Advertiser

Favorit Song ( Marry Your Daughter)

Wednesday, March 16, 2016

Epiedemiologi Malaria



I. PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasityang merupakan golongan plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalamsel darah merah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitannyamuk anopheles. Malaria merupakan salah satu penyakit yang tersebar dibeberapa wilayah di dunia. Umumnya tempat-tempat yang rawan malaria terdapatpada Negara-negara berkembang dimana tidak memiliki tempat penampunganatau pembuangan air yang cukup, sehingga menyebabkan air menggenang dan dapat dijadikan sebagai tempat ideal nyamuk untuk bertelur.

Malaria disebabkan oleh parasit dari genus plasmodium. Ada empat jenisplasmodium yang dapat menyebabkan malaria, yaitu plasmodium falciparumdengan masa inkubasi 7-14 hari, plasmodium vivax dengan masa inkubasi 8-14hari, plasmodium oval dengan masa inkubasi 8-14 hari, dan plasmodium malariadengan masa inkubasi 7-30 hari. Parasit-parasit tersebut ditularkan padamanusia melalui gigitan seekor nyamuk dari genus anopheles. Gejala yangditimbulkan antara lain adalah demam, anemia, panas dingin, dan keringat dingin. Untuk mendiagnosa seseorang menderita malaria adalah dengan memeriksa ada tidaknya plasmodium pada sampel darah. Namun yang seringkali ditemui dalam kasus penyakit malaria adalah plasmodium falciparum dan plasmodium vivax.
Berdasarkan The World Malaria Report 2010, sebanyak lebih dari 1 juta orang termasuk anak-anak setiap tahun meninggal akibat malaria dimana 80% kematian terjadi di Afrika, dan 15% di Asia (termasuk Eropa Timur). Secara keseluruhan terdapat 3,2 Miliyar penderita malaria di dunia yang terdapat di 107 negara. Malaria di dunia paling banyak terdapat di Afrika yaitu di sebelah selatan Sahara dimana banyak anak-anak meninggal karena malaria dan malaria muncul kembali di Asia Tengah, Eropa Timur dan Asia Tenggara.
 Indonesia sebagai salah satu negara yang masih beresiko Malaria (Risk-Malaria), pada tahun 2009 terdapat sekitar 2 juta kasus malaria klinis dan 350 ribu kasus di antaranya dikonfirmasi positif. Sedangkan tahun 2010 menjadi 1,75 juta kasus dan 311 ribu di antaranya dikonfirmasi positif. Sampai tahun 2010 masih terjadi KLB dan peningkatan kasus malaria di 8 Propinsi, 13 kabupaten, 15 kecamatan, 30 desa dengan jumlah penderita malaria positif sebesar 1256 penderita, 74 kematian. Jumlah ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009, dimana terjadi KLB di 7 propinsi, 7 kab, 7 kec dan 10 desa dengan jumlah penderita 1107 dengan 23 kematian.
Ada banyak faktor yang berkontribusi menyebabkan penyakit, begitu juga dengan penyakit malaria. Faktor-faktor tersebutberasal dari individu sendiri maupun dari lingkungan. Menurut Ramadhan (2010), beberapa faktor yang terkait dalam penularan demam berdarah antara lain kepadatan penduduk, mobilitas penduduk, kualitasperumahan dan sikap hidup. Sedangkan faktor yang dapat memicu terjadinya malaria adalah faktor lingkungan yang termasuk di dalamnya perubahan suhu, kelembaban udara, dan curah hujan yang mengakibatkan nyamuk lebih sering bertelur dan plasmodium berkembang biak dengan cepat. Parasit dan pembawa penyakit (nyamuk) sangat peka terhadap faktor iklim, khususnya suhu, curah hujan, kelembaban, permukaan air, dan angin.
Data malaria merupakan data berkala, yaitu data yangdisajikan dalam kurun waktu tertentu. Data berkala erat kaitannya dengan peramalan atau prediksi. Salah satu upaya penanganan malaria adalah dengan memprediksi angka perkembangan penyakit padawaktu yang akan datang. Prediksi atau peramalan ini dapat membantu mengoptimalkan upaya pencegahan sejak dini agar keterlambatan penanganan tidak lagi terjadi.
Proses peramalan dapat dilakukan menggunakan banyak metode, antara lain metode pemulusan (smoothing), dekomposisi, regresi, ARIMA Box Jenskins, dan sebagainya. Dalam perkembangan selanjutnya berkembang metode baru menggunakan sistem Jaringan Saraf Tiruan.
Berdasarkan uraian diatas, maka pada skripsi ini, akan dilakukan peramalan kasus malaria di Puskesmas Abeli dimana inputnya adalah banyak kasus malaria di kecamatan Nambo Penelitian untuk memprediksi banyak kasus demam berdarah dengan melihat berdasarkan epidemiologi deskriptif yaitu orang, waktu dan tempat.



B.  Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana peramalan kejadian malaria berdasarkan orang, waktu dan tempat periode 2016 – 2018 di Kecamatan Abeli Kota Kendari?”.
1.3 Tujuan Penelitian
  1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peramalan kejadian  malaria berdasarkan orang, waktu dan tempat periode 2016 – 2018 di Kecamatan Abeli Kota Kendari.
2.      Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui peramalan kejadian malaria berdasarkan orang periode 2016 – 2018 di Kecamatan Abeli Kota Kendari
b.      Untuk mengetahui peramalan kejadian malaria berdasarkan waktu periode 2016 – 2018 di Kecamatan Abeli Kota Kendari
c.       Untuk mengetahui peramalan kejadian malaria berdasarkan tempat periode 2016 – 2018 di Kecamatan Abeli Kota Kendari
D. Manfaat Penelitian
1.      Manfaat Praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan wawasan serta sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, disamping itu hasil penelitian ini dapat dijadikan Sebagai bahan masukan bagi pemerintah khususnya bagi Puskesmas Abeli dan Kota Kendari.
2.      Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi  ilmu pengetahuan atau sebagai bahan kajian rujukan bagi penelitian lebih lanjut tentang studi time series kejadian malaria dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
3.      Manfaat bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi suatu pengalaman berharga bagi peneliti dan dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh peneliti selama mengikuti perkuliahan khususnya pada disiplin ilmu epidemiologi.


II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Tinjauan Umum Tentang Penyakit Malaria
1.      Pengertian Malaria
Malaria adalah salah satu penyakit menular yang bersifat akut maupun kronis. Terdiri dari kata mal dan area yang berarti udara yang busuk, diambil dari kondisi yang terjadi yaitu suatu penyakit yang banyak diderita masyarakat yang tinggal di sekitar rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk (Gandahusada dkk,1998). Penyakit malaria merupakan infeksi yang disebabkan oleh parasit malaria, suatu protozoa darah genus plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk anopheles betina yang terinfeksi  (Nugroho,2000).
2.      Gejala Klinis Malaria
Gejala klinis malaria merupakan petunjuk yang penting dalam diagnosis malaria. Manifestasi klinis malaria sangat khas dengan adanya serangan demam yang intermitten, anemia dan splenomegali. Penyakit ini cenderung untuk beralih dari demam akut ke keadaan menahun. Selama stadium akut terdapat masa demam yang intermitten.  Sedangkan pada infeksi oleh plasmodium vivax, panas bersifat ireguler, kadang-kadang remiten atau intermiten.  Dalam stadium menahun berikutnya terdapat masa laten yang diselingi kambuh  beberapa kali.  Kambuhnya penyakit ini sangat mirip dengan serangan pertama. Sementara itu rekrudensi sering terjadi pada infeksi yang disebabkan plasmodium malariae ( Harijanto,2010).
Demam yang terjadi pada penderita berhubungan dengan proses skizogoni (pecahnya merozoit/skizon). Berat ringannya pun tergantung pada jenis plasmodium yang menyebabkan infeksi. Di Indonesia sampai saat ini terdapat empat macam plasmodium penyebab infeksi malaria yaitu :
1.   Plasmodium falciparum penyebab malaria tropika yang menimbulkan demam tiap 24-48 jam,
2.   Plasmodium vivax penyebab malaria tertiana yang menimbulkan demam tiap hari ke 3
3.   Plasmodium malariae penyebab malaria kuartana yang menimbulkan demam tiap hari ke 4
4.   Plasmodium ovale penyebab malaria ovale, memberikan infeksi yang paling ringan dan sering sembuh spontan tanpa pengobatan (Harijanto, 2010).
Selain itu, pada infeksi malaria terdapat gejala klasik malaria akut yang sering di sebut Trias Malaria, secara berurutan :   

a.       Periode dingin.

Stadium ini mulai dengan menggigil, kulit dingin dan kering.  Gigi gemeretak dan penderita biasanya menutup tubuhnya dengan selimut yang tersedia. Nadi cepat tetapi lemah. Bibir dan jari pucat kebiru-biruan, kulit kering dan pucat. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam. diikuti meningkatnya temperatur.

b.      Periode demam

Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa kepanasan. Suhu badan dapat meningkat sampai 40°C atau lebih. Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit kepala, nadi cepat, respirasi meningkat, muntah-muntah dan dapat terjadi syok (tekanan darah turun)  bahkan sampai terjadi kejang (pada anak).  Stadium ini berlangsung lebih lama dari periode dingin,  antara 2 sampai 4 jam. Demam disebabkan oleh pecahnya sison darah yang telah matang dan masuknya merozoit ke dalam aliran darah.

c.       Periode Berkeringat.
Pada periode ini penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampai tempat tidurnya basah. Temperatur turun dan penderita merasa capek dan biasanya dapat tidur nyenyak. Pada saat bangun dari tidur merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain, stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam. Gejala-gejala yang disebutkan di atas tidak selalu sama pada setiap penderita, tergantung pada spesies parasit dan umur dari penderita, gejala klinis yang berat biasanya terjadi pada malaria tropika. Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan parasit (bentuk trofosoit dan sison). Untuk berkumpul pada pembuluh darah organ tubuh seperti otak, hati dan ginjal sehingga menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah pada organ-organ tubuh tersebut.
3.      Diagnosis malaria
Diagnosis malaria umumnya didasarkan pada manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit (plasmodium) dalam darah penderita. Manifestasi klinis demam malaria seringkali tidak khas dan menyerupai penyakit infeksi lain seperti demam dengue dan demam tifoid, sehingga sulit dilakukan diagnosa dengan mengandalkan pengamatan secara klinis saja, namun perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk menunjang diagnosis malaria sedini mungkin. Pemeriksaan mikroskopis membutuhkan syarat-syarat tertentu agar di peroleh nilai diagnostik yang tinggi yaitu dengan sensivitas dan spesifitas  yang tinggi. Syarat-syarat tersebut meliputi:
a.       Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir peroide demam memasuki periode berkeringat karena pada periode ini jumlah trofozoit mencapai jumlah maksimal dalam sirkulasi.
b.      Volume darah yang diambil sebagai sampel cukup untuk sediaan darah tipis ( 1 – 1,5 mikroliter) dan sediaan darah tebal (3-4 mikroliter)
c.       Kualitas preparat harus baik agar terjamin kualitas identifikasi spesies plasmodium dengan tepat (Purwaningsih, 2000).

4.   Epidemiologi Malaria
Penularan malaria banyak terjadi pada kebanyakan daerah tropis dan sub tropis,  terutama terdapat pada daerah dimana orang-orang  mempunyai gametosit dalam darahnya  sehingga menjadikan nyamuk anopheles terinfeksi dan menularkan pada orang yang sehat. Walaupun  Amerika Serikat, Kanada, Eropa, Australia dan Israel sekarang bebas  malaria lokal, wabah setempat dapat terjadi melalui infeksi nyamuk lokal oleh wisatawan yang datang dari daerah endemis (Nelson, 2000).
Daerah yang sejak semula bebas malaria adalah Pasifik Tengah dan Selatan (Hawai dan Selandia Baru). Ini terjadi karena di daerah tersebut malaria tidak dapat berlangsung dalam tubuh nyamuk anopheles  (Anophelism without malaria) karena kondisi iklim/temperatur yang tidak sesuai (Sutanto dkk, 2008).
Batas dari penyebaran malaria adalah 64°LU (Rusia)  dan 32°LS (Argentina) dengan ketinggian yang dimungkinkan adalah 400 meter di bawah permukaan laut (Laut mati) dan 2600 meter di atas permukaan laut (Bolivia). Plasmodium vivax mempunyai distribusi geografis yang paling luas, mulai dari daerah beriklim dingin, subtropik sampai ke daerah tropik. Plasmodium ovale pada umumnya dijumpai di Afrika di bagian yang beriklim tropik, kadang-kadang dijumpai di Pasifik Barat (Rampengan, 2010).  Di Asia Tenggara negara-negara yang termasuk wilayah endemi malaria adalah : Bangladesh,  Bhutan, India, Indonesia, Maldives, Myanmar, Nepal, Srilanka dan Thailand.
Di Indonesia penyakit malaria tersebar di seluruh pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda-beda dan dapat berjangkit di daerah dengan ketinggian sampai 1800 meter di atas permukaan laut. Penduduk yang paling berisiko terkena malaria adalah anak balita, wanita hamil dan penduduk non imun yang mengunjungi daerah endemik malaria.  Angka API di pulau Jawa dan Bali pada tahun 2000 ialah 0,81 per 1000 penduduk turun menjadi 0,15 per 1000 penduduk pada tahun 2004. Sedangkan di luar Jawa-Bali angka AMI tetap tinggi  yaitu 31,09 per 1000 penduduk pada tahun  2000, turun menjadi 20,57 per 1000 penduduk tahun 2004. Spesies yang terbanyak dijumpai adalah Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax, Plasmodium malaria banyak dijumpai di Indonesia bagian Timur sedangkan Plasmodium ovale pernah ditemukan di Irian dan Nusa Tenggara Timur (Rampengan, 2010).
5.      Cara Penularan
a.    Penularan secara alamiah (natural infection) terjadi pada nyamuk anopheles.
b.    Penularan tidak alamiah
1)   Malaria bawaan (kongenital), terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria, penularan terjadi melalui tali pusat atau plasenta.
2)   Secara Mekanik, penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik  yang  tidak steril.  Penularan lewat jarum suntik juga banyak terjadi pada pecandu obat bius yang menggunakan jarum suntik yang tidak steril. Malaria lewat transfusi hanya menghasilkan siklus eritrositer karena tidak melalui sporozoit yang memerlukan siklus hati sehingga dapat di obati dengan mudah
3)   Secara Oral, cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam (P.gallinasium), burung dara (P.Relection) dan monyet (P.Knowlesi)  yang akhir-akhir ini dilaporkan menginfeksi manusia (Rampengan, 2010).

7.    Pemberantasan Malaria
Setiap upaya pemberantasan malaria yang dilakukan bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian sedemikian rupa sehingga penyakit ini tidak lagi merupakan masalah kesehatan.  Hal mendasar yang dilakukan untuk pemberantasan penyakit ini adalah dengan memutuskan mata rantai daur hidup parasit dalam tubuh manusia serta memusnahkan nyamuknya.
            Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi kejadian malaria ialah :
a.       Menghindari/mengurangi gigitan nyamuk anopheles dengan pemakaian kelambu, repelen dan obat nyamuk.
b.      Membunuh nyamuk dewasa dengan menggunakan insektisida
c.       Membunuh jentik baik secara kimiawi (larvasida ) maupun secara biologik (ikan pemakan jentik, tumbuhan, penggunaan bacillus thurigiensis).
d.      Mengurangi tempat perindukan (source reduction) dengan modifikasi dan manipulasi lingkungan.  Modifikasi dilakukan seperti menimbun tempat-tempat tergenang atau mengeringkannya  sedangkan manipulasi merupakan upaya mengubah keadaan lingkungan sedemikian rupa sehingga tidak cocok untuk perkembangan vektor.
e.       Mengobati penderita malaria.
f.       Pemberian pengobatan pada penderita.
Pemberian profilaksis, terutama bagi mereka yang akan bepergian ke tempat –tempat yang endemis malaria
8.    Pengobatan Malaria
Pengobatan malaria didasarkan pada ada tidaknya parasit malaria dan seharusnya tidak hanya didasarkan pada gejala klinis. Sebaliknya pada banyak individu yang imun (tinggal di daerah endemik) ditemukan parasit malaria dalam darahnya namun tidak ditemukan gejala malaria seperti demam. Pada keadaan ini seharusnya diberikan pengobatan untuk mencegah transmisi dan kemungkinan menjadi malaria berat, terutama pada anak-anak dan orang dewasa non imun, malaria dapat berkembang  cepat menjadi keadaan yang buruk. Kegagalan pada pengobatan malaria ringan dapat menyebabkan terjadinya malaria berat, meluasnya malaria karena transmisi infeksi, menyebabkan infeksi berulang dan bahkan timbulnya resistensi
Tujuan pengobatan secara umum adalah untuk mengurangi kesakitan, mencegah kematian, menyembuhkan penderita dan mengurangi kerugian akibat sakit. Selain itu upaya pengobatan mempunyai peranan penting yaitu mencegah kemungkinan terjadinya penularan penyakit dari seorang yang menderita malaria kepada orang-orang sehat lainnya.
Pengobatan malaria yang tidak tepat dapat menyebab resistensi, sehingga menyebabkan meluasnya malaria dan meningkatnya morbiditas. Untuk itu WHO telah merekomendasikan pengobatan malaria secara global dengan penggunaan regimen obat ACT (Artemisin  Combination Therapy) dan telah disetujui oleh Depkes RI sejak tahun 2004 sebagai obat lini I diseluruh Indonesia. Pengobatan dengan ACT harus disertai dengan kepastian ditemukannya parasit malaria secara mikroskopik atau sekurang-kurangnya dengan pemeriksaan RDT (Rapid Diagnostic Test). Pengobatan ACT yang direkomendasikan meliputi :
1.      Kombinasi artemeter + lumefantrin (AL)
2.      Kombinasi artesunate + amodikuin
3.      Kombinasi artesunate + meflokuin
4.      Kombinasi artesunate + sulfadoksin – pirimetamin
9.      Vector Malaria
Nyamuk anopheles di seluruh dunia meliputi ± 2000 spesies, yang ada di Indonesia berjumlah lebih dari 80 spesies, namun tidak semua jenis spesies anopheles berperan penting dalam penularan.  Sampai saat ini di Indonesia telah ditemukan sejumlah 24 spesies anopheles yang dapat menularkan malaria. Semua vektor tersebut hidup sesuai dengan kondisi ekologi setempat.  Berikut beberapa jenis vektor anopheles yang predominan di Nusa Tenggara Timur (Gunawan,2000):
1.    Anopheles aconitus
Vektor jenis An. aconitus betina paling sering menghisap darah ternak dibandingkan darah manusia. Perkembangan vektor jenis ini sangat erat hubungannya dengan lingkungan dimana kandang ternak yang ditempatkan satu atap dengan rumah penduduk.
Vektor An.aconitus biasanya aktif mengigit pada waktu malam hari, hampir 80% dari vektor ini bisa dijumpai di luar rumah penduduk antara jam 18.00 -22.00.  Nyamuk jenis An. aconitus ini hanya mencari darah di dalam rumah penduduk, setelah itu biasanya langsung keluar. Nyamuk ini biasanya suka hinggap di daerah-daerah yang lembab seperti di pinggir-pinggir parit, tebing sungai, dekat air yang selalu basah dan lembab. Tempat perindukan vektor An. aconitus terutama di daerah persawahan dan saluran irigasi. Persawahan yang berteras merupakan tempat yang baik untuk perkembangan nyamuk ini.

2.    Anopheles sundaicus
Pada vektor jenis ini umurnya lebih sering menghisap darah manusia dari pada darah binatang. Nyamuk ini aktif menggigit sepanjang malam tetapi paling sering antara pukul 22.00 - 01.00 dini hari. Pada waktu malam hari nyamuk masuk ke dalam rumah untuk mencari darah, hinggap di dinding baik sebelum maupun sesudah menghisap darah.
Vektor An. sundaicus biasanya berkembang biak di air payau, yaitu campuran antara air tawar dan air asin, dengan kadar garam optimum antara 12% -18%. Penyebaran jentik di tempat perindukan tidak merata di permukaan air, tetapi terkumpul di tempat-tempat tertutup seperti di antara tanaman air yang mengapung, sampah dan rumput - rumput di pinggir sungai atau pun parit.
3.    Anopheles  maculatus.
Vektor An. maculatus betina lebih sering menghisap darah binatang daripada darah manusia. Vektor jenis ini aktif mencari darah pada malam hari antara pukul 21.00 hingga 03.00.
Nyamuk ini berkembang biak di daerah pegunungan, dimana tempat perindukan yang spesifik vektor An. maculatus adalah di sungai yang kecil dengan air jernih, mata air yang mendapat sinar matahari langsung. Di kolam dengan air jernih juga ditemukan jentik nyamuk ini, meskipun densitasnya rendah.  Densitas An. maculatus tinggi pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan vektor jenis ini agak berkurang karena tempat perindukan hanyut terbawa banjir.
4.   Anopheles barbirostris.
       Jenis nyamuk ini di Sumatera dan Jawa jarang menggigit orang tetapi lebih sering dijumpai menggigit binatang peliharaan. Sedangkan pada daerah Sulawesi, Nusa Tenggara Timur dan Timor-Timur nyamuk ini lebih sering menggigit manusia daripada binatang. Jenis nyamuk ini biasanya mencari darah pada waktu malam hingga dini hari berkisar antara pukul 23.00 - 05.00. Frekuensi mencari darah tiap tiga hari sekali. Pada siang hari nyamuk jenis ini hanya sedikit yang dapat ditangkap, di dalam rumah penduduk, karena tempat istirahat nyamuk ini adalah di alam terbuka, paling sering hinggap pada pohon-pohon dan tanaman perdu disekitar rumah. Tempat berkembang biak (perindukan) vektor ini biasanya di sawah-sawah dengan saluran irigasinya kolam dan rawa-rawa (Hiswani,2004).
5.   Anopheles balabacensis
       Spesies ini merupakan spesies yang antropofilik, lebih menyukai darah manusia ketimbang darah binatang. Nyamuk ini mempunyai kebiasaan menggigit pada tengah malam hingga menjelang fajar sekitar jam 4 pagi. Spesies ini memiliki habitat asli di hutan-hutan berkembang biak di genangan air tawar. Pada siang hari sulit sekali menemukan nyamuk ini dalam rumah. Mereka lebih menyukai hutan-hutan atau semak di sekitar pekarangan rumah.
6.      Anopheles subpictus
       Anopheles subpictus lebih menyukai darah ternak ketimbang darah manusia. Nyamuk ini aktif sepanjang malam dan beristirahat di dinding rumah. Jentik nyamuk ini sering dijumpai bersama jentik An. sundaicus, namun lebih toleran terhadap salinitas yang rendah mendekati tawar (Achmadi,2005)

C. Beberapa faktor Yang mempengaruhi Kejadian Malaria

1.         Faktor Manusia ( Host)
a.    Karakteristik manusia
1)                 Umur
Anak-anak lebih rentan terhadap infeksi malaria. Beberapa studi menunjukkan  bahwa anak yang bergizi baik justru lebih sering  mendapat kejang dan malaria serebral dibanding dengan anak yang bergizi buruk. Akan tetapi anak yang bergizi baik  dapat mengatasi malaria berat dengan lebih cepat dibandingkan anak bergizi buruk (Gunawan,2000).
2)        Jenis Kelamin
Infeksi malaria tidak membedakan jenis kelamin, tetapi apabila menginfeksi ibu yang sedang hamil akan menyebabkan anemia yang berat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan mempunyai respon yang kuat dibandingkan laki-laki, namun kehamilan menambah risiko malaria.
3)        Imunitas
           Orang yang pernah terinfeksi malaria sebelumnya biasanya terbentuk imunitas dalam tubuhnya, demikian juga yang tinggal di daerah endemis biasanya mempunyai imunitas alami terhadap malaria.
4)        Ras
       Beberapa ras di Afrika  mempunyai kekebalan terhadap malaria, misalnya sickle cell anemia dan ovalositas. Plasmodium falciparum dapat gagal matang pada anak dengan dengan sel sabit serta tidak mampu mencapai densitas tinggi pada anak dengan defisiensi glukose-6-fosfat dehidrogenase (Nelson,2000).
5)        Status gizi
Masyarakat dengan gizi kurang baik dan tinggal di daerah endemis malaria lebih rentan terhadap infeksi malaria. Hubungan antara penyakit malaria dan kejadian Kurang Energi Protein (KEP) merupakan masalah yang hingga saat ini masih kontrovesial. Ada kelompok peneliti yang berpendapat bahwa penyakit malaria menyebabkan kejadian KEP, tetapi sebagian peneliti berpendapat bahwa keadaan KEP yang menyebabkan anak mudah terserang penyakit malaria. Rice et al. mengatakan terdapat hubungan yang kuat antara malnutrisi dalam hal meningkatkan risiko kematian pada penyakit infeksi termasuk malaria pada anak-anak di negara berkembang. Penelitian Shankar yang menguji hubungan antara malaria dan status gizi menunjukkan bahwa malnutrisi protein dan energi mempunyai hubungan dengan morbiditas dan mortalitas pada berbagai malaria (Wanti,2008). Penelitian yang dilakukan oleh Suwadera menunjukkan bahwa balita dengan status gizi kurang berisiko menderita malaria 1,86 kali dibandingkan dengan yang berstatus gizi baik.
b.     Perilaku manusia
Manusia dalam keseharian mempuyai aktifitas yang beresiko untuk terkena panyakit malaria, diantaranya :
1)        Kebiasaan untuk berada di luar rumah sampai larut malam, dimana vektornya bersifat eksofilik dan eksofagik akan memudahkan kontak dengan nyamuk.  Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suwito (2005) menunjukkan bahwa responden yang mempunyai kebiasaan keluar rumah pada malam hari mempunyai risiko menderita malaria 4 kali lebih besar di banding dengan yang tidak mempunyai kebiasaan keluar pada malam hari.
2)        Tingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria akan mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk memberantas  malaria dengan menyehatkan lingkungan, menggunakan kelambu. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Babba (2009) diperoleh bahwa orang yang tidur malam tidak menggunakan kelambu, mempunyai risiko terjangkit malaria sebesar 2,28 kali lebih besar dibandingkan yang menggunakan kelambu. 
3)        Memasang kawat kasa pada rumah dapat mengurangi masuknya nyamuk ke dalam rumah untuk menggigit manusia. Hasil penelitian Suwadera (2003) bahwa ada hubungan ventilasi yang di lengkapi kasa dengan kejadian malaria pada balita. Balita yang tinggal dalam rumah tidak di lengkapi dengan kawat kasa akan berisiko terkena malaria sebesar 3,41 kali dibandingkan balita yang tinggal di rumah dengan ventilasi memakai kawat kasa.
4)        Menggunakan obat nyamuk maupun repelen dapat menghindarkan diri dari gigitan nyamuk, baik hanya bersifat menolak ataupun membunuh nyamuk. Mereka yang mempunyai kebiasaan tidak menggunakan obat nyamuk mempunyai risiko terkena malaria sebesar 10,8 kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang menggunakan obat anti nyamuk (Suwito,2005).
Selain perilaku-perilaku tersebut, berbagai kegiatan manusia seperti pembendungan, pembuatan jalan, pertambangan dan pembangunan pemukiman/transmigrasi sering mengakibatkan perubahan lingkungan yang menguntungkan penularan malaria. Selain hal tersebut diatas, terdapat juga beberapa karakteristik dari manusia yang dapat menyebabkan terjadinya malaria seperti pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan pendapatan.
Pendidikan yang semakin tinggi diharapkan berbanding lurus dengan tingkat pengetahuan, terutama untuk pencegahan malaria. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yahya, dkk (2005) makin tinggi tingkat pendidikan ibu cenderung makin tinggi tingkat pengetahuannya tentang malaria pada anak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Babba (2008) bahwa ada hubungan antara pendidikan yang rendah dengan kejadian malaria dengan risiko terkena malaria sebesar 2,23 kali dibanding dengan orang yang berpendidikan tinggi.
Pekerjaan yang dilakukan seseorang mempunyai peranan dalam kejadian malaria. Hasil penelitian oleh Balai Penelitian Vektor dan Reservoar Penyakit  (BPVRP) juga menunjukkan hasil bahwa pekerjaaan yang berkaitan dengan pertanian mempunyai risiko untuk menderita malaria sebesar 4,1 kali lebih besar daripada yang bekerja selain dibidang pertanian.
Pendapatan berkaitan dengan kemampuan responden untuk mengupayakan pencegahan atau meminimalkan kontak dengan nyamuk misalnya dengan penggunaan kawat kasa atau membeli obat anti nyamuk. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Babba (2008) menunjukkan bahwa orang yang mempunyai penghasilan yang kurang mempunyai risiko sebesar 4, 32 kali untuk menderita malaria.
2.         Nyamuk
Nyamuk anopheles terutama hidup didaerah tropik dan sub tropik, namun dapat juga hidup di daerah beriklim sedang bahkan dapat hidup di daerah Arktika. Jarang ditemukan pada ketinggian lebih dari 2000-2500 m.  Efektifitas vektor untuk menularkan dipengaruhi hal-hal berikut :
a.    Kepadatan vektor dekat pemukiman manusia
b.   Kesukaan menghisap darah manusia
c.    Frekuensi menghisap darah (tergantung pada suhu)
d.   Lamanya sporogoni (berkembangnya parasit dalam nyamuk sehingga menjadi infektif)
e.    Lamanya hidup nyamuk harus cukup untuk sporogoni dan kemudian menginfeksi (Gunawan,2000).
Selain itu, perilaku nyamuk sangat menentukan dalam proses penularan malaria. Beberapa yang penting meliputi :
a.         Tempat istirahat di dalam rumah atau luar rumah (endofilik dan eksofilik)
b.         Tempat menggigit di dalam rumah atau luar rumah (endofagik dan eksofagik)
c.         Obyek yang di gigit, suka menggigit manusia atau hewan  (antrofofilik dan zoofilik).


III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian time series korelasi ekologi dengan pendekatan spasial, dimana visualisasi datanya akan di bantu dengan menggunakan  Sistem Informasi Geografis. Studi korelasi ekologi merupakan studi epidemiologi dengan populasi sebagai unit analisis. Menurut statistik, studi korelasi menggunakan teknik analitis yang bertujuan untuk menggambarkan hubungan antara variabel independen yaitu kepadatan penduduk, iklim (curah hujan, kelembaban dan suhu udara)  jumlah kasus Malaria
B.  Lokasi dan Waktu Penelitian
                         Penelitian ini akan di laksanakan pada bulan Desember Tahun  2015, yang dilakukan di Kota Kendari.
C. Populasi dan Sampel
                         Populasi dan sampel dalam penelitian ini yaitu kasus  penderita penyakit Malaria yang tercatat di register 15 Puskesmas yang berada di Kota Kendari tahun 2013-2015.
D.  Instrumen Penelitian
Alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:
Tabel 2. Daftar alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

No
ALAT/BAHAN
FUNGSI
HASIL/OUTPUT
1
Global Positioning System (GPS) Merek Garmin 76CSx
Menentukan lokasi/titik koordinat kasus Malaria (lintang bujur)
Data spasial kasus Malaria
2
ArcView GIS 3.3
Mengolah data lapangan untuk ditampilkan menjadi peta wilayah, distribusi kasus  dan analisis spasial selanjutnya.
Peta spasial distribusi kasus MALARIA dan analisis spasial.
3
Peta digital, Sumber :
a.      BMKG,
b.      BPS Kendari, &
c.      Google Earth
Sebagai peta dasar dalam pemetaan kasus MALARIA
Peta spasial kasus MALARIA.. 



E.  Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah :
1.   Variabel dependen adalah kejadian MALARIA di wilayah kota Kendari tahun 2013 - 2025.
2.   Variabel independen terdiri atas kepadatan penduduk,  curah hujan, suhu udara , dan kelembaban udara

F.  Definisi Operasional
Tabel 3. Daftar definisi operasional dan Kriteria Objektif dalam penelitian
No
Variabel
Definisi Operasional
Alat
Kriteria objektif 
1
2
3
4
5
11
MALARIA
Penyakit Malaria  ialah penyakit yang disebabkan oleh plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk (Kemenkes RI, 2010)
Data sekunder laporan kasus MALARIA kota Kendari periode tahun 2013 – 2015
Data yang diperoleh dari register lab puskesmas se-Kota Kendari.
 2
Kepadatan Penduduk
Perbandingan dari jumlah penduduk dibagi dengan luas wilayahnya.
Data sekunder kondisi kepadatan penduduk wilayah kota Kendari periode tahun 2013 – 2015
a.Kepadatan      penduduk 1 – 50 jiwa/ km2
b.Kepadatan  penduduk  51 – 250 jiwa/ km2
c.Kepadatan penduduk  251 – 400 jiwa/ km2
d.Kepadatan penduduk >401 jiwa/km2
33
Curah Hujan
Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang jatuh pada tempat yang datar dengan asumsi tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. kehidupan (Herlina, 2014).
Data sekunder rata - rata curah hujan bulanan wilayah kota Kendari periode tahun 2013 – 2015
Data yang diperoleh dari BMKG Kota Kendari
44
Suhu Udara
Suhu udara adalah ukuran energi kinetik rata – rata dari pergerakan molekul – molekul. Suhu udara akan berfluktuasi dengan nyata selama setiap periode 24 jam. Fluktuasi suhu udara (dan suhu tanah) berkaitan erat dengan proses pertukaran energi yang berlangsung di atmosfer (Fidayanto, 2013)
Data sekunder suhu udara bulanan wilayah kota Kendari periode tahun 2013 - 2015
Data yang diperoleh dari BMKG Kota Kendari dengan Rata-rata...oC/ tahun
55
Kelemba-ban Udara
Kelembaban udara adalah banyaknya kandungan uap air di atmosfer (BMKG, 2009).
Data sekunder kelembaban udara bulanan wilayah kota Kendari periode tahun 2013 – 2015
Data yang diperoleh dari BMKG Kota Kendari dengan Rata-rata ...% / tahun

G.    Pengumpulan Data
1.   Sumber Data
Data yang di peroleh dalam penelitian ini bersumber dari beberapa instansi pemerintahan di Kota Kendari. Berikut penjelasannya :
a.   Data Primer
Data primer dalam penelitian ini yaitu tempat pengambilan titik koordinat letak Puskesmas se-Kota Kendari .
Tahapan pengumpulan data primer :
1)   Koordinat letak puskesmas yang ada di Kota Kendari  diperoleh dengan mendatangi 15 lokasi puskesmas yang ada di Kota Kendari.
2)   Menentukan titik koordinat puskesmas dengan Global Positioning System (GPS).
3)   Melakukan pencatatan data primer berupa titik koordinat (lintang-bujur) lokasi puskesmas.
4)   Data titik koordinat lokasi Puskesmas dilakukan dengan pencatatan manual oleh peneliti.
5)   Data titik koordinat letak puskesmas berdasarkan kasus selanjutnya data akan dimasukkan ke komputer dan diolah dengan program Arcview GIS 3.3.
b.      Data sekunder
1)   Data kasus MALARIA tahun 2013-2015 di peroleh dari buku register 15 Puskesmas yang berada di Kota Kendari.
2)   Data kepadatan penduduk tahun 2013-2015 di peroleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kendari.
3)   Data mengenai kondisi iklim di Kota Kendari tahun 2013-2015 khususnya data mengenai kondisi curah hujan, kelembaban dan  suhu udara dari Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG) Kota Kendari. 
4)   Data ABJ tahun 2013-2015 di peroleh dari buku register 15 puskesmas yang berada di Kota Kendari.
H. Pengolahan, Analisis, dan Penyajian Data
Analisa data spasial dengan 3 aplikasi DNRgarmin, Global Mapper, ArcView GIS 3.3 yang memiliki kemampuan untuk memvisualisasikan,  mengeksplorasi,  memilah-milah data dan menganalisis data secara spasial. Data titik koordinat yang dikumpulkan oleh GPS, selanjutnya ditransfer ke “Map Source”. Titik koordinat (lintang-bujur) berdasarkan kasus MALARIA harus dikonversikan dalam bentuk derajat, dengan menggunakan coordinat converter (konversi koordinat). Analisa data selanjutnya dengan Arcview GIS 3.3 dalam memetakan, membuat pengelompokan/kluster, maupun menampilkan informasi keruangan/wilayah berdasarkan data yang telah dikumpulkan

0 comments:

Post a Comment