timbul setelah penderita menggigil.
2.    Demam dengan suhu badan  sekitar 37,5oC- 40oC, sedangkan pada penderita hiperparasitemia (lebih dari 5%) suhu meningkat sampai lebih dari 41oC.
3.    Berkeringat (selama 2-4 jam), timbul setelah demam, terjadi akibat gangguan metabolisme tubuh sehingga produksi keringat bertambah. Kadang dalam keadaan berat, keringat sampai membasahi tubuh. Biasanya setelah berkeringat penderita merasa sehat kembali.
Di daerah endemis malaria, dalam hal ini penderita telah mempunyai imunitas terhadap malaria, gejala klasik tersebut timbul tidak berurutan, bahkan bisa jadi tidak ditemukan atau kadang-kadang muncul gejala lain. Gejala malaria kaitannya dengan pemberantasan malaria adalah demam, menggigil, berkeringat, disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot atau pegal-pegal, pucat pada orang dewasa (Anies, 2006).
e.   Cara penularan penyakit malaria
a.       Penularan secara alamiah (natural infection)
Pada penularan secara alamiah ini malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Dari sekitar 400 spesies nyamuk Anopheles telah ditemukan 67 yang dapat menularkan malaria dan 24 diantaranya ditemukan di Indonesia.
b.      Penularan secara tidak alamiah
Penularan secara tidak alamiah, bisa dengan sengaja dengan tidak sengaja. Malaria yang ditularkan dengan cara ini mempunyai masa inkubasi yang lebih pendek.
1.      Malaria bawaan, yang ditularkan melalui ibu hamil.
2.      Penularan yang disebabkan oleh penggunaan plasmodium sebagai pengobatan, seperti pada neurosiphilis.
3.      Penularan melalui jarum suntik dan tranfusi darah.
a.    Pencegahan malaria
1.         Pencegahan tingkat pertama.
Upaya Pencegahan malaria bukanlah hal yang sederhana. Usaha pengendalian malaria harus dijalankan secara terus-menerus dan intensif, usaha terpadu dalam segala hal harus dijalankan secara berkesinambungan, disamping itu partisipasi masyarakat dalam upaya pencegahan malaria sangatlah diperlukan berkaitan dengan penyebaran penyakit malaria. Masyarakat seringkali melupakan akar permasalahan sehingga penyakit malaria dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).
Upaya pencegahan malaria diharapkan masyarakat mampu mempertahankan perilaku-perilaku positif sehingga mampu mendukung upaya pencegahan malaria antara lain:
a.  Senantiasa menjaga kebersihan sanitasi lingkungan baik di dalam maupun di luar rumah termaksud peningkatan perilaku hidup sehat dan bersih.
b.  Menghindari kegiatan-kegiatan atau kebiasaan yang memudahkan masyarakat masuk kontak langsung dengan vektor penyakit malaria, misalnya kebiasaan keluar di malam hari, kebiasaan bermalam di kebun dan lain-lain.
2. Pencegahan tingkat kedua.
Pencegahan malaria sebagai upaya partisipasi masyarakat sangat penting karena dalam upaya pencegahan malaria faktor host, agent, environment sangat erat hubungannya dalam proses munculnya penyakit malaria. Dalam upaya pencegahan tingkat ini perlu dilakukan upaya sebagai berikut:
a.       Penimbunan genangan-genangan air  agar tidak menjadi wadah berkembangnya nyamuk Anopheles.
b.      Penyemprotan rumah-rumah di daerah endemis yang sering terlupakan sehingga menyebabkan peningkatan jumlah vektor malaria.
c.       Pembuatan drainase yang baik serta memenuhi syarat sehingga perkembangbiakan nyamuk Anopheles dapat dihindari.
d.      Pemakaian kelambu saat tidur pada  malam hari untuk menghindari gigitan nyamuk.
e.       Pemasangan kawat kasa untuk menghalau masuknya nyamuk kedalam rumah.
f.       Upaya peningkatan kualitas sanitasi lingkungan rumah
(Depkes RI, 2007).









BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI

A.    Keadaan Wilayah

Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu pada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Dengan kata lain puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan di wilayah kerjanya.

Puskesmas Abeli merupakan salah  satu  dari 15 Puskesmas yang ada di Kota Kendari, yang terletak di Kelurahan Abeli Kecamatan Abeli . Jarak dari Kantor Walikota  ± 73,13 km2.

1.      Keadaan Geografis
Puskesmas Abeli terletak di Kelurahan Abeli Kecamatan Abeli yang tediri atas 8 (delapan),dengan batasnya adalah sebagai berikut:
·         Sebelah Utara berbatasan Teluk Kendari
·         Sebelah Selatan berbatasan dengan. Kecamatan Konda
·         Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Moramo
·         Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Matabubu kecamatan Poasia
Keadaan alam di wilayah kerja Puskesmas Abeli terdiri dari dataran (53%), pegunungan/bukit (47%). Iklim di wilayah kerja Puskesmas Abeli adalah iklim tropis dengan musim hujan umumnya bulan Desember - Mei dan musim kemarau terjadi bulan Juni - November. Suhu udara rata-rata berkisar antara 27 ºC - 37 ºC.
2.      Keadaan Demografis (Kependudukan)
Berdasarkan hasil pendataan terakhir, jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Abeli adalah 16032 jiwa yang tersebar dalam 8 (delapan) wilayah kelurahan.
Adapun untuk lebih jelasnya distribusi penduduk perkelurahan, disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 1. Distribusi Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli tahun 2014
No.
Nama Kelurahan
Jumlah Penduduk ( Jiwa )
1.
Puday
1681
2.
Lapulu
4019
3.
Abeli
1775
4.
Benuanirae
1639
5.
Tobimeita
2052
1.
Anggalomelai
1635
2.
Poasia
1579
3.
Talia
1552
3.
Total
16032

3.      Sosial, Ekonomi dan Budaya
            Mata pencaharian terbesar penduduk adalah swasta (41,7%). Selebihnya adalah nelayan (19,2%), PNS/ABRI (17,2%), Pertukangan (7,4%) dan petani (5,7%).
 Masyarakat terdiri dari berbagai macam suku. Mayoritas adalah suku Tolaki, Bugis, Muna dan, selebihnya adalah Buton, Jawa, dan Kendari. Sebagian besar memeluk agama Islam. Agama lain yang dianut adalah Kristen, Katolik, Hindu dan Budha.
B.     Sarana Kesehatan
1.      Sarana Fisik
Puskesmas Abeli terletak di Kelurahan Abeli dimana wilayah kerja Puskesmas Abeli terdapat 2 jenis sarana kesehatan yaitu sarana kesehatan pemerintah dan sarana kesehatan bersumber daya masyarakat, dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 2. Jenis dan Jumlah Sarana Kesehatan Puskesmas Abeli
Tahun 2014
No.
Jenis Sarana Kesehatan
Jumlah
1.
Sarana kesehatan pemerintah:
      Puskesmas Perawatan
Puskesmas pembantu

1
3
2.
Sarana kesehatan bersumber daya masyarakat:
      Posyandu Balita
      Posyandu Lansia

17
3

a.     Puskesmas Induk
Puskesmas induk Abeli terletak di Kelurahan Abeli Kecamatan Abeli dan mempunyai ruangan berjumlah 15 ruangan. Dari seluruh ruangan tersebut difungsikan sebagai Ruangan Kepala Puskesmas, Ruangan Tata Usaha, Ruangan Poli Umum,Poli MTBS,Ruangan Poli Gigi, Ruangan Kartu, Ruangan Kesling/Promkes, Ruangan Gizi, Ruangan P2M, Ruangan Apotik, Ruangan KIA/KB. Ruang UGD, Ruang Rawat Inap, Ruang Instalasi Gizi dan Ruangan Gudang Obat.
b.     Puskesmas Pembantu
Di Puskesmas Abeli terdapat 3 (tiga) buah Pustu yaitu Puskesmas Pembantu Lapulu yang terletak di Kelurahan Lapulu, Puskesmas Pembantu Talia di Kelurahan Talia dan Puskesmas Pembantu Benuanirae
Selain bangunan Puskesmas Induk dan Puskesmas Pembantu di Puskesmas Abeli juga terdapat perumahan dinas sebanyak 2 (Dua) buah, dengan perincian sebagai berikut:
         Rumah Dokter               :       1  buah
         Rumah Paramedis          :       2  buah, 1 di fungsikan sebagai poli MTBS,Klinik Gizi dan sanitasi.
c.    Posyandu
Posyandu yang berada dalam wilayah kerja Puskesmas Abeli secara keseluruhan termasuk dalam kategori Posyandu Purnama dan Posyandu Mandiri. Terdapat 17 (delapan belas) buah posyandu yang tersebar di 8 (delapan) Kelurahan. Setiap Posyandu dibina oleh satu orang petugas dari Puskesmas. Pembina Posyandu diwajibkan hadir setiap ada Posyandu di kelurahan binaannya.
2. Transportasi Dan Komunikasi
Puskesmas Abeli terletak di jalan poros Kecamatan Abeli yang dilalui kendaraan umum, dimana saat ini, seluruh jalan telah dilakukan pengaspalan dan dapat dikatakan kondisi jalan dalam keadaan baik.
Untuk menjangkau seluruh kelurahan pada wilayah kerja Puskesmas Abeli dapat menggunakan kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat. Sarana transportasi yang dimiliki Puskesmas Abeli saat ini terdiri dari 15 (lima belas) buah kendaraan roda dua dan 2 buah kendaraan roda empat. Tetapi 4 unit kendaraan roda dua kondisinya sudah rusak berat.
Sarana komunikasi yang ada adalah satu buah hp  yang terdapat di kantor Puskesmas.Sedangkan sarana informasi adalah  1(satu) unit PC komputer dan 1 unit Laptop dalam kondisi baik, hp puskesmas dalam keadaan baik, no telepon 082323333824.
2.      Sarana Pengobatan
Dalam rangka melaksanakan pelayanan pengobatan, Puskesmas Abeli mendapatkan sarana obat-obatan yang berasal/bersumber dari:
a.       Obat-obatan PKD (APBD)
b.      Obat-obatan Program (Kompensasi BBM)
c.       Pembelian bagi obat-obatan yang dirasa perlu
Adapun penggunaan di Puskesmas dan pangambilan obat di Gudang Farmasi Kota Kendari didasarkan atas pola penyakit yang ada di wilayah kerja Puskesmas Abeli.
C.    Tenaga Kesehatan
Dalam menjalankan fungsinya sebagai Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas Abeli memiliki beberapa staf sebagai pelaksana tugasnya, yang masing-masing bekerja sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.
Jenis Ketenagaan di Puskesmas Abeli sampai Tahun 2013 adalah sebagai berikut:
a.    PNS
1.                                 Dokter Umum             : 1 orang
2.                                 Pekarya                       : 1 orang
3.                                 Administrasi                : 1 orang
4.                                 S1 Kesmas                  : 3 orang
5.                                 S1 Keperawatan          : 3 orang
6.                                 Bidan (D3)                  : 7 orang
7.                                 Bidan  (D1)                 : 3 orang
8.                                 Sanitasi (AKL)            : 2 orang
9.                                 Perawat ( D3 )             : 4 orang
10.                             SPK                             : 7 orang
11.                             Perawat Gigi               : 1 orang
12.                             Tenaga Gizi (AMG)    : 2 orang
13.                             SMU                           : 3 orang
b.   Tenaga Sukarela/ PTT            
1.            Dokter Umum                       : 1 orang
2.            Dokter Gigi               : 1 orang
3.            S1 Kesmas                 : 5 orang
4.            S1 Keperawatan        : 1 orang
5.            Bidan (D3)                : 9 orang
6.            Sanitasi (AKL)          : 1 orang
7.            Perawat ( D3 )           : 11 orang
8.            Perawat Gigi              : 2 orang
9.            Tenaga Gizi (SPAG) : 1 orang




















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
Dari hasil kunjungan lapangan di Puskesmas Abeli diperoleh data mengenai distribusi penderita malaria sebagai berikut yaitu:
1.      Distribusi Penyakit Malaria Berdasarkan Waktu (Bulan)
Distribusi penyakit malaria berdasarkan waktu (bulan) di puskesmas Abeli pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3
Distribusi Penyakit Malaria Berdasarkan Waktu (bulan) di
Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2012-2014

Distribusi Berdasarkan Waktu
Tahun
Bulan
2012
2013
2014
n
%
n
%
n
%
Januari
28
11.81
82
15.53
11
40.59
Februari
12
5.06
90
17.04
12
44.55
Maret
60
25.31
80
15.15
18
39.60
April
14
5.90
38
7.19
19
18.81
Mei
14
5.90
34
6.43
26
16.83
Juni
16
6.75
37
7.00
9
18.31
Juli
8
3.37
42
7.95
15
20.79
Agustus
7
2.95
17
3.21
13
8.41
September
12
5.06
15
2.84
17
7.42
Oktober
25
10.54
32
6.06
21
15.84
November
20
8.43
37
7.00
24
18.31
Desember
21
8.86
24
4.54
17
11.88
Total
237
100
528
100
202
100
  Sumber : Data Sekunder Puskesmas Abeli Tahun 2015
Berdasarkan Tabel 3 diperoleh gambaran bahwa kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Abeli naik turun atau berfluktuasi mulai tahun 2012 sampai 2014 dimana terjadi peningkatan kejadian penyakit malaria pada tahun 2013. Penyakit malaria terbanyak terjadi pada tahun 2013 dengan jumlah kejadian sebesar 528 kejadian kasus. Jika dilihat angka kejadian berdasarkan bulan, maka kejadian penyakit malaria tertinggi selama tahun 2012 sampai tahun 2014 adalah pada bulan Februari tahun 2013 dengan jumlah kejadian malaria sebesar 90 kasus.
2.      Distribusi Penyakit Malaria Berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi kejadian penyakit  menurut Jenis Kelamin di wilayah kerja Puskesmas Abeli pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4
Distribusi Penderita Malaria Menurut Jenis Kelamin di
Puskesmas  Abeli Kota Kendari
Tahun 2012-2014

Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin
Tahun

Jenis kelamin
2012
2013
2014
N
%
N
%
N
%
laki-laki
139
58.64
317
60.03
130
64.35
Perempuan
98
41.35
211
39.96
72
35.64
Total
237
100
528
100
202
100
                   Sumber: Data Sekunder Puskesmas Abeli Tahun 2015
Dari tabel 2 terlihat bahwa kejadian malaria secara keseluruhan lebih banyak terjadi yang berjenis kelelamin Laki-laki yaitu sebesar 447 penderita.  Kejadian malaria pada jenis kelamin Laki-laki tertinggi pada tahun 2013 yaitu sebesar 317 penderita.


3.      Distribusi Penyakit Malaria Berdasarkan Tempat
Distribusi penderita penyakit Malaria berdasarkan tempat (Kelurahan) di wilayah kerja Puskesmas Abeli selama tahun 2012 sampai tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5
Distribusi Penderita Penyakit Malaria Menurut Tempat (Kelurahan) di Puskesmas Abeli Kota Kendari
Tahun 2012-2014

Distribusi Berdasarkan Tempat
Kelurahan
Jumlah Penduduk
2012
2013
2014
Puday
1681
43
55
28
Lapulu
4019
54
133
68
Abeli
1775
23
68
22
Benuanire
1639
26
58
12
Anggalomelai
2052
30
54
17
Tobimeita
1635
11
47
17
Poasia
1579
31
70
20
Talia
1552
19
43
18
Total
15932
237
528
202
        Sumber : Data Sekunder Puskesmas Abeli Tahun 2015
Dari tabel 5, terlihat bahwa kelurahan  yang memiliki penduduk paling banyak menderita Penyakit Malaria adalah Kelurahan Lapulu  dengan jumlah penderita terbanyak berada pada tahun 2013 yaitu sebanyak 133 (25,18%) penderita Penyakit Malaria, sedangkan angka penderita penyakit malaria terkecil yaitu pada kelurahan Benuanire dengan jumlah penderita 12 kasus  (5,9%) penderita pada tahun 2014.
4.      Perbandingan Pola Maksimal-Minimal kejadian Malaria (tahun 2012-2014) dengan kejadian Penyakit Malaria pada tahun 2014.
Perbandingan pola maksimal-minimal kejadian malaria untuk mengetahui terjadinya Kejadian Luar Biasa penyakit Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut:
Tabel 4
Perbandingan Pola Maksimal-Minimal (Tahun 2012-2014) dengan Tahun 2014 Kejadian Penyakit Malaria Di Wilayah Kerja
                                     Puskesmas Abeli Kota Kendari
                                                              
Tahun kejadian
Bulan
jan
Feb
mar
Apr
Mei
jun
Jul
ags
sep
okt
Nov
des
Min
28
12
60
14
14
16
8
7
12
25
20
21
Maks
82
90
80
38
34
37
42
17
15
32
37
24
Tahun 2014
11
12
18
19
26
9
15
13
17
21
24
17
Sumber : Data Sekunder Puskesmas Abeli Tahun 2015
Berdasarkan tabel 4, terlihat bahwa angka kejadian penyakit Malaria terendah selama tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 terjadi pada bulan Septemer yaitu sebesar 39 kejadian. Sedangkan angka kejadian Malaria tertinggi selama tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 143 kejadian.

Grafik 1
Perbandingan Pola Maksimal-Minimal (Tahun 2013-2008) dengan
Tahun 2014 Kejadian Penyakit Malaria Di Wilayah Kerja
Puskesmas Abeli Kota Kendari
Berdasarkan Grafik 1 terlihat bahwa selama tahun 2014, terjadi satu kali Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Malaria Di Puskesmas Abeli, yaitu pada bulan April.
Tabel 5
Perbandingan Pola Maksimal-Minimal (Tahun 2013-2008) dengan Tahun 2014  Berdasarkan Wilayah Kejadian Penyakit Malaria Di Wilayah Kerja
Tahun kejadian
Kelurahan
Bulan
jan
feb
Mar
Apr
Mei
jul
jun
ags
sep
okt
nop
Des
Minimal
Abeli
34
26
15
24
22
25
30
25
25
24
36
33

Kunjung Mae
9
6
5
0
6
5
4
4
4
6
16
0

Mario
7
5
5
4
5
5
3
2
2
8
10
0
Maksimal
Abeli
71
48
46
40
64
58
53
70
67
44
59
67

Kunjung Mae
16
10
10
11
9
7
9
16
14
21
7
18

Mario
18
11
14
16
11
13
10
15
18
25
14
20
2014
Abeli
24
30
35
34
30
45
39
37
31
23
26
27

Kunjung Mae
9
7
8
8
4
8
5
4
6
9
7
10

Mario
9
10
9
10
9
12
14
10
13
9
10
9
                                                     Puskesmas Abeli Kendari                                        
Sumber : Data Sekunder
Grafik 2
Perbandingan Pola Maksimal-Minimal (Tahun 2013-2008) dengan
Tahun 2014 Kejadian Penyakit Malaria Di Kelurahan Abeli
Puskesmas Abeli Kota Kendari




Grafik 2
Perbandingan Pola Maksimal-Minimal (Tahun 2013-2008) dengan
Tahun 2014 Kejadian Penyakit Malaria Di Kelurahan Kunjung Mae
Puskesmas Abeli Kota Kendari

Grafik 3
Perbandingan Pola Maksimal-Minimal (Tahun 2013-2008) dengan
Tahun 2014 Kejadian Penyakit Malaria Di Kelurahan Mario
Puskesmas Abeli Kota Kendari

Berdasarkan Tabel 5 dan Grafik 1, 2 dan 3, dapat dilihat bahwa dari perbandingan pola maksimal Minimal tahun 2013-2008 dengan tahun 2014 di Kelurahan Abeli tidak pernah terjadi KLB, sedangkan di Kelurahan Kunjung Mae terjadi KLB satu kali yaitu pada bulan Juni, dan di Kelurahan Mario terjadi KLB satu kali yaitu pada bulan Juli.


B.     PEMBAHASAN
Malaria adalah penyakit yang ditandai dengan buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih, dimana orang yang mengalami malaria akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua.
Dari hasil kunjungan lapangan ke Puskesmas Abeli Kota Kendari diperoleh data bahwa selama tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 terjadi kejadian penyakit Malaria sebanyak 4. 566 kejadian, dengan jumlah kejadian terbanyak terjadi pada tahun 2013 yaitu sebanyak 1.067 kejadian Malaria, kemudian disusul kejadian penyakit Malaria pada tahu 2007 yaitu sebanyak 1.055 kejadian Penyakit Malaria, kejadian pada tahun 2006 yaitu sebanyak 914 kejadian Penyakit Malaria, tahun 2014 yaitu sebanyak 963 kejadian penyakit Malaria dan tahun 2008 sebanyak 757 kejadian penyakit Malaria.
Penyakit malaria adalah jenis penyakit yang dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, namun apabila penyakit Malaria menyerang anak-anak khususnya dampaknya dapat menyebabkan kondisi yang lebih berbahaya yang dapat berujung pada kematian jika dibandingkan dengan bila penyakit Malaria menyerang orang dewasa.
   Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel 2, terlihat bahwa penyakit Malaria lebih banyak terjadi pada anak berusia 0-1 tahun  dan a. Hal ini dimungkinkan karena jumlah penduduk dengan proporsi umur lebih dari lima tahun lebih besar dibandingkan dengan proporsi k yang berusia > 5 tahun. Berdasarkan data yang diperoleh peningkatan malaria terus terjadi dari tahun ke tahun pada anak yang berusia > 5 tahun.
Tingginya angka kejadian malaria pada kelompok umur 1-5 tahun dapat meningkatkan angka kematian akibat penyakit malaria karena penduduk pada kelompok umur kurang dari lima tahun adalah kelompok penduduk yang sangat rentan dan memiliki sistem imunitas tubuh yang belum berkembang sempurna sehingga kejadian Malaria pada kelompok umur ini sangat berpotensi untuk meyebabkan kefatalan.
Berdasarkan wilayah kelurahan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Abeli, desa yang memiliki penduduk terbesar yang menderita Malaria adalah Kelurahan Abeli dengan jumlah penderita Malaria secara kumulatif selama tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 berjumlah 2.329 penderita. Hal ini sangat memungkinkan karena mengingat wilayah kerja Puskesmas Abeli yang paling dekat dengan lokasi Puskesmas adalah Kelurahan Abeli.
Berdasarkan perbandingan pola maksimal-minimal kejadian penyakit Malaria selama empat tahun yaitu tahun 2013 sampai dengan tahun 2008 dengan kejadian penyakit malaria pada tahun 2014 untuk menentukan terjadi atau tidaknya Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Malaria pada tahun 2014, terlihat bahwa sepanjang tahun 2014 telah terjadi Kejadian Luar Biasa Penyakit Malaria di Puskesmas Abeli sebanyak satu kali yaitu pada bulan April.
Berdasarkan perbandingan pola maksimal-minimal kejadian penyakit Malaria berdasarkan kelurahan, terlihat bahwa di kelurahan Kunjung Mae pernah terjadi KLB malaria pada bulan Juni, dan pada kelurahan Mario pernah juga terjadi KLb yaitu pada bulan Juli.
Tingginya angka kejadian Malaria dan timbulnya KB di tahun 2014, hal ini dapat terjadi karena wilayah kerja Puskesmas Abeli merupakan daerah-daerah kumuh, sehingga penduduk akan lebih mudah terkena penyakit malaria. Bnerdasarkan teori yang ada bahwa sanitasi lingkungan seperti tersedianya air bersih dan jamban sangat mempengaruhi terjadinya malaria. selain itu dimungkinkan karena perilaku masyarakat yang masih belum sadar terhadap pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat.
Terjadinya KLB Malaria di Puskesmas Abeli pada bulan April, ini mungkin disebabkan karena pada bulan april merupakan musim penghujan, sehingga masyarakat mungkin kesulitan mendapatkan air bersih. Sedangkan terjadinya KLB pada bulan Juni dan Juli di kelurahan Kunjung Mae dan Mario mungkin disebabkan karena pada bulan merupakan musim kemarau dan buah, sehingga masyarakat cenderung mengkonsumsi buah secara berlebihan.
























BAB V
PENUTUP

  1. Kesimpulan
1.      Kejadian Malaria di Puskesmas Abeli Kota Kendari memperlihatkan jumlah yang cenderung menurun.
2.      Kejadian Malaria tebanyak menurut tempat di Puskesmas Abeli adalah di Kelurahan Abeli
3.      Kejadian Malaria terbanyak menurut umur di Puskesmas Abeli adalah umur 1-5 tahun.
4.      Berdasarkan pola maksimal-minimal telah terjadi KLB penyakit malaria diwilayah kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari yaitu pada bulan April. Berdasarkan analisis pola maksimal-minimal di setiap kelurahan, pada tahun 2014 di kelurahan Kunjung Mae terjadi KLB pada bulan Juni dan di kelurahan Mario juga terjadi KLB pada bulan Juli.

  1. Saran
1.      Perlunya peningkatan pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih dan sehat pada masyarakat seperti higiene perorangan dengan tujuan peningkatan status kesehatan.
2.      Bagi Petugas Surveilans, sebaiknya memperbaiki proses pelaksanaan surveilans di Puskesmas Abeli.



0 comments:

Post a Comment