BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara
yang masih memiliki angka kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular dan
keracunan yang cukup tinggi. Kondisi ini menyebabkan perlunya peningkatan
sistem kewaspadaan dini dan respon terhadap KLB tersebut dengan langkah-langkah
yang terprogram dan akurat, sehingga proses penanggulangannya menjadi lebih
cepat dan akurat pula. Untuk dapat mewujudkan respon KLB yang cepat, diperlukan
bekal pengetahuan dan keterampilan yang cukup dari para petugas yang
diterjunkan ke lapangan.
Kenyataan tersebut mendorong kebutuhan para petugas di
lapangan untuk memiliki pedoman penyelidikan dan penanggulangan KLB yang
terstruktur, sehingga memudahkan kinerja para petugas mengambil langkah-langkah
dalam rangka melakukan respon KLB. (Depkes RI, 2013).
Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh
parasit dari genus Plasmodium melalui
perantaraan gigitan nyamuk Anopheles
betina. Kasus malaria kebanyakan berada
di daerah tropis (Achmadi, 2013). Gejala klinis yang ditimbulkan oleh penyakit
malaria adalah demam (suhu antara 37,50 C sampai 400 C),
menggigil, berkeringat, gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri
otot atau pegal-pegal, pucat pada orang dewasa (Anies, 2006).
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang cukup
berbahaya di dunia yang mengenai hampir 170 juta orang tiap tahunnya. Menurut The World Health Organization (WHO),
sekitar 41% penduduk dunia atau 2,3 miliyar penduduk tinggal di daerah endemis
yang berisiko terinfeksi malaria, sebanyak 300-500 juta diantaranya terinfeksi
malaria setiap tahunnya atau diperkirakan 1,5-2,7 juta meninggal per tahun
(Depkes RI, 2007).
Malaria masih tergolong penyakit menular yang masih
bermasalah, penyakit ini berjangkit mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi baik kota maupun di desa. Kasus
malaria klinis tahun 2014 di Indonesia dilaporkan sebanyak 1.143.024 kasus
sebesar 75,5% dari kasus tersebut diperiksa sediaan darahnya, dan dihasilkan
23,1% sediaan darah yang positif. Indikator untuk upaya penemuan penderita di
wilayah Jawa-Bali menggunakan Annual
Parasite Incidence (API) atau Angka Parasit Malaria per 1.000 penduduk.
Pada tahun 2014 API Jawa-Bali sebesar 0,17 per 1.000 penduduk. Upaya
pengendalian malaria untuk wilayah di luar Jawa-Bali menggunakan Annual
Malaria Incidence (AMI). Pada tahun 2013 AMI di luar Jawa-Bali sebesar
24,75 per 1.000 penduduk. Tahun 2014 sebesar 12,27 per 1.000 penduduk
(Kemenkes, 2010).
Salah satu daerah sebaran malaria adalah di wilayah Kecamatan Abeli.
Data Puskesmas Abeli jumlah penderita malaria cukup banyak, walaupun dari tahun
ke tahun angka kejadian penyakit malaria sudah mulai menunjukan penurunan.
Tahun 2012 tercatat angka kejadian penyakit malaria sebesar 237 kasus. Tahun 2013
tercatat angka kejadian penyakit malaria sebesar 528 kasus. Tahun 2014 tercatat
angka kejadian penyakit malaria sebesar 202 kasus (Puskesmas Abeli, 2015).
Berdasarkan dengan hal tersebut, maka peneliti
tertarik untuk melakukan identifikasi pada Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit
Malaria di wilayah kerja Pusksmas Abeli tahun 2013-2014 dengan menggunakan pola
maksimal minimal.
B.
Tujuan
1. Tujuan umum
Mengidentifikasi Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit
Malaria di wilayah kerja Pusksmas Abeli tahun 2013-2014 dengan menggunakan pola
maksimal minimal.
2. Tujuan khusus
a.
Mengetahui kejadian malaria menurut orang, waktu dan
tempat.
b.
Mengetahui terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit
Malaria dengan pendekatan pola maksimal minimal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Tinjauan
tentang Penyakit Malaria
a. Pengertian
Penyakit malaria merupakan penyakit yang sampai saat ini masih
menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di dunia dan Indonesia khususnya
yang belum bisa ditangani secara tuntas. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi
parasit Plasmodium sp yang disebarkan oleh nyamuk betina Anopheles sp
dan ditularkan dari orang sakit ke orang yang sehat melalui gigitan nyamuk
tersebut sebagai vektor malaria. Tercatat ada 4 spesies parasit penyebab
malaria yaitu Plasmodium ovale, Plasmodium malariae, Plasmodium
vivax dan Plasmodium falciparum. Terakhir yang paling ganas dapat
menyebabkan kematian, terutama pada anak-anak dibawah usia lima tahun. Parasit
yang ditularkan lewat nyamuk biasanya masuk ke hati dan berubah menjadi
merozoites, masuk ke aliran darah, menginfeksi sel darah merah dan berkembang
biak (Nurhayati, 2006).
b.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi malaria berdasarkan trias
epidemiologi
Penyebaran
penyakit malaria ditentukan oleh faktor host,
agent, dan environment yakni
sebagai berikut:
a.
Pejamu
(Host)
1.
Manusia (Host intermediate)
Pada
dasarnya setiap orang bisa terinfeksi oleh agen atau penyebab penyakit dan
tempat berkembang biaknya agent
(parasit plasmodium). Bagi pejamu ada
beberapa faktor intrinsik yang mempengaruhi manusia sebagai penjamu pada
penyakit malaria, yaitu usia, jenis kelamin, ras, sosial ekonomi, status
perkawinan, riwayat penyakit sebelumnya, cara hidup, keturunan, status gizi dan
tingkat imunitas.
2.
Nyamuk Anopheles (Host difinitive)
Nyamuk
Anopheles memerlukan tempat hidup
untuk kelangsungan hidupnya, hubungan antara tempat hidup tersebut sebagai
tempat berkembang biak. Tempat istirahat dan tempat mencari darah. Nyamuk Anopheles biasanya aktif mencari darah
pada malam hari, ada yang mulai senja sampai tengah malam, ada yang mulai
tengah malam sampai menjelang pagi hari (Depkes RI, 1999).
b.
Agent
(Parasit)
Agent penyebab malaria adalah genus Plasmodium, Famili Plasmodiidae dari ordo Coccidiidae.
Parasit malaria memerlukan dua macam fase untuk kelangsungan hidupnya. Fase
malaria dalam badan manusia disebut fase aseksual yang terdiri atas fase di
luar sel darah merah dan fase dalam sel darah merah yang terbagi dalam:
1.
Fase sisogoni yang
menimbulkan demam.
2.
Fase gametomi yang
menyebabkan seseorang menjadi sumber penular
penyakit bagi nyamuk malaria.
c.
Lingkungan
(Environment)
Lingkungan adalah dimana manusia dan nyamuk
berada. Nyamuk berkembang biak dengan baik bila lingkungannya sesuai dengan
keadaan yang dibutuhkan oleh nyamuk untuk berkembang biak. Lingkungan dapat
dikelompokkan ke dalam 4 (empat) kelompok yaitu:
1. Lingkungan
fisik
Suhu
udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus atau masa inkubasi
ekstrinsik, terutama curah hujan. Hujan
yang berselang-seling dengan panas, berhubungan langsung dengan perkembangan
larva nyamuk. Tersedianya air yang terus-menerus memungkinkan nyamuk bertelur
dan berkembang biak.
2. Lingkungan
biologi
Tumbuhan bakau,
lumut, ganggang dan berbagai tumbuhan lainnya dapat mempengaruhi kehidupan
larva karena dapat menghalangi sinar matahari atau melindungi dari serangan mahluk hidup lainnya. Adanya
berbagai macam ikan pemakan seperti ikan kepala timah (panchas sp), gambusia, nila, mujair dan lain-lain akan mempengaruhi
populasi nyamuk di suatu daerah.
3. Lingkungan
kimiawi
Lingkungan
kimia yang sampai saat ini baru diketahui pengaruhnya adalah kadar garam
ditempat perindukan, misalnya Anopheles
Sundaicus berkembang optimal di daerah air payau yang kadar garamnya
berkisar antara 12% sampai 18% dan tidak berkembang biak pada kadar garam lebih
40%. Walaupun dibeberapa tempat seperti di Sumatera utara Anopheles Sundaicus ditemukan pada air tawar sedangkan Anopheles letifer dapat hidup di tempat
dengan kadar asam/ pH rendah.
4. Lingkungan
sosial budaya
Faktor
ini kadang-kadang besar sekali pengaruhnya dibanding dengan faktor lingkungan
yang lain seperti yang telah diuraikan pada faktor yang dominan pada status
kesehatan. Kebiasaan untuk berada di luar rumah sampai larut malam yang
vektornya lebih bersifat eksofilik dan eksofagik akan memperbesar jumlah
frekuensi gigitan nyamuk. Penggunaan kelambu, kawat kasa, kondisi rumah dan
penggunaan zat penolak nyamuk yang intesitasnya berbeda akan mempengaruhi angka
kesakitan malaria (Depkes RI, 1999).
c.
Penyebab
penyakit malaria
Di Indonesia
dikenal 4 jenis penyebab penyakit malaria, yaitu Plasmodium vivax, P. malariae, P. ovale, dan P. falciparum. Gejala dan intensitas serangan ke- 4 plasmodium tersebut pada garis besarnya
sama. Namun, setiap plasmodium
tersebut memberikan karakteristik tersendiri.
1. Plasmodium
vivax
Plasmodium
vivax akan memberikan intensitas serangan
dalam bentuk demam setiap 3 hari sekali, sehingga sering dikenal dengan istilah
malaria tertiana. Jenis malaria ini tersebar hampir diseluruh kepulauan di
Indonesia dan merupakan jenis malaria terbanyak
yang dijumpai di daerah pesisir. Masa inkubasi malaria tertiana berkisar antara 12-17 hari, yang diawali
dengan gejala nyeri kepala, nyeri pinggang, mual, muntah, dan badan terasa
lesu. Pada awalnya timbul demam yang tidak teratur kemudian disusul dengan
demam teratur setiap 48 jam sekali diwaktu siang dan sore hari. Suhu badan
dapat mencapai 410C. Keadaan ini dapat diikuti dengan
pembengkakan limpa dan timbul cacar
herpes pada bibir, pusing, dan rasa mengantuk.
Kondisi tersebut terjadi karena
ada gangguan pada otak.
2. Plasmodium malariae
Plasmodium malariae
akan menyebabkan serangan demam setiap 4 hari sekali sehingga
sering dikenal dengan istilah malaria quartana. Jenis malaria ini dapat tumbuh
subur di daerah tropik, baik di dataran rendah maupun tinggi. Masa
inkubasi Plasmodium ini antara 18-40 hari. Gejala serangannya
menyerupai Plasmodium vivax. Namun, demam dirasakan pada sore hari dengan
frekuensi yang teratur. Plasmodium malariae dapat menyebabkan
gangguan pada ginjal yang bersifat menahun.
3.
Plasmodium ovale.
Plasmodium ovale
banyak dijumpai di Indonesia bagian timur, terutama di Papua. Gejalanya mirip
dengan serangan Plasmodium vivax.
Malaria yang disebabkan parasit jenis ini relatif jarang kambuh dan dapat sembuh sendiri tanpa
pengobatan.
4. Plasmodium
falciparum.
Penyakit
malaria yang disebabkan oleh plasmodium
falciparum banyak dijumpai diseluruh kepulauan Indonesia. Penyakit malaria
jenis ini termasuk malaria ganas dengan masa inkubasi 9-14 hari. Serangan dari Plasmodium jenis ini diawali dengan rasa
nyeri kepala, pegal linu, dan nyeri pinggang yang dilanjutkan dengan rasa mual
serta muntah. Bila keadaan ini tidak segara diobati, intensitas serangan
semakin berat, bahkan dapat menyerang limpa dan hati. Apabila hati sudah
terkena, akan timbul gejala tambahan yang menyerupai penyakit kuning. Selain
itu, penderita merasa gelisah dan kadang-kadang mengigau diikuti dengan
keluarnya keringat dingin dan disertai dengan peningkatan frekuensi denyut nadi
serta pernapasan.
Penyakit
ini dapat menyerang ginjal yang ditandai warna air kencing menjadi keruh dan
menghitam. Gejala selanjutnya mata membengkak dan penderita tidak dapat
mengeluarkan air kencing dengan baik. Akibat paling buruk akan terjadi bila Plasmodium tersebut sudah menyerang otak
sehingga menyebabkan gumpalan darah pada pembuluh darah. Akibat lebih lanjut
dapat menyebabkan proses kelumpuhan, menurunnya kesadaran, dan akhirnya
penderita tersebut meninggal. Serangan
dari Plasmodium jenis ini memberikan
gejala yang paling berat sehingga proses pengobatan perlu dilakukan dengan
takaran yang tinggi. Selain itu, perlu diberikan tambahan obat-obatan yang lain
untuk mengurangi gejala yang ditimbulkan (Depkes, 2003).
d.
Gejala
malaria
Gejala
klasik malaria ditemukan pada penderita yang berasal dari daerah non endemis
malaria atau belum mempunyai kekebalan (imunitas). Penderita demikian baru
pertama kali menderita, terdiri atas tiga stadium yang berurutan.
1. Menggigil
(selama 15-60 menit), terjadi setelah pecahnya skizon dalam eritrosit dan keluar zat-zat antigenik, demam (selama
2-6 jam), timbul setelah penderita menggigil.
2. Demam
dengan suhu badan sekitar 37,5oC-
40oC, sedangkan pada penderita hiperparasitemia (lebih dari 5%) suhu
meningkat sampai lebih dari 41oC.
3. Berkeringat
(selama 2-4 jam), timbul setelah demam, terjadi akibat gangguan metabolisme
tubuh sehingga produksi keringat bertambah. Kadang dalam keadaan berat,
keringat sampai membasahi tubuh. Biasanya setelah berkeringat penderita merasa
sehat kembali.
Di
daerah endemis malaria, dalam hal ini penderita telah mempunyai imunitas
terhadap malaria, gejala klasik tersebut timbul tidak berurutan, bahkan bisa
jadi tidak ditemukan atau kadang-kadang muncul gejala lain. Gejala malaria
kaitannya dengan pemberantasan malaria adalah demam, menggigil, berkeringat,
disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot atau
pegal-pegal, pucat pada orang dewasa (Anies, 2006).
e. Cara
penularan penyakit malaria
a. Penularan
secara alamiah (natural infection)
Pada
penularan secara alamiah ini malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Dari sekitar 400 spesies
nyamuk Anopheles telah ditemukan 67
yang dapat menularkan malaria dan 24 diantaranya ditemukan di Indonesia.
b. Penularan
secara tidak alamiah
Penularan
secara tidak alamiah, bisa dengan sengaja dengan tidak sengaja. Malaria yang
ditularkan dengan cara ini mempunyai masa inkubasi yang lebih pendek.
1. Malaria
bawaan, yang ditularkan melalui ibu hamil.
2. Penularan
yang disebabkan oleh penggunaan plasmodium
sebagai pengobatan, seperti pada neurosiphilis.
3. Penularan
melalui jarum suntik dan tranfusi darah.
a.
Pencegahan
malaria
1.
Pencegahan tingkat
pertama.
Upaya Pencegahan malaria bukanlah
hal yang sederhana. Usaha pengendalian malaria harus dijalankan secara
terus-menerus dan intensif, usaha terpadu dalam segala hal harus dijalankan
secara berkesinambungan, disamping itu partisipasi masyarakat dalam upaya
pencegahan malaria sangatlah diperlukan berkaitan dengan penyebaran penyakit
malaria. Masyarakat seringkali melupakan akar permasalahan sehingga penyakit
malaria dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).
Upaya pencegahan malaria diharapkan
masyarakat mampu mempertahankan perilaku-perilaku positif sehingga mampu
mendukung upaya pencegahan malaria antara lain:
a. Senantiasa
menjaga kebersihan sanitasi lingkungan baik di dalam maupun di luar rumah
termaksud peningkatan perilaku hidup sehat dan bersih.
b. Menghindari
kegiatan-kegiatan atau kebiasaan yang memudahkan masyarakat masuk kontak
langsung dengan vektor penyakit malaria, misalnya kebiasaan keluar di malam
hari, kebiasaan bermalam di kebun dan lain-lain.
2. Pencegahan tingkat kedua.
Pencegahan malaria sebagai upaya
partisipasi masyarakat sangat penting karena dalam upaya pencegahan malaria
faktor host, agent, environment
sangat erat hubungannya dalam proses munculnya penyakit malaria. Dalam upaya
pencegahan tingkat ini perlu dilakukan upaya sebagai berikut:
a. Penimbunan
genangan-genangan air agar tidak menjadi
wadah berkembangnya nyamuk Anopheles.
b. Penyemprotan
rumah-rumah di daerah endemis yang sering terlupakan sehingga menyebabkan
peningkatan jumlah vektor malaria.
c. Pembuatan
drainase yang baik serta memenuhi syarat sehingga perkembangbiakan nyamuk Anopheles dapat dihindari.
d. Pemakaian
kelambu saat tidur pada malam hari untuk
menghindari gigitan nyamuk.
e. Pemasangan
kawat kasa untuk menghalau masuknya nyamuk kedalam rumah.
f. Upaya
peningkatan kualitas sanitasi lingkungan rumah
(Depkes RI, 2007).
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI
A. Keadaan Wilayah
Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu pada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Dengan kata lain puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan di wilayah kerjanya.
Puskesmas Abeli merupakan salah satu dari 15 Puskesmas yang ada di Kota Kendari, yang terletak di Kelurahan Abeli Kecamatan Abeli . Jarak dari Kantor Walikota ± 73,13 km2.
1. Keadaan Geografis
Puskesmas Abeli
terletak di Kelurahan Abeli Kecamatan Abeli yang tediri atas 8 (delapan),dengan batasnya adalah sebagai
berikut:
·
Sebelah Utara
berbatasan Teluk Kendari
·
Sebelah Selatan
berbatasan dengan. Kecamatan Konda
·
Sebelah Timur
berbatasan dengan Kecamatan Moramo
·
Sebelah Barat
berbatasan dengan Kelurahan Matabubu kecamatan Poasia
Keadaan alam di wilayah
kerja Puskesmas Abeli terdiri dari dataran (53%), pegunungan/bukit (47%). Iklim di wilayah kerja
Puskesmas Abeli adalah iklim
tropis dengan musim hujan umumnya bulan Desember - Mei dan musim kemarau terjadi bulan
Juni - November. Suhu udara rata-rata berkisar antara 27 ºC - 37 ºC.
2.
Keadaan Demografis (Kependudukan)
Berdasarkan
hasil pendataan terakhir, jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Abeli adalah 16032 jiwa yang
tersebar dalam 8 (delapan) wilayah
kelurahan.
Adapun untuk lebih
jelasnya distribusi penduduk perkelurahan, disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 1. Distribusi Jumlah Penduduk di
Wilayah Kerja Puskesmas Abeli tahun 2014
No.
|
Nama Kelurahan
|
Jumlah Penduduk ( Jiwa )
|
1.
|
Puday
|
1681
|
2.
|
Lapulu
|
4019
|
3.
|
Abeli
|
1775
|
4.
|
Benuanirae
|
1639
|
5.
|
Tobimeita
|
2052
|
1.
|
Anggalomelai
|
1635
|
2.
|
Poasia
|
1579
|
3.
|
Talia
|
1552
|
3.
|
Total
|
16032
|
3.
Sosial, Ekonomi dan Budaya
Mata pencaharian terbesar penduduk adalah swasta
(41,7%). Selebihnya adalah nelayan (19,2%), PNS/ABRI (17,2%), Pertukangan
(7,4%) dan petani (5,7%).
Masyarakat terdiri dari berbagai macam suku.
Mayoritas adalah suku Tolaki, Bugis, Muna dan, selebihnya adalah Buton, Jawa,
dan Kendari. Sebagian besar memeluk agama Islam. Agama lain yang dianut adalah
Kristen, Katolik, Hindu dan Budha.
B. Sarana Kesehatan
1. Sarana Fisik
Puskesmas
Abeli terletak di Kelurahan Abeli dimana wilayah kerja Puskesmas Abeli terdapat 2 jenis sarana kesehatan yaitu
sarana kesehatan pemerintah dan sarana kesehatan bersumber daya masyarakat,
dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 2. Jenis dan Jumlah Sarana Kesehatan Puskesmas Abeli
Tahun 2014
No.
|
Jenis Sarana
Kesehatan
|
Jumlah
|
1.
|
Sarana kesehatan pemerintah:
Puskesmas Perawatan
Puskesmas
pembantu
|
1
3
|
2.
|
Sarana kesehatan bersumber daya
masyarakat:
Posyandu Balita
Posyandu Lansia
|
17
3
|
a.
Puskesmas Induk
Puskesmas induk Abeli terletak di Kelurahan
Abeli Kecamatan Abeli dan mempunyai ruangan berjumlah 15 ruangan. Dari
seluruh ruangan tersebut difungsikan sebagai Ruangan Kepala Puskesmas, Ruangan
Tata Usaha, Ruangan Poli Umum,Poli MTBS,Ruangan Poli Gigi, Ruangan Kartu,
Ruangan Kesling/Promkes, Ruangan Gizi, Ruangan P2M, Ruangan Apotik, Ruangan
KIA/KB. Ruang UGD, Ruang Rawat Inap, Ruang Instalasi Gizi dan Ruangan Gudang
Obat.
b.
Puskesmas
Pembantu
Di Puskesmas Abeli terdapat 3 (tiga) buah Pustu
yaitu Puskesmas Pembantu Lapulu yang terletak di Kelurahan Lapulu, Puskesmas
Pembantu Talia di Kelurahan Talia dan Puskesmas Pembantu Benuanirae
Selain
bangunan Puskesmas Induk dan Puskesmas Pembantu di Puskesmas Abeli juga
terdapat perumahan dinas sebanyak 2 (Dua) buah, dengan perincian sebagai
berikut:
•
Rumah Dokter : 1 buah
•
Rumah Paramedis : 2 buah, 1 di fungsikan sebagai poli
MTBS,Klinik Gizi dan sanitasi.
c.
Posyandu
Posyandu yang berada dalam wilayah kerja
Puskesmas Abeli secara keseluruhan termasuk dalam kategori Posyandu Purnama dan
Posyandu Mandiri. Terdapat 17 (delapan belas) buah posyandu yang tersebar di 8
(delapan) Kelurahan. Setiap Posyandu dibina oleh satu orang petugas dari
Puskesmas. Pembina Posyandu diwajibkan hadir setiap ada Posyandu di kelurahan
binaannya.
2. Transportasi
Dan Komunikasi
Puskesmas Abeli terletak di jalan poros Kecamatan Abeli yang dilalui kendaraan
umum, dimana saat ini, seluruh jalan telah dilakukan pengaspalan dan dapat
dikatakan kondisi jalan dalam keadaan baik.
Untuk menjangkau seluruh kelurahan pada wilayah kerja Puskesmas Abeli
dapat menggunakan kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat. Sarana transportasi yang dimiliki
Puskesmas Abeli saat ini terdiri dari 15 (lima belas) buah kendaraan roda dua
dan 2 buah kendaraan roda empat. Tetapi 4 unit kendaraan roda dua kondisinya
sudah rusak berat.
Sarana komunikasi yang ada
adalah satu buah hp yang terdapat di
kantor Puskesmas.Sedangkan sarana informasi adalah 1(satu) unit PC komputer dan 1 unit Laptop
dalam kondisi baik, hp puskesmas dalam keadaan baik, no telepon 082323333824.
2.
Sarana Pengobatan
Dalam rangka melaksanakan
pelayanan pengobatan, Puskesmas Abeli mendapatkan sarana obat-obatan yang berasal/bersumber dari:
a. Obat-obatan PKD (APBD)
b. Obat-obatan Program (Kompensasi BBM)
c. Pembelian bagi obat-obatan yang dirasa
perlu
Adapun penggunaan di Puskesmas
dan pangambilan obat di Gudang Farmasi Kota Kendari didasarkan atas pola
penyakit yang ada di wilayah kerja Puskesmas Abeli.
C.
Tenaga Kesehatan
Dalam menjalankan fungsinya sebagai Pusat
Kesehatan Masyarakat, Puskesmas
Abeli memiliki beberapa staf sebagai pelaksana tugasnya, yang masing-masing
bekerja sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.
Jenis Ketenagaan di
Puskesmas Abeli sampai Tahun 2013 adalah sebagai berikut:
a.
PNS
1.
Dokter Umum : 1 orang
2.
Pekarya :
1 orang
3.
Administrasi : 1
orang
4.
S1 Kesmas : 3
orang
5.
S1 Keperawatan : 3 orang
6.
Bidan (D3) : 7
orang
7.
Bidan (D1) : 3 orang
8.
Sanitasi (AKL) : 2
orang
9.
Perawat ( D3 ) : 4 orang
10.
SPK :
7 orang
11.
Perawat Gigi : 1
orang
12.
Tenaga Gizi (AMG) : 2 orang
13.
SMU : 3
orang
b. Tenaga Sukarela/ PTT
1.
Dokter Umum :
1 orang
2.
Dokter Gigi : 1
orang
3.
S1 Kesmas : 5
orang
4.
S1 Keperawatan : 1 orang
5.
Bidan (D3) : 9
orang
6.
Sanitasi (AKL) : 1 orang
7.
Perawat ( D3 ) : 11 orang
8.
Perawat Gigi : 2
orang
9.
Tenaga Gizi (SPAG) : 1 orang
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Dari hasil
kunjungan lapangan di Puskesmas Abeli diperoleh data mengenai distribusi
penderita malaria sebagai berikut yaitu:
1. Distribusi Penyakit Malaria Berdasarkan
Waktu (Bulan)
Distribusi penyakit malaria berdasarkan
waktu (bulan) di puskesmas Abeli pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3
Distribusi Penyakit Malaria Berdasarkan Waktu (bulan) di
Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2012-2014
Distribusi
Berdasarkan Waktu
|
||||||
Tahun
Bulan
|
2012
|
2013
|
2014
|
|||
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
|
Januari
|
28
|
11.81
|
82
|
15.53
|
11
|
40.59
|
Februari
|
12
|
5.06
|
90
|
17.04
|
12
|
44.55
|
Maret
|
60
|
25.31
|
80
|
15.15
|
18
|
39.60
|
April
|
14
|
5.90
|
38
|
7.19
|
19
|
18.81
|
Mei
|
14
|
5.90
|
34
|
6.43
|
26
|
16.83
|
Juni
|
16
|
6.75
|
37
|
7.00
|
9
|
18.31
|
Juli
|
8
|
3.37
|
42
|
7.95
|
15
|
20.79
|
Agustus
|
7
|
2.95
|
17
|
3.21
|
13
|
8.41
|
September
|
12
|
5.06
|
15
|
2.84
|
17
|
7.42
|
Oktober
|
25
|
10.54
|
32
|
6.06
|
21
|
15.84
|
November
|
20
|
8.43
|
37
|
7.00
|
24
|
18.31
|
Desember
|
21
|
8.86
|
24
|
4.54
|
17
|
11.88
|
Total
|
237
|
100
|
528
|
100
|
202
|
100
|
Sumber : Data Sekunder Puskesmas Abeli Tahun
2015
Berdasarkan Tabel 3
diperoleh gambaran bahwa kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Abeli naik
turun atau berfluktuasi mulai tahun 2012 sampai 2014 dimana terjadi peningkatan
kejadian penyakit malaria pada tahun 2013. Penyakit malaria terbanyak terjadi
pada tahun 2013 dengan jumlah kejadian sebesar 528 kejadian kasus. Jika dilihat
angka kejadian berdasarkan bulan, maka kejadian penyakit malaria tertinggi
selama tahun 2012 sampai tahun 2014 adalah pada bulan Februari tahun 2013
dengan jumlah kejadian malaria sebesar 90 kasus.
2. Distribusi Penyakit Malaria Berdasarkan Jenis
Kelamin
Distribusi
kejadian penyakit menurut Jenis Kelamin
di wilayah kerja Puskesmas Abeli pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4
Distribusi Penderita Malaria
Menurut Jenis Kelamin di
Puskesmas Abeli Kota Kendari
Tahun 2012-2014
Distribusi
Berdasarkan Jenis Kelamin
|
||||||
Tahun
Jenis kelamin
|
2012
|
2013
|
2014
|
|||
N
|
%
|
N
|
%
|
N
|
%
|
|
laki-laki
|
139
|
58.64
|
317
|
60.03
|
130
|
64.35
|
Perempuan
|
98
|
41.35
|
211
|
39.96
|
72
|
35.64
|
Total
|
237
|
100
|
528
|
100
|
202
|
100
|
Sumber: Data Sekunder Puskesmas Abeli
Tahun 2015
Dari tabel 2
terlihat bahwa kejadian malaria secara keseluruhan lebih banyak terjadi yang
berjenis kelelamin Laki-laki yaitu sebesar 447 penderita. Kejadian malaria pada jenis kelamin Laki-laki
tertinggi pada tahun 2013 yaitu sebesar 317 penderita.
3. Distribusi Penyakit Malaria Berdasarkan Tempat
Distribusi penderita
penyakit Malaria berdasarkan tempat (Kelurahan) di wilayah kerja Puskesmas Abeli
selama tahun 2012 sampai tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5
Distribusi Penderita
Penyakit Malaria Menurut Tempat (Kelurahan) di Puskesmas Abeli Kota Kendari
Tahun 2012-2014
Distribusi
Berdasarkan Tempat
|
||||
Kelurahan
|
Jumlah Penduduk
|
2012
|
2013
|
2014
|
Puday
|
1681
|
43
|
55
|
28
|
Lapulu
|
4019
|
54
|
133
|
68
|
Abeli
|
1775
|
23
|
68
|
22
|
Benuanire
|
1639
|
26
|
58
|
12
|
Anggalomelai
|
2052
|
30
|
54
|
17
|
Tobimeita
|
1635
|
11
|
47
|
17
|
Poasia
|
1579
|
31
|
70
|
20
|
Talia
|
1552
|
19
|
43
|
18
|
Total
|
15932
|
237
|
528
|
202
|
Sumber : Data Sekunder Puskesmas
Abeli Tahun 2015
Dari tabel 5,
terlihat bahwa kelurahan yang memiliki
penduduk paling banyak menderita Penyakit Malaria adalah Kelurahan Lapulu dengan jumlah penderita terbanyak berada pada
tahun 2013 yaitu sebanyak 133 (25,18%) penderita Penyakit Malaria, sedangkan angka
penderita penyakit malaria terkecil yaitu pada kelurahan Benuanire dengan
jumlah penderita 12 kasus (5,9%)
penderita pada tahun 2014.
4. Perbandingan Pola Maksimal-Minimal kejadian
Malaria (tahun 2012-2014) dengan kejadian Penyakit Malaria pada tahun 2014.
Perbandingan pola
maksimal-minimal kejadian malaria untuk mengetahui terjadinya Kejadian Luar
Biasa penyakit Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli pada tahun 2014 dapat
dilihat pada tabel dan grafik berikut:
Tabel 4
Perbandingan Pola Maksimal-Minimal (Tahun 2012-2014) dengan Tahun 2014 Kejadian
Penyakit Malaria Di Wilayah Kerja
Puskesmas
Abeli Kota Kendari
Tahun kejadian
|
Bulan
|
|||||||||||
jan
|
Feb
|
mar
|
Apr
|
Mei
|
jun
|
Jul
|
ags
|
sep
|
okt
|
Nov
|
des
|
|
Min
|
28
|
12
|
60
|
14
|
14
|
16
|
8
|
7
|
12
|
25
|
20
|
21
|
Maks
|
82
|
90
|
80
|
38
|
34
|
37
|
42
|
17
|
15
|
32
|
37
|
24
|
Tahun 2014
|
11
|
12
|
18
|
19
|
26
|
9
|
15
|
13
|
17
|
21
|
24
|
17
|
Sumber : Data Sekunder Puskesmas Abeli Tahun 2015
Berdasarkan tabel
4, terlihat bahwa angka kejadian penyakit Malaria terendah selama tahun 2013
sampai dengan tahun 2014 terjadi pada bulan Septemer yaitu sebesar 39 kejadian.
Sedangkan angka kejadian Malaria tertinggi selama tahun 2013 sampai dengan
tahun 2014 terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 143 kejadian.
Grafik 1
Perbandingan Pola Maksimal-Minimal (Tahun 2013-2008)
dengan
Tahun 2014 Kejadian Penyakit Malaria Di Wilayah
Kerja
Puskesmas Abeli Kota Kendari

Berdasarkan Grafik
1 terlihat bahwa selama tahun 2014, terjadi satu kali Kejadian Luar Biasa (KLB)
Penyakit Malaria Di Puskesmas Abeli, yaitu pada bulan April.
Tabel 5
Perbandingan Pola Maksimal-Minimal (Tahun 2013-2008) dengan Tahun 2014 Berdasarkan Wilayah Kejadian Penyakit Malaria
Di Wilayah Kerja
Tahun kejadian
|
Kelurahan
|
Bulan
|
|||||||||||
jan
|
feb
|
Mar
|
Apr
|
Mei
|
jul
|
jun
|
ags
|
sep
|
okt
|
nop
|
Des
|
||
Minimal
|
Abeli
|
34
|
26
|
15
|
24
|
22
|
25
|
30
|
25
|
25
|
24
|
36
|
33
|
|
Kunjung Mae
|
9
|
6
|
5
|
0
|
6
|
5
|
4
|
4
|
4
|
6
|
16
|
0
|
|
Mario
|
7
|
5
|
5
|
4
|
5
|
5
|
3
|
2
|
2
|
8
|
10
|
0
|
Maksimal
|
Abeli
|
71
|
48
|
46
|
40
|
64
|
58
|
53
|
70
|
67
|
44
|
59
|
67
|
|
Kunjung Mae
|
16
|
10
|
10
|
11
|
9
|
7
|
9
|
16
|
14
|
21
|
7
|
18
|
|
Mario
|
18
|
11
|
14
|
16
|
11
|
13
|
10
|
15
|
18
|
25
|
14
|
20
|
2014
|
Abeli
|
24
|
30
|
35
|
34
|
30
|
45
|
39
|
37
|
31
|
23
|
26
|
27
|
|
Kunjung Mae
|
9
|
7
|
8
|
8
|
4
|
8
|
5
|
4
|
6
|
9
|
7
|
10
|
|
Mario
|
9
|
10
|
9
|
10
|
9
|
12
|
14
|
10
|
13
|
9
|
10
|
9
|
Puskesmas
Abeli Kendari
Sumber : Data Sekunder
Grafik 2
Perbandingan Pola Maksimal-Minimal (Tahun 2013-2008)
dengan
Tahun 2014 Kejadian Penyakit Malaria Di Kelurahan Abeli
Puskesmas Abeli Kota Kendari

Grafik 2
Perbandingan Pola Maksimal-Minimal (Tahun 2013-2008)
dengan
Tahun 2014 Kejadian Penyakit Malaria Di Kelurahan
Kunjung Mae
Puskesmas Abeli Kota Kendari

Grafik 3
Perbandingan Pola Maksimal-Minimal (Tahun 2013-2008)
dengan
Tahun 2014 Kejadian Penyakit Malaria Di Kelurahan
Mario
Puskesmas Abeli Kota Kendari

Berdasarkan Tabel
5 dan Grafik 1, 2 dan 3, dapat dilihat bahwa dari perbandingan pola maksimal
Minimal tahun 2013-2008 dengan tahun 2014 di Kelurahan Abeli tidak pernah
terjadi KLB, sedangkan di Kelurahan Kunjung Mae terjadi KLB satu kali yaitu
pada bulan Juni, dan di Kelurahan Mario terjadi KLB satu kali yaitu pada bulan
Juli.
B.
PEMBAHASAN
Malaria
adalah penyakit yang ditandai dengan buang air besar dalam bentuk cairan lebih
dari tiga kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau
lebih, dimana orang yang mengalami malaria akan kehilangan cairan tubuh
sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat
berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan
orang tua.
Dari hasil kunjungan lapangan ke Puskesmas Abeli Kota Kendari
diperoleh data bahwa selama tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 terjadi
kejadian penyakit Malaria sebanyak 4. 566 kejadian, dengan jumlah kejadian
terbanyak terjadi pada tahun 2013 yaitu sebanyak 1.067 kejadian Malaria,
kemudian disusul kejadian penyakit Malaria pada tahu 2007 yaitu sebanyak 1.055
kejadian Penyakit Malaria, kejadian pada tahun 2006 yaitu sebanyak 914 kejadian
Penyakit Malaria, tahun 2014 yaitu sebanyak 963 kejadian penyakit Malaria dan
tahun 2008 sebanyak 757 kejadian penyakit Malaria.
Penyakit malaria adalah jenis penyakit yang dapat
menyerang siapa saja dan kapan saja, namun apabila penyakit Malaria menyerang
anak-anak khususnya dampaknya dapat menyebabkan kondisi yang lebih berbahaya yang
dapat berujung pada kematian jika dibandingkan dengan bila penyakit Malaria
menyerang orang dewasa.
Berdasarkan data
yang ditampilkan pada tabel 2, terlihat bahwa penyakit Malaria lebih banyak
terjadi pada anak berusia 0-1 tahun dan a.
Hal ini dimungkinkan karena jumlah penduduk dengan proporsi umur lebih dari
lima tahun lebih besar dibandingkan dengan proporsi k yang berusia > 5
tahun. Berdasarkan data yang diperoleh peningkatan malaria terus terjadi dari
tahun ke tahun pada anak yang berusia > 5 tahun.
Tingginya angka kejadian malaria pada kelompok umur 1-5
tahun dapat meningkatkan angka kematian akibat penyakit malaria karena penduduk
pada kelompok umur kurang dari lima tahun adalah kelompok penduduk yang sangat
rentan dan memiliki sistem imunitas tubuh yang belum berkembang sempurna
sehingga kejadian Malaria pada kelompok umur ini sangat berpotensi untuk
meyebabkan kefatalan.
Berdasarkan wilayah kelurahan yang berada di wilayah
kerja Puskesmas Abeli, desa yang memiliki penduduk terbesar yang menderita Malaria
adalah Kelurahan Abeli dengan jumlah penderita Malaria secara kumulatif selama
tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 berjumlah 2.329 penderita. Hal ini sangat
memungkinkan karena mengingat wilayah kerja Puskesmas Abeli yang paling dekat
dengan lokasi Puskesmas adalah Kelurahan Abeli.
Berdasarkan perbandingan pola maksimal-minimal kejadian
penyakit Malaria selama empat tahun yaitu tahun 2013 sampai dengan tahun 2008
dengan kejadian penyakit malaria pada tahun 2014 untuk menentukan terjadi atau
tidaknya Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Malaria pada tahun 2014, terlihat
bahwa sepanjang tahun 2014 telah terjadi Kejadian Luar Biasa Penyakit Malaria di
Puskesmas Abeli sebanyak satu kali yaitu pada bulan April.
Berdasarkan
perbandingan pola maksimal-minimal kejadian penyakit Malaria berdasarkan
kelurahan, terlihat bahwa di kelurahan Kunjung Mae pernah terjadi KLB malaria
pada bulan Juni, dan pada kelurahan Mario pernah juga terjadi KLb yaitu pada
bulan Juli.
Tingginya angka kejadian Malaria dan timbulnya KB di
tahun 2014, hal ini dapat terjadi karena wilayah kerja Puskesmas Abeli
merupakan daerah-daerah kumuh, sehingga penduduk akan lebih mudah terkena
penyakit malaria. Bnerdasarkan teori yang ada bahwa sanitasi lingkungan seperti
tersedianya air bersih dan jamban sangat mempengaruhi terjadinya malaria. selain
itu dimungkinkan karena perilaku masyarakat yang masih belum sadar terhadap
pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat.
Terjadinya
KLB Malaria di Puskesmas Abeli pada bulan April, ini mungkin disebabkan karena
pada bulan april merupakan musim penghujan, sehingga masyarakat mungkin
kesulitan mendapatkan air bersih. Sedangkan terjadinya KLB pada bulan Juni dan
Juli di kelurahan Kunjung Mae dan Mario mungkin disebabkan karena pada bulan
merupakan musim kemarau dan buah, sehingga masyarakat cenderung mengkonsumsi
buah secara berlebihan.
BAB V
PENUTUP
- Kesimpulan
1. Kejadian Malaria di Puskesmas Abeli Kota Kendari
memperlihatkan jumlah yang cenderung menurun.
2. Kejadian Malaria tebanyak menurut tempat
di Puskesmas Abeli adalah di Kelurahan Abeli
3. Kejadian Malaria terbanyak menurut umur di
Puskesmas Abeli adalah umur 1-5 tahun.
4. Berdasarkan pola maksimal-minimal telah
terjadi KLB penyakit malaria diwilayah kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari yaitu
pada bulan April. Berdasarkan analisis pola maksimal-minimal di setiap
kelurahan, pada tahun 2014 di kelurahan Kunjung Mae terjadi KLB pada bulan Juni
dan di kelurahan Mario juga terjadi KLB pada bulan Juli.
- Saran
1. Perlunya peningkatan pengetahuan tentang Perilaku
Hidup Bersih dan sehat pada masyarakat seperti higiene perorangan dengan tujuan
peningkatan status kesehatan.
2. Bagi Petugas Surveilans, sebaiknya
memperbaiki proses pelaksanaan surveilans di Puskesmas Abeli.
0 comments:
Post a Comment