I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Malaria adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasityang merupakan golongan
plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalamsel darah merah manusia.
Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitannyamuk anopheles. Malaria
merupakan salah satu penyakit yang tersebar dibeberapa wilayah di dunia.
Umumnya tempat-tempat yang rawan malaria terdapatpada Negara-negara berkembang
dimana tidak memiliki tempat penampunganatau pembuangan air yang cukup,
sehingga menyebabkan air menggenang dan dapat dijadikan sebagai tempat ideal
nyamuk untuk bertelur.
Malaria
disebabkan oleh parasit dari genus plasmodium. Ada empat jenisplasmodium yang
dapat menyebabkan malaria, yaitu plasmodium falciparumdengan masa inkubasi 7-14
hari, plasmodium vivax dengan masa inkubasi 8-14hari, plasmodium oval dengan
masa inkubasi 8-14 hari, dan plasmodium malariadengan masa inkubasi 7-30 hari.
Parasit-parasit tersebut ditularkan padamanusia melalui gigitan seekor nyamuk
dari genus anopheles. Gejala yangditimbulkan antara lain adalah demam,
anemia, panas dingin, dan keringat dingin. Untuk mendiagnosa seseorang
menderita malaria adalah dengan memeriksa ada tidaknya plasmodium pada sampel
darah. Namun yang seringkali ditemui dalam kasus penyakit malaria adalah
plasmodium falciparum dan plasmodium vivax.
Berdasarkan The
World Malaria Report 2010, sebanyak lebih dari 1 juta orang termasuk anak-anak
setiap tahun meninggal akibat malaria dimana 80% kematian
terjadi di Afrika, dan 15% di Asia (termasuk Eropa Timur). Secara keseluruhan
terdapat 3,2 Miliyar penderita malaria di dunia yang terdapat di 107
negara. Malaria di dunia paling banyak terdapat di Afrika
yaitu di sebelah selatan Sahara
dimana banyak anak-anak meninggal karena malaria dan malaria muncul
kembali di Asia Tengah, Eropa Timur dan Asia Tenggara.
Indonesia sebagai
salah satu negara yang masih beresiko Malaria
(Risk-Malaria), pada tahun 2009 terdapat
sekitar 2 juta kasus malaria klinis dan 350 ribu kasus di antaranya
dikonfirmasi positif. Sedangkan tahun 2010 menjadi 1,75 juta
kasus dan 311 ribu di antaranya
dikonfirmasi positif. Sampai tahun 2010 masih terjadi KLB dan
peningkatan kasus malaria di 8 Propinsi, 13 kabupaten, 15
kecamatan, 30 desa dengan jumlah
penderita malaria positif sebesar 1256 penderita, 74 kematian.
Jumlah ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009,
dimana terjadi KLB di 7 propinsi,
7 kab, 7 kec dan 10 desa dengan jumlah penderita 1107 dengan 23
kematian.
Ada banyak
faktor yang berkontribusi menyebabkan penyakit, begitu
juga dengan penyakit malaria. Faktor-faktor tersebutberasal dari individu
sendiri maupun dari lingkungan. Menurut Ramadhan (2010), beberapa faktor yang
terkait dalam penularan demam berdarah antara
lain kepadatan penduduk, mobilitas penduduk, kualitasperumahan dan sikap hidup.
Sedangkan faktor yang dapat memicu terjadinya
malaria adalah faktor lingkungan yang termasuk di dalamnya
perubahan suhu, kelembaban udara, dan curah hujan yang
mengakibatkan nyamuk lebih sering bertelur dan plasmodium
berkembang biak dengan cepat. Parasit dan pembawa penyakit
(nyamuk) sangat peka terhadap faktor iklim,
khususnya suhu, curah hujan, kelembaban,
permukaan air, dan angin.
Data malaria
merupakan data berkala, yaitu data yangdisajikan dalam kurun waktu tertentu.
Data berkala erat kaitannya dengan peramalan atau prediksi. Salah satu upaya
penanganan malaria adalah dengan memprediksi angka perkembangan penyakit
padawaktu yang akan datang. Prediksi atau peramalan ini dapat membantu
mengoptimalkan upaya pencegahan sejak dini agar keterlambatan penanganan tidak
lagi terjadi.
Proses
peramalan dapat dilakukan menggunakan banyak metode, antara lain metode
pemulusan (smoothing), dekomposisi, regresi, ARIMA Box
Jenskins, dan sebagainya. Dalam perkembangan selanjutnya berkembang metode
baru menggunakan sistem Jaringan Saraf Tiruan.
Berdasarkan
uraian diatas, maka pada skripsi ini, akan dilakukan peramalan kasus malaria di
Puskesmas Abeli dimana inputnya adalah banyak kasus malaria di kecamatan
Nambo Penelitian untuk memprediksi banyak kasus demam berdarah dengan melihat
berdasarkan epidemiologi deskriptif yaitu orang, waktu dan tempat.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana peramalan kejadian
malaria berdasarkan orang, waktu dan tempat periode 2016 – 2018 di Kecamatan
Abeli Kota Kendari?”.
1.3 Tujuan Penelitian
- Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui peramalan kejadian malaria berdasarkan orang,
waktu dan tempat periode 2016 – 2018 di Kecamatan Abeli Kota
Kendari.
2.
Tujuan
Khusus
a. Untuk
mengetahui peramalan kejadian malaria berdasarkan orang periode 2016 – 2018 di
Kecamatan Abeli Kota Kendari
b. Untuk
mengetahui peramalan kejadian malaria berdasarkan waktu periode 2016 – 2018 di
Kecamatan Abeli Kota Kendari
c. Untuk
mengetahui peramalan kejadian malaria berdasarkan tempat periode 2016 – 2018 di
Kecamatan Abeli Kota Kendari
D. Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan wawasan serta
sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan,
disamping itu hasil penelitian ini dapat dijadikan Sebagai bahan masukan bagi
pemerintah khususnya bagi Puskesmas Abeli dan Kota Kendari.
2.
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmu pengetahuan atau sebagai bahan kajian rujukan bagi penelitian lebih lanjut
tentang studi time series kejadian
malaria dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
3.
Manfaat bagi Peneliti
Penelitian
ini diharapkan bisa menjadi suatu pengalaman
berharga bagi peneliti dan dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh peneliti selama mengikuti
perkuliahan khususnya pada disiplin ilmu epidemiologi.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Tentang
Penyakit Malaria
1.
Pengertian
Malaria
Malaria adalah salah satu penyakit menular yang bersifat akut maupun
kronis. Terdiri dari kata mal dan area yang berarti udara yang busuk, diambil
dari kondisi yang terjadi yaitu suatu penyakit yang banyak diderita masyarakat
yang tinggal di sekitar rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk (Gandahusada
dkk,1998). Penyakit malaria merupakan infeksi yang disebabkan oleh parasit
malaria, suatu protozoa darah genus plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk
anopheles betina yang terinfeksi
(Nugroho,2000).
2.
Gejala Klinis Malaria
Gejala klinis malaria
merupakan petunjuk yang penting dalam diagnosis malaria. Manifestasi klinis
malaria sangat khas dengan adanya serangan demam yang intermitten, anemia dan
splenomegali. Penyakit ini cenderung untuk beralih dari demam akut ke keadaan
menahun. Selama stadium akut terdapat masa demam yang intermitten. Sedangkan pada infeksi oleh plasmodium vivax,
panas bersifat ireguler, kadang-kadang remiten atau intermiten. Dalam stadium menahun berikutnya terdapat
masa laten yang diselingi kambuh
beberapa kali. Kambuhnya penyakit
ini sangat mirip dengan serangan pertama. Sementara itu rekrudensi sering
terjadi pada infeksi yang disebabkan plasmodium
malariae ( Harijanto,2010).
Demam
yang terjadi pada penderita berhubungan dengan proses skizogoni (pecahnya
merozoit/skizon). Berat ringannya pun tergantung pada jenis plasmodium yang
menyebabkan infeksi. Di Indonesia sampai saat ini terdapat empat macam
plasmodium penyebab infeksi malaria yaitu :
1.
Plasmodium falciparum penyebab malaria tropika yang menimbulkan
demam tiap 24-48 jam,
2.
Plasmodium vivax penyebab malaria tertiana yang menimbulkan
demam tiap hari ke 3
3.
Plasmodium malariae penyebab malaria kuartana yang menimbulkan
demam tiap hari ke 4
4.
Plasmodium ovale penyebab malaria ovale, memberikan infeksi yang
paling ringan dan sering sembuh spontan tanpa pengobatan (Harijanto, 2010).
Selain itu, pada infeksi malaria terdapat
gejala klasik malaria akut yang sering di sebut Trias Malaria, secara berurutan
:
a. Periode dingin.
Stadium ini mulai dengan menggigil, kulit dingin dan kering. Gigi gemeretak dan penderita biasanya menutup
tubuhnya dengan selimut yang tersedia. Nadi cepat tetapi lemah. Bibir dan jari pucat kebiru-biruan, kulit
kering dan pucat. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam. diikuti meningkatnya temperatur.
b. Periode demam
Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa kepanasan. Suhu badan dapat meningkat sampai 40°C atau lebih. Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit kepala, nadi cepat, respirasi meningkat, muntah-muntah dan dapat terjadi syok (tekanan darah turun) bahkan sampai terjadi kejang (pada anak). Stadium ini berlangsung lebih lama dari periode dingin, antara 2 sampai 4 jam. Demam disebabkan oleh pecahnya sison darah yang telah matang dan masuknya merozoit ke dalam aliran darah.
c. Periode Berkeringat.
Pada periode ini penderita berkeringat banyak sekali
sampai-sampai tempat tidurnya basah. Temperatur turun dan penderita merasa capek
dan biasanya dapat tidur nyenyak. Pada saat bangun dari tidur merasa lemah
tetapi tidak ada gejala lain, stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam.
Gejala-gejala yang disebutkan di atas tidak selalu sama pada setiap penderita,
tergantung pada spesies parasit dan umur dari penderita, gejala klinis yang
berat biasanya terjadi pada malaria tropika. Hal ini disebabkan oleh adanya
kecenderungan parasit (bentuk trofosoit dan sison). Untuk berkumpul pada
pembuluh darah organ tubuh seperti otak, hati dan ginjal sehingga menyebabkan
tersumbatnya pembuluh darah pada organ-organ tubuh tersebut.
3.
Diagnosis malaria
Diagnosis malaria umumnya
didasarkan pada manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan
ditemukannya parasit (plasmodium) dalam darah penderita. Manifestasi klinis
demam malaria seringkali tidak khas dan menyerupai penyakit infeksi lain
seperti demam dengue dan demam tifoid, sehingga sulit dilakukan diagnosa dengan
mengandalkan pengamatan secara klinis saja, namun perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium untuk menunjang diagnosis malaria sedini mungkin. Pemeriksaan
mikroskopis membutuhkan syarat-syarat tertentu agar di peroleh nilai diagnostik
yang tinggi yaitu dengan sensivitas dan spesifitas yang tinggi. Syarat-syarat tersebut meliputi:
a.
Waktu
pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir peroide demam memasuki periode
berkeringat karena pada periode ini jumlah trofozoit mencapai jumlah maksimal
dalam sirkulasi.
b. Volume darah yang diambil sebagai sampel
cukup untuk sediaan darah tipis ( 1 – 1,5 mikroliter) dan sediaan darah tebal
(3-4 mikroliter)
c. Kualitas preparat harus baik agar terjamin
kualitas identifikasi spesies plasmodium dengan tepat (Purwaningsih, 2000).
4.
Epidemiologi Malaria
Penularan malaria banyak terjadi pada
kebanyakan daerah tropis dan sub tropis,
terutama terdapat pada daerah dimana orang-orang mempunyai gametosit dalam darahnya sehingga menjadikan nyamuk anopheles terinfeksi dan menularkan pada
orang yang sehat. Walaupun Amerika
Serikat, Kanada, Eropa, Australia dan Israel sekarang bebas malaria lokal, wabah setempat dapat terjadi
melalui infeksi nyamuk lokal oleh wisatawan yang datang dari daerah endemis
(Nelson, 2000).
Daerah yang sejak semula bebas malaria
adalah Pasifik Tengah dan Selatan (Hawai dan Selandia Baru). Ini terjadi karena
di daerah tersebut malaria tidak dapat berlangsung dalam tubuh nyamuk
anopheles (Anophelism without malaria) karena kondisi iklim/temperatur yang
tidak sesuai (Sutanto dkk, 2008).
Batas
dari penyebaran malaria adalah 64°LU (Rusia) dan 32°LS (Argentina) dengan ketinggian yang dimungkinkan adalah 400
meter di bawah permukaan laut (Laut mati) dan
2600 meter di atas permukaan laut (Bolivia). Plasmodium vivax mempunyai distribusi geografis yang paling luas, mulai dari daerah beriklim dingin, subtropik sampai ke daerah
tropik. Plasmodium ovale pada umumnya
dijumpai di Afrika di bagian yang beriklim tropik, kadang-kadang dijumpai di
Pasifik Barat
(Rampengan, 2010). Di Asia Tenggara negara-negara
yang termasuk wilayah endemi malaria adalah : Bangladesh, Bhutan, India, Indonesia, Maldives, Myanmar,
Nepal, Srilanka dan Thailand.
Di
Indonesia penyakit malaria tersebar di seluruh pulau dengan
derajat endemisitas yang berbeda-beda dan dapat berjangkit di daerah
dengan ketinggian sampai 1800 meter di atas permukaan laut. Penduduk yang paling berisiko
terkena malaria adalah anak balita, wanita hamil dan penduduk non imun yang
mengunjungi daerah endemik malaria. Angka
API di pulau Jawa dan Bali pada tahun 2000 ialah 0,81 per 1000 penduduk turun
menjadi 0,15 per 1000 penduduk pada tahun 2004. Sedangkan di luar Jawa-Bali angka AMI tetap tinggi yaitu 31,09 per 1000 penduduk pada tahun 2000, turun menjadi 20,57 per 1000 penduduk
tahun 2004. Spesies
yang terbanyak dijumpai adalah Plasmodium
falciparum dan Plasmodium vivax, Plasmodium malaria banyak dijumpai di Indonesia bagian Timur sedangkan Plasmodium ovale pernah ditemukan di Irian dan Nusa Tenggara Timur (Rampengan, 2010).
5.
Cara Penularan
a.
Penularan secara alamiah (natural infection) terjadi pada nyamuk
anopheles.
b.
Penularan tidak alamiah
1)
Malaria bawaan (kongenital), terjadi pada
bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria, penularan terjadi
melalui tali pusat atau plasenta.
2)
Secara Mekanik, penularan terjadi
melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik yang
tidak steril. Penularan lewat
jarum suntik juga banyak terjadi pada pecandu obat bius yang menggunakan jarum
suntik yang tidak steril. Malaria lewat transfusi hanya menghasilkan siklus
eritrositer karena tidak melalui sporozoit yang memerlukan siklus hati sehingga
dapat di obati dengan mudah
3)
Secara Oral, cara penularan ini
pernah dibuktikan pada burung, ayam (P.gallinasium),
burung dara (P.Relection) dan monyet
(P.Knowlesi) yang akhir-akhir ini dilaporkan menginfeksi
manusia (Rampengan, 2010).
7.
Pemberantasan Malaria
Setiap upaya pemberantasan malaria
yang dilakukan bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
sedemikian rupa sehingga penyakit ini tidak lagi merupakan masalah
kesehatan. Hal mendasar yang dilakukan
untuk pemberantasan penyakit ini adalah dengan memutuskan mata rantai daur
hidup parasit dalam tubuh manusia serta memusnahkan nyamuknya.
Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi
kejadian malaria ialah :
a.
Menghindari/mengurangi gigitan nyamuk anopheles dengan pemakaian kelambu,
repelen dan obat nyamuk.
b.
Membunuh nyamuk dewasa dengan menggunakan insektisida
c.
Membunuh jentik baik secara kimiawi (larvasida ) maupun secara biologik
(ikan pemakan jentik, tumbuhan, penggunaan bacillus thurigiensis).
d.
Mengurangi tempat perindukan (source
reduction) dengan modifikasi dan manipulasi lingkungan. Modifikasi dilakukan seperti menimbun
tempat-tempat tergenang atau mengeringkannya
sedangkan manipulasi merupakan upaya mengubah keadaan lingkungan
sedemikian rupa sehingga tidak cocok untuk perkembangan vektor.
e.
Mengobati penderita malaria.
f.
Pemberian pengobatan pada penderita.
Pemberian profilaksis, terutama bagi
mereka yang akan bepergian ke tempat –tempat yang endemis malaria
8.
Pengobatan Malaria
Pengobatan malaria didasarkan pada ada tidaknya
parasit malaria dan seharusnya tidak hanya didasarkan pada gejala klinis.
Sebaliknya pada banyak individu yang imun (tinggal di daerah endemik) ditemukan
parasit malaria dalam darahnya namun tidak ditemukan gejala malaria seperti
demam. Pada keadaan ini seharusnya diberikan pengobatan untuk mencegah
transmisi dan kemungkinan menjadi malaria berat, terutama pada anak-anak dan
orang dewasa non imun, malaria dapat berkembang
cepat menjadi keadaan yang buruk. Kegagalan pada pengobatan malaria
ringan dapat menyebabkan terjadinya malaria berat, meluasnya malaria karena
transmisi infeksi, menyebabkan infeksi berulang dan bahkan timbulnya resistensi
Tujuan pengobatan secara umum adalah untuk
mengurangi kesakitan, mencegah kematian, menyembuhkan penderita dan mengurangi
kerugian akibat sakit. Selain itu upaya pengobatan mempunyai peranan penting
yaitu mencegah kemungkinan terjadinya penularan penyakit dari seorang yang
menderita malaria kepada orang-orang sehat lainnya.
Pengobatan malaria yang tidak tepat dapat menyebab
resistensi, sehingga menyebabkan meluasnya malaria dan meningkatnya morbiditas.
Untuk itu WHO telah merekomendasikan pengobatan malaria secara global dengan
penggunaan regimen obat ACT (Artemisin Combination Therapy) dan telah disetujui
oleh Depkes RI sejak tahun 2004 sebagai obat lini I diseluruh Indonesia.
Pengobatan dengan ACT harus disertai dengan kepastian ditemukannya parasit
malaria secara mikroskopik atau sekurang-kurangnya dengan pemeriksaan RDT (Rapid Diagnostic Test). Pengobatan ACT
yang direkomendasikan meliputi :
1.
Kombinasi artemeter + lumefantrin (AL)
2.
Kombinasi artesunate + amodikuin
3.
Kombinasi artesunate + meflokuin
4.
Kombinasi artesunate + sulfadoksin – pirimetamin
9.
Vector Malaria
Nyamuk anopheles
di seluruh dunia meliputi ± 2000 spesies, yang ada di Indonesia berjumlah
lebih dari 80 spesies, namun tidak semua jenis spesies anopheles berperan
penting dalam penularan. Sampai saat ini
di Indonesia telah ditemukan sejumlah 24 spesies anopheles yang dapat menularkan malaria. Semua vektor tersebut
hidup sesuai dengan kondisi ekologi setempat.
Berikut beberapa jenis vektor anopheles
yang predominan di Nusa Tenggara Timur (Gunawan,2000):
1. Anopheles aconitus
Vektor jenis An. aconitus betina paling sering menghisap darah ternak
dibandingkan darah manusia. Perkembangan vektor jenis ini sangat erat
hubungannya dengan lingkungan dimana kandang ternak yang ditempatkan satu atap
dengan rumah penduduk.
Vektor An.aconitus biasanya aktif mengigit pada waktu malam hari, hampir 80%
dari vektor ini bisa dijumpai di luar rumah penduduk antara jam 18.00
-22.00. Nyamuk jenis An. aconitus ini hanya mencari darah di dalam rumah penduduk, setelah itu biasanya langsung keluar. Nyamuk ini biasanya
suka hinggap di daerah-daerah yang lembab seperti
di pinggir-pinggir parit, tebing sungai, dekat air yang selalu
basah dan lembab. Tempat perindukan vektor An. aconitus terutama di daerah
persawahan dan saluran irigasi. Persawahan yang berteras
merupakan tempat yang baik untuk perkembangan nyamuk ini.
2. Anopheles sundaicus
Pada vektor jenis ini umurnya lebih sering menghisap darah
manusia dari pada darah binatang. Nyamuk ini aktif menggigit sepanjang malam
tetapi paling sering antara pukul 22.00 - 01.00 dini hari. Pada waktu malam
hari nyamuk masuk ke dalam rumah untuk mencari darah, hinggap di dinding
baik sebelum maupun sesudah menghisap darah.
Vektor An. sundaicus biasanya berkembang biak di air payau, yaitu campuran
antara air tawar dan air asin, dengan kadar garam optimum antara 12% -18%.
Penyebaran jentik di tempat perindukan tidak merata di permukaan
air, tetapi terkumpul di tempat-tempat tertutup seperti di antara
tanaman air yang mengapung, sampah dan rumput - rumput di pinggir
sungai atau pun parit.
3.
Anopheles maculatus.
Vektor An. maculatus betina lebih sering menghisap
darah binatang daripada darah manusia. Vektor jenis ini aktif mencari darah
pada malam hari antara pukul 21.00 hingga 03.00.
Nyamuk ini berkembang biak di daerah pegunungan, dimana tempat perindukan yang spesifik vektor An. maculatus adalah di
sungai yang kecil dengan air jernih, mata air yang mendapat sinar matahari
langsung. Di kolam dengan air jernih juga ditemukan
jentik nyamuk ini, meskipun densitasnya rendah. Densitas An. maculatus tinggi pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan
vektor jenis ini agak berkurang karena tempat perindukan hanyut terbawa banjir.
4.
Anopheles
barbirostris.
Jenis
nyamuk ini di Sumatera dan Jawa jarang menggigit orang tetapi lebih sering
dijumpai menggigit binatang peliharaan. Sedangkan pada daerah Sulawesi, Nusa
Tenggara Timur dan Timor-Timur nyamuk ini lebih sering menggigit manusia
daripada binatang. Jenis nyamuk ini biasanya mencari darah pada waktu malam
hingga dini hari berkisar antara pukul 23.00 - 05.00. Frekuensi
mencari darah tiap tiga hari sekali. Pada siang hari nyamuk jenis ini hanya
sedikit yang dapat ditangkap, di dalam rumah penduduk, karena tempat
istirahat nyamuk ini adalah di alam terbuka,
paling sering hinggap pada pohon-pohon dan tanaman perdu disekitar rumah.
Tempat berkembang biak (perindukan) vektor ini biasanya di sawah-sawah dengan saluran irigasinya kolam dan rawa-rawa (Hiswani,2004).
5. Anopheles balabacensis
Spesies ini merupakan spesies yang
antropofilik, lebih menyukai darah manusia ketimbang darah binatang. Nyamuk ini
mempunyai kebiasaan menggigit pada tengah malam hingga menjelang fajar sekitar
jam 4 pagi. Spesies ini memiliki habitat asli di hutan-hutan berkembang biak di
genangan air tawar. Pada siang hari sulit sekali menemukan nyamuk ini dalam
rumah. Mereka lebih menyukai hutan-hutan atau semak di sekitar pekarangan
rumah.
6. Anopheles subpictus
Anopheles
subpictus lebih menyukai darah ternak ketimbang darah manusia. Nyamuk ini
aktif sepanjang malam dan beristirahat di dinding rumah. Jentik nyamuk ini
sering dijumpai bersama jentik An. sundaicus,
namun lebih toleran terhadap salinitas yang rendah mendekati tawar (Achmadi,2005)
C. Beberapa faktor Yang mempengaruhi Kejadian Malaria
1.
Faktor
Manusia ( Host)
a.
Karakteristik
manusia
1)
Umur
Anak-anak
lebih rentan terhadap infeksi malaria. Beberapa studi menunjukkan bahwa anak yang bergizi baik justru lebih
sering mendapat kejang dan malaria
serebral dibanding dengan anak yang bergizi buruk. Akan tetapi anak yang
bergizi baik dapat mengatasi malaria
berat dengan lebih cepat dibandingkan anak bergizi buruk (Gunawan,2000).
2)
Jenis
Kelamin
Infeksi
malaria tidak membedakan jenis kelamin, tetapi apabila menginfeksi ibu yang
sedang hamil akan menyebabkan anemia yang berat. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa perempuan mempunyai respon yang kuat dibandingkan laki-laki,
namun kehamilan menambah risiko malaria.
3)
Imunitas
Orang yang pernah
terinfeksi malaria sebelumnya biasanya terbentuk imunitas dalam tubuhnya,
demikian juga yang tinggal di daerah endemis biasanya mempunyai imunitas alami
terhadap malaria.
4)
Ras
Beberapa ras di Afrika mempunyai kekebalan terhadap malaria,
misalnya sickle cell anemia dan
ovalositas. Plasmodium falciparum
dapat gagal matang pada anak dengan dengan sel sabit serta tidak mampu mencapai
densitas tinggi pada anak dengan defisiensi glukose-6-fosfat
dehidrogenase (Nelson,2000).
5)
Status
gizi
Masyarakat
dengan gizi kurang baik dan tinggal di daerah endemis malaria lebih rentan
terhadap infeksi malaria. Hubungan antara penyakit malaria dan kejadian Kurang Energi Protein (KEP)
merupakan masalah yang hingga
saat ini masih kontrovesial. Ada kelompok peneliti yang berpendapat bahwa
penyakit malaria menyebabkan kejadian KEP, tetapi sebagian peneliti berpendapat
bahwa keadaan KEP yang menyebabkan
anak mudah terserang penyakit malaria. Rice et al. mengatakan terdapat hubungan
yang kuat antara malnutrisi dalam hal meningkatkan risiko kematian pada
penyakit infeksi termasuk malaria pada anak-anak di negara berkembang.
Penelitian Shankar yang menguji
hubungan antara malaria dan status gizi menunjukkan bahwa malnutrisi protein
dan energi mempunyai hubungan dengan morbiditas dan mortalitas pada berbagai
malaria (Wanti,2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Suwadera menunjukkan bahwa balita dengan status
gizi kurang berisiko menderita malaria 1,86 kali dibandingkan dengan yang
berstatus gizi baik.
b.
Perilaku
manusia
Manusia
dalam keseharian mempuyai aktifitas yang beresiko untuk terkena panyakit
malaria, diantaranya :
1)
Kebiasaan
untuk berada di luar rumah sampai larut malam, dimana vektornya bersifat
eksofilik dan eksofagik akan memudahkan kontak dengan nyamuk. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suwito
(2005) menunjukkan bahwa responden yang mempunyai kebiasaan keluar rumah pada
malam hari mempunyai risiko menderita malaria 4 kali lebih besar di banding
dengan yang tidak mempunyai kebiasaan keluar pada malam hari.
2)
Tingkat
kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria akan mempengaruhi kesediaan
masyarakat untuk memberantas malaria
dengan menyehatkan lingkungan, menggunakan kelambu. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Babba (2009) diperoleh bahwa orang yang tidur malam tidak
menggunakan kelambu, mempunyai risiko terjangkit malaria sebesar 2,28 kali
lebih besar dibandingkan yang menggunakan kelambu.
3)
Memasang
kawat kasa pada rumah dapat mengurangi masuknya nyamuk ke dalam rumah untuk
menggigit manusia. Hasil penelitian Suwadera (2003) bahwa ada hubungan
ventilasi yang di lengkapi kasa dengan kejadian malaria pada balita. Balita
yang tinggal dalam rumah tidak di lengkapi dengan kawat kasa akan berisiko
terkena malaria sebesar 3,41 kali dibandingkan balita yang tinggal di rumah
dengan ventilasi memakai kawat kasa.
4)
Menggunakan
obat nyamuk maupun repelen dapat menghindarkan diri dari gigitan nyamuk, baik
hanya bersifat menolak ataupun membunuh nyamuk. Mereka yang mempunyai kebiasaan
tidak menggunakan obat nyamuk mempunyai risiko terkena malaria sebesar 10,8
kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang menggunakan obat anti nyamuk
(Suwito,2005).
Selain perilaku-perilaku tersebut, berbagai
kegiatan manusia seperti pembendungan, pembuatan jalan, pertambangan dan
pembangunan pemukiman/transmigrasi sering mengakibatkan perubahan lingkungan
yang menguntungkan penularan malaria. Selain hal tersebut diatas, terdapat juga
beberapa karakteristik dari manusia yang dapat menyebabkan terjadinya malaria
seperti pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan pendapatan.
Pendidikan yang semakin tinggi diharapkan
berbanding lurus dengan tingkat pengetahuan, terutama untuk pencegahan malaria.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yahya, dkk (2005) makin tinggi tingkat
pendidikan ibu cenderung makin tinggi tingkat pengetahuannya tentang malaria
pada anak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Babba (2008) bahwa ada
hubungan antara pendidikan yang rendah dengan kejadian malaria dengan risiko
terkena malaria sebesar 2,23 kali dibanding dengan orang yang berpendidikan
tinggi.
Pekerjaan yang dilakukan seseorang mempunyai peranan dalam kejadian malaria.
Hasil penelitian oleh Balai Penelitian Vektor dan Reservoar Penyakit (BPVRP) juga menunjukkan hasil bahwa
pekerjaaan yang berkaitan
dengan pertanian mempunyai risiko untuk menderita malaria sebesar 4,1 kali
lebih besar daripada yang
bekerja selain dibidang pertanian.
Pendapatan berkaitan dengan kemampuan responden untuk mengupayakan
pencegahan atau meminimalkan kontak dengan nyamuk misalnya dengan penggunaan
kawat kasa atau membeli obat anti nyamuk. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Babba (2008) menunjukkan bahwa orang yang mempunyai penghasilan yang kurang
mempunyai risiko sebesar 4, 32 kali untuk menderita malaria.
2.
Nyamuk
Nyamuk anopheles terutama hidup
didaerah tropik dan sub tropik, namun dapat juga hidup di daerah beriklim
sedang bahkan dapat hidup di daerah Arktika. Jarang ditemukan pada ketinggian
lebih dari 2000-2500 m. Efektifitas
vektor untuk menularkan dipengaruhi hal-hal berikut :
a. Kepadatan vektor dekat pemukiman manusia
b. Kesukaan menghisap darah manusia
c. Frekuensi menghisap darah (tergantung pada
suhu)
d. Lamanya sporogoni (berkembangnya parasit
dalam nyamuk sehingga menjadi infektif)
e. Lamanya hidup nyamuk harus cukup untuk
sporogoni dan kemudian menginfeksi (Gunawan,2000).
Selain itu,
perilaku nyamuk sangat menentukan dalam proses penularan malaria. Beberapa yang
penting meliputi :
a.
Tempat
istirahat di dalam rumah atau luar rumah (endofilik dan eksofilik)
b.
Tempat
menggigit di dalam rumah atau luar rumah (endofagik dan eksofagik)
c.
Obyek
yang di gigit, suka menggigit manusia atau hewan (antrofofilik dan zoofilik).
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian time series korelasi ekologi dengan pendekatan spasial, dimana visualisasi datanya akan
di bantu dengan menggunakan Sistem
Informasi Geografis. Studi korelasi ekologi merupakan studi epidemiologi dengan
populasi sebagai unit analisis. Menurut statistik, studi korelasi menggunakan
teknik analitis yang bertujuan untuk menggambarkan hubungan antara variabel
independen yaitu kepadatan penduduk, iklim (curah hujan, kelembaban dan suhu udara) jumlah kasus Malaria
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan di laksanakan
pada bulan Desember Tahun 2015, yang dilakukan di Kota Kendari.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dan
sampel dalam penelitian ini yaitu kasus
penderita penyakit Malaria yang tercatat di register 15 Puskesmas yang
berada di Kota Kendari tahun 2013-2015.
D. Instrumen Penelitian
Alat
dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
dibawah ini:
Tabel 2.
Daftar alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian
No
|
ALAT/BAHAN
|
FUNGSI
|
HASIL/OUTPUT
|
1
|
Global Positioning System (GPS) Merek Garmin 76CSx
|
Menentukan lokasi/titik
koordinat kasus Malaria (lintang bujur)
|
Data
spasial kasus Malaria
|
2
|
ArcView GIS 3.3
|
Mengolah data lapangan
untuk ditampilkan menjadi peta wilayah, distribusi kasus dan analisis spasial selanjutnya.
|
Peta spasial distribusi kasus MALARIA dan analisis spasial.
|
3
|
Peta digital, Sumber :
a.
BMKG,
b.
BPS Kendari, &
c.
Google Earth
|
Sebagai
peta dasar dalam pemetaan kasus MALARIA
|
Peta spasial kasus MALARIA..
|
E. Variabel
Penelitian
Variabel
dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel dependen adalah kejadian MALARIA di wilayah kota Kendari
tahun 2013 - 2025.
2. Variabel independen terdiri atas kepadatan penduduk, curah hujan, suhu udara , dan kelembaban
udara
F. Definisi
Operasional
Tabel
3. Daftar
definisi operasional dan Kriteria Objektif dalam penelitian
No
|
Variabel
|
Definisi Operasional
|
Alat
|
Kriteria objektif
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
11
|
MALARIA
|
Penyakit Malaria ialah penyakit yang disebabkan oleh
plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk (Kemenkes
RI, 2010)
|
Data
sekunder laporan kasus MALARIA kota Kendari periode tahun 2013 – 2015
|
Data yang diperoleh dari register lab puskesmas se-Kota Kendari.
|
2
|
Kepadatan Penduduk
|
Perbandingan dari jumlah
penduduk dibagi dengan luas wilayahnya.
|
Data
sekunder kondisi kepadatan penduduk wilayah kota Kendari periode tahun 2013 –
2015
|
a.Kepadatan penduduk 1 – 50 jiwa/ km2
b.Kepadatan penduduk
51 – 250 jiwa/ km2
c.Kepadatan
penduduk 251 – 400 jiwa/ km2
d.Kepadatan penduduk >401 jiwa/km2
|
33
|
Curah Hujan
|
Curah hujan merupakan ketinggian air hujan
yang jatuh pada tempat yang datar dengan asumsi tidak menguap, tidak meresap
dan tidak mengalir. kehidupan (Herlina, 2014).
|
Data sekunder
rata - rata curah hujan bulanan wilayah kota Kendari periode tahun 2013 – 2015
|
Data yang diperoleh dari BMKG Kota
Kendari
|
44
|
Suhu Udara
|
Suhu udara adalah ukuran energi kinetik
rata – rata dari pergerakan molekul – molekul. Suhu udara akan berfluktuasi
dengan nyata selama setiap periode 24 jam. Fluktuasi suhu udara (dan suhu tanah)
berkaitan erat dengan proses pertukaran energi yang berlangsung di atmosfer
(Fidayanto, 2013)
|
Data
sekunder suhu udara bulanan wilayah kota Kendari periode tahun 2013 - 2015
|
Data yang diperoleh dari
BMKG Kota Kendari dengan Rata-rata...oC/ tahun
|
55
|
Kelemba-ban
Udara
|
Kelembaban udara adalah
banyaknya kandungan uap air di atmosfer (BMKG, 2009).
|
Data
sekunder kelembaban udara bulanan wilayah kota Kendari periode tahun 2013 –
2015
|
Data yang diperoleh dari
BMKG Kota Kendari dengan Rata-rata ...% / tahun
|
G.
Pengumpulan Data
1.
Sumber Data
Data
yang di peroleh dalam penelitian ini bersumber dari beberapa instansi
pemerintahan di Kota Kendari. Berikut penjelasannya :
a. Data Primer
Data
primer dalam penelitian ini yaitu tempat pengambilan titik koordinat letak Puskesmas
se-Kota Kendari .
Tahapan
pengumpulan data primer :
1) Koordinat letak puskesmas
yang ada di Kota Kendari
diperoleh dengan mendatangi 15 lokasi puskesmas yang ada di Kota
Kendari.
2) Menentukan titik koordinat puskesmas dengan Global Positioning System (GPS).
3)
Melakukan pencatatan data primer berupa
titik koordinat (lintang-bujur) lokasi puskesmas.
4)
Data titik koordinat lokasi Puskesmas
dilakukan dengan pencatatan manual oleh peneliti.
5)
Data titik koordinat letak puskesmas berdasarkan kasus selanjutnya data akan dimasukkan ke komputer dan
diolah dengan program Arcview GIS 3.3.
b. Data sekunder
1) Data kasus MALARIA tahun 2013-2015 di peroleh dari buku register 15 Puskesmas yang berada
di Kota Kendari.
2) Data kepadatan penduduk tahun 2013-2015 di peroleh dari Badan Pusat
Statistik (BPS) Kota Kendari.
3) Data mengenai kondisi iklim di Kota Kendari tahun 2013-2015 khususnya data
mengenai kondisi curah hujan, kelembaban dan
suhu udara dari Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG) Kota
Kendari.
4) Data ABJ tahun 2013-2015 di
peroleh dari buku register 15 puskesmas yang berada di Kota Kendari.
H. Pengolahan, Analisis, dan
Penyajian Data
Analisa data spasial dengan
3 aplikasi DNRgarmin, Global Mapper, ArcView
GIS 3.3 yang memiliki kemampuan untuk memvisualisasikan, mengeksplorasi, memilah-milah data dan menganalisis data
secara spasial. Data titik koordinat yang dikumpulkan oleh GPS, selanjutnya
ditransfer ke “Map Source”. Titik
koordinat (lintang-bujur) berdasarkan kasus MALARIA harus dikonversikan dalam
bentuk derajat, dengan menggunakan coordinat
converter (konversi koordinat). Analisa data selanjutnya dengan Arcview GIS 3.3 dalam memetakan, membuat
pengelompokan/kluster, maupun menampilkan informasi keruangan/wilayah
berdasarkan data yang telah dikumpulkan
0 comments:
Post a Comment